Anda di halaman 1dari 42

KECERDASAN BUDAYA

A. Kecerdasan Budaya
Intelligence atau kecerdasan pada awalnya
dipergunakan untuk mengukut tingkat kecerdasan
sumber daya manusia. Namun, belakangan
terminologi kecerdasan banyak berpengaruh untuk
menunjukkan kelebihan yang harus dimiliki orang
untuk mencapai keberhasilan dalam suatu bidang
tertentu.
Pengertian Kecerdasan Budaya ;
Sebelum membahas pengertian kecerdasan budaya,
ada baiknya untuk terlebih dahulu memahami
pengertian kecerdasan dan berbagai macam
kecerdasan.
Karl Albrecht (2006 : 9) mengungkapkan bahwa
kecerdasan adalah dimensi kompetensi. Karl Albrecht
mengelompokkan beberapa bidang kecerdasan yang
disebutkan sebagai multiple-intelligence atau
kecerdasan jamak karena pada dasarnya manusia tidak
cukup hanya mempunyai kecerdasan tunggal.
Komponen dari multiple-intelligence dipersingkat
dengan akronim ASPEAK terdiri dari:
1. Abstract intelligence, sebagai alasan simbolik untuk
pengukuran intelligence quotient seseorang.
2. Social intelligence, merupakan kemampuan
berhubungan baik dengan orang lain dan
membuatnya bekerjasama dengan kita. Dengan
demikian, Social intelligence merupakan akar dari
tumbuhnya culture intelligence.
3. Practical intelligence, adalah tentang bagaimana
membuat segala sesuatu dapat dilakukan atau “getting
things done” yang merupakan prinsip manajemen.
4. Emotional intelligence, merupakan kecerdasan yang
bersangkutan dengan selfawareness dan self-
management. Emotional intelligence yang pertama
sekali diungkapkan Goleman mengandung lima
dimensi yaitu; self-awareness, self-regulation,
motivation, empahty
5. Aesthetics intelligence, merupakan kecerdasan yang
menyangkut rasa tentang bentuk, desain, music, seni
dan pustaka.
6. Kinesthetic intelligence, merupakan kecerdasan
yang menyangkut keterampilan seluruh badan seperti
olahraga, dansa, music atau menerbangkan pesawat
jet.
Justin Menkes (2005 : 11)
Membahas tentang executive intelligence yang
merupakan jenis kecerdasan yang mencerminkan ukuran
kepemimpinan yang efektif.
Kecerdasan eksekutif adalah menjadi sentral kinerja
kepemimpinan karena membantu eksekutif
mengartikulasikan pertimbangan yang menggerakkan
orang lain, atas minatnya sendiri, untuk menyetejui
dengan keputusan tertentu.
Kecerdasan eksekutif memfokus pada ketrampilan
kognitif tertentu yang memungkinkan individu
memahami dan mengemudikan kompleksitas situasi
antar pribadi dengan cara cerdas.
David Apgar (2006 : 12)
Membahas tentang risk intelligence, yang dipahami
sebagai pengalaman, setiap dan semua pengalaman
masa lalu dan masa yang akan datang, yang dapat
membantu kita menyelesaikan masalah yang
memerlukan pemahaman tentang risiko.
Definisi ini mengandung makna bahwa kecerdasan
dikaitkan dengan pengalaman.
Justin Menkes (2005 : 218)
Juga membahas tentang perbedaan antara
pengetahuan dan kecerdasan. Pengetahuan
memberikan tanda penting pada cara terbaik untuk
menangani situasi tertentu, sehingga informasi ini
hanya berguna sampai pada suatu tingkatan bahwa hal
tersebut dilaksanakan dengan penuh keterampilan.
Adapun kecerdasan adalah pengolah informasi yang
mempertimbangkan bagaimana ketangkasan
pengetahuan seseorang akan dipergunakan.
David C. Thomas dan Kerr Inkson (2004 :15)
berpendapat bahwa kecerdasan budaya berarti menjadi
terampil dan fleksibel tentang memahami budaya, belajar
lebih banyak tentangnya dari interaksi yang sedang
berjalan dengannya, dan secara gradual membentuk
pemikian untuk menjadi lebih simpatik pada budaya dan
perilaku kita menjadi lebih terampil dan sesuai ketika
berinteraksi dengan perang dari budaya lain. Kecerdasan
budaya mempunyai 3 bagian, yaitu;
1. Manajer cerdas budaya memerlukan knowledge
(pengetahuan) tentang budaya dasar fundamental
interaksi antar budaya. Hal ini berarti mengetahui
apakah budaya itu, bagaimana budaya berfariasi, dan
bagaimana budaya memengaruhi perilaku.
2. Manajer cerdas budaya perlu mempraktekkan
mindfulness (kesadaran), kemampuan memberikan
perhatian dengan cara merenungkan dan kreatif
terhadap isyarat dalam situasi antarbudaya yang
dihadapi.
3. Berdasarkan pada knowledge dan mindfulness,
manajer cerdas budaya mengembangkan behavior
skills (keterampilan perilaku) dan menjadi
kompeten terhadap tentnag rentang situasi yang
luas. Keterampilan ini menyangkut pemilihan
prilaku yang sesuai dari prilaku yang berkembang
baik yang benar untuk situasi antar budaya yang
berbeda.
Kecerdasan budaya adalah kapabilitas berinteraksi
secara efektif dengan orang yang mempunyai latar
belakang budaya yang bebeda (David C. Thomas dan
Kerr Inkson (2004 : 62)
Seperti bentuk kecerdasan lainnya seperti social
intelligence (kapabalitas berinteraksidengan orang
lain), dan emotional intelligent (kapabilitas mengatur
dan menggunakan tingkat emosional seseorang),
demikian pula kecerdasan budaya dibentuk dari
beberapa segi.
Karakteristik
Individu dapat belajar untuk menjadi lebih cerdas secara kultural.
Namun, beberapa karakteristik yang telah dikuasai atau dapat
mengembangkan individu membuat mereka lebih termotivasi dan
lebih dapat meningkatkan kecerdasan budayanya. Karakteristik
tersebut adalah integritas, keterbukaan dan daya tahan:
1. Integritas berarti mempunyai perasaan diri yang dibangun dengan
baik dan pemahaman tentang bagaimana system keyakinan
seseorang memotivasi perilaku. Pemahaman diri adalah dasar
fundamental untuk kecerdasan budaya . Masing-masing diantara
kita memiliki perasaan tentang diri kita yang secara fisik unik.
2. Keterbukaan (keterbukaan aktif atau keingintahuan terutama
tetnang orang dari budaya lain)
3. Daya tahun (kekuatan, keberanian dan kemampuan
menyelamatkan kondisi yang tidak menyenangkan)
2. Kerendahan hati berarti menunjukkan penghargaan
yang berbeda dan keinginan untuk bekajar dari orang
lain. Ini berarti keterbukaan fasif atau berpandangan
terbuka. Orang dengan keterbukaan tinggi tidak perlu
takut atau tidak berlagak, tetapi sadar bahwa
pandangannya sendiri adalah salah. Tipe Keterbukaan
lain adalah keterbukaan aktif atau keingintahuan
terutama tetang orang dari budaya lain.
3. Daya tahan, kekuatan, keberanian dan kemampuan
menyelamatkan kondisi yang tidak menyenangkan.
Apabila kita tahan kita dapat mengatasi tekanan, bangkit
dari goncangan dan merasa kejadian ketegangan sebagai
menarik dan berarti dan sebagai kesempatan untuk
tumbuh dan belajar,
Tahapan Pengembangan;
Menurut David C. Thomas dan Kerr Inkson (2004 :
66) bahwa pengembangan kecerdasan budaya terjadi
dalam beberapa tahapan sebagai berikut:
Tahap 1 : Reaktivitas terhadap stimuli eksternal.
Sebagai titik awal adalah kesetiaan tanpa
pertimbangan pada aturan dan norma budaya sendiri.
Pada tahap ini tipikal individu sangat sedikit minat
pada budaya lain.
Tahap 2 : Pengakuan terhadap norma budaya lain dan
motivasi untuk belajar lebih banyak tentangnya.
Pengalaman dan kesadaran menghasilkan kepedulian
baru terhadap kondisi multicultural di sekeliling kita.
Tahap 3 : Akomodasi terhadap norma dan aturan
budaya lain dalam pikiran kita. Ketahanan pada yang
absolut menghilang dan lebih tentang variasi budaya
mulai dibangkitkan.
Tahap 4 : Asimilasi dari norma budaya beragam ke
dalam perilaku alternatif, dimana pada tahap ini
penyesuaian pada situasi yang berbeda tidak lagi
memerlukan banyak usaha.
Tahap 5 : Proaktivitas dalam perilaku budaya
didasarkan pada pengakuan perubahan isyarat yang
orang lain tidak merasa.
Orang pada tingkat kecerdasan budaya yang lebih
tinggi mempunyai persepsi yang kompleks terhadap
lingkungan.
Mereka mendeksripsikan orang dan kejadian dalam
karakteristik yang berbeda dan dapat melihat
hubungan diantara karakteristik tersebut.
Proses Mengembangkan;
Kecerdasan budaya mengandung tiga komponen,
yaitu knoledge, mindfulness, dan behavior skill.
Meningkatkan kecerdasan budaya tidak merupakan
proses linier, tetapi memerlukan pembelajaran melalui
pengalaman yang cukup memerlukan waktu (David C.
Thomas dan Kerr Inkson (2004 : 69),
Penguasaan kecerdasan budaya menyangkut
pembelajaran dari interaksi sosial.
Pembelajaran sosial meruapakan cara yang sangat
kuat dimana pengalaman orang dipindahkan ke dalam
pengetahuan dan keterampilan.
Mindfulness

Behavioral Skills
Behavioral Skills

Knowledge

Knowledge Mindfulness

Memperoleh Kecerdasan Budaya


Aktivitas Mendukung Pengembangan;
Untuk meningkatkan kecerdasan budaya adalah
menyediakan waktu di luar negeri, sehingga mendapatkan
pengalaman internasional di mana pengalaman lintas
budaya akan sering dan kecerdasan budaya akan meningkat.
Aktivitas seperti dibawah ini dapat berperan penting untuk
mengembangkan kecerdasan budaya.
1. Pendidikan formal/training; terdapat tiga metode yang
dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan budaya.
 Metode faktual,; menggunakan buku, kuliah atau ceramah.
 Metode analitikal; menggunakan film, asimilator budaya. Dan
sensitivity training.
 Metode experietial; menggunakan simulasi, kunjungan lapangan,
dan bermain peran.
2. Kelompok dan tim antarbudaya; pekerjaan yang
dilakukan melalui kelompok dan tim kerja cenderung
semakin meningkat. Disampang itu, banyak orang terlibat
dalam kelompok sosial dan kepentingan. Globalisasi
menyebabkan kelompok terdiri dari orang yang berasal dari
berbagai budaya.
3. Pengalaman luar negeri dan penugasan ekspatriat;
situasi paling menantang di mana dapat menghadapi
perbedaan budaya adalah hidup dan bekerja di negara asing
untuk sementara.
4. Interkasi antarbudaya didalam negeri; masyarakat multi
kultural menunjukkan peluang besar untuk terikat dengan
orang lain yang secara kultural berbda. Tetapi interaksi ini
dapat bersifat dangkal dan kekurangdalaman intensitas
interaksi interpersonal yang diperlukan untuk menikmati
experential learning.
Beberapa cara yang dapat dilakukan terkait dengan
pengalaman lintas budaya adalah:
a. Menghadiri acara keagamaan atau upacara pernikahan
dari seseorang yang mempunyai budaya lain. Dengan
meminta seorang anggota untuk menjelaskan makna dari
ritual yang dilakukan, maka berarti telah belajar sesuatu
tentang budaya lain.
b. Menempatkan organisasi etnik dalam lingkungan kita
dan menghadiri atau berpartisipasi dalam perayaan
budaya. Pada kesempatan tersebut minta bantuan kepada
anggota untuk menjelaskan tentang makna dari perayaan
dan simol kegiatan tersebut.
c. Menemukan kelompok kepentingan yang mewakili
kepercayaan yang kita tidak termasuk didalamnya dan
menghadiri pertemuan mereka.
Pentignya Kecerdasan Budaya ;
Meskipun modernisasi dunia berjalan dengan cepat, tetapi
budaya sangat lambat berubah. Di masa depan , perbadaan budaya
akan tetap merupakan faktor kunci dalam interaksi antarpribadi.
Telah lama diketahui bahwa interaksi secara efektif dengan orang
lain adalah bagian terpenting dari pekerjaan seorang manajer.
Kecerdasan budaya, merupakan kemampuan menghadapai orang
lain dari latar belakang budaya berbeda secara efektif, merupakan
kompetensi mengandung banyak segi terdiri daripengetahuan
budaya, mempraktikkan kesadaran, dan penyajian keterampilan
perilaku.
Umpan balik dari setiap siklus pengalaman menunjukkan kearah
kecerdasan budaya yang lebih tinggi. Pengetahuan spesifik yang
diperoleh dalam cara formal dan informal ditransformasikan
kedalam keterampilan yang dapat diterapkan pada berbagai situasi
baru.
Budaya mempunyai pengaruh pada hampir semua aspek usaha
manusia. Manajer cerdas budaya memahami kemungkinan
pengaruh variasi budaya dalam perilakunya sendiri dan perilaku
orang lain. Manajer cerdas budaya juga tahu bagaimana dan dalam
lingkungan apa perbedaan budaya mungkin dapat dipergunakan
pengaruhnya (David C. Thomas dan Kerr Inkson 2004 :182).
Kecerdasan budaya juga memerlukan praktik mindfulness.
Mindfulness adalah menjadi peduli atas asumsi kita sendiri,
gagasan dan emosi; memerhatikan apa yang nyata tentang asumsi
orang lain, kata-kata dan prilaku; menggunkan pengertian dalam
merasakan situasi; melihat situasidari berbagai persepektif;
menghindari pada keadaan untuk membantu menginterprestasi
apa yang terjadi; menciptakan peta mental baru orang lain;
menciptakan kategori baru dan rumit untuk orang lain; mencari
informasi segar untuk sepakat atau tidak sepakat tentang peta
mental; dan menggunakan empati.
Knowledge dan mindfulness adalah elemen kunci
kecerdasan budaya, tetapi hanya itu saja tidak
mencukupi, menjadi cerdas budaya berarti
memperoleh keterampilan perilaku. Namun, hal
tersebut nbakan sekedar tentang menjadi lebih
terampil, tetapi tentang mengembangkan penyajian
perilaku terampil dan mengetahui kapan
menggunakan masing-masing.
Decision makerrs cerdas budaya memehami
bagaimana orang dengan latar belakang budaya
berbeda secara mental mampu menyederhanakan
proses pengambilan keputusan yang komples.
Negotiators cerdas budaya mengetahui bahwa
perbedaan budaya mempunyai pengaruh besar pada
proses komunikasi yang menyokong semua negosiasi.
Leaders cerdas budaya mengetahui bahwa
kepemimpinan sebagian besar ada dalam pikiran para
pengikutnya. Semua pengikut mengharapkan
pemimpin mempunyai visi, dapat mengorganisaikan
visi tersebut, dan mempunyai ketrampilan dalam
mengorganisasi pengikut, perilaku spesifik yang
mengindentifikasikan kemampuan tersebut bervariasi
secara dramatis lintas budaya.
Team management cerdas budaya berarti mengetahui
bahwa kelompok kerja dan tim beragam budaya
mempunyai potensi untuk mendapatkan prestasi tinggi,
tetapi mereka juga mempunyai karakteristik yang
membuat mereka cenderung gagal. Kunci untuk
memperoleh kelompok kerja beragam budaya adalah
memaksimumkan manfaat keberagaman, sedangkan pada
saat yang sama meminimumkan biaya.
Team management cerdas budaya juga memerlukan
penguatan kecerdasan budaya di antara anggota tim.
Dengan maksud untuk melakukan hal tersebut, anggota
dan pemimpin tim harus memehami bagaimana
kelompok berkembang dan pengaruh proses kelompok,
termasuk langkah menuju kecerdasan budaya.
Career management cerdas budaya berarti
mengetahui bahwa sifat karier dan hubungan antara
individu dan perusahaan mengalami perubahan.
Perubahan ini memerlukan kehati-hatian manajemen
berpengalaman luar negeri apabila kejadian ini
mempunyai pengaruh positif pada pengembangan
kecerdasan budaya dan karier jangka panjang. Kita
perlu dapat mengelola paradoks yang nyata bahwa
penempatan luar negeri merupakan cara
mngembangkan kecerdasan budaya, tetapi kecerdasan
budaya juga merupakan kebutuhan untuk sukses.
Tim Manajemen Cerdas Budaya
Tugas manajer atau pemimpin kelompok adalah
memfalisitasi suatu proses yang memungkinkan sisi kreatif
keberagaman tumbuh dengan subur. Ada tiga hal yang dapat
dilakukan orang cerdas budaya untuk mengurangi atau
menghapuskan kerugian proses dan kapitalitas pada
keberagaman. (David C. Thomas dan Kerr Inkson, 2004 : 156)
1. Managing the Group Enveronment (mengelola lingkungan
kelompok)
2. Development of culturally diverse group (pengembangan
kelompok yang secara kultural beragam)
3. Defloping cultural intelligence in the group
(mengembangkan kecerdasan budaya dalam kelompok
1. Managing the Group Environment; Fungsi setiap
kelompok juga tergantung pada lingkungan manajerial, yaitu:
a. Management support; setiap kelompok memerlukan
dukungan manajemen yang baik dalam bentuk sumber daya
meterial, informasi yang relavan dan dukungan psikologis
ditunjukkan sebagai niat baik dan penghargaan.
b. Rewards; individualis menyukai dihargai atas dasar
kontribusinya sendiri dan mereka percaya bahwa reward
seharusnya adalah patut.
c. Group status ; Kebanyakan manajer memahami bahwa, tanpa
memandang komposisi budaya, kelompok berstatus tinggi
dalam organisasi akan meningkatkan self-esteem anggota.
d. Self- management; Mengusahakan sasasran dan arah umum
untuk kelompok, terutama tim, dan memungkinkan mereka
mengelola sendiri dengan menemukan prosesnya sendiriuntuk
mencapai sasarannya adalah opsi bagi manajer setiap
organisasi.
2. Development of Culturally Diverse Group;
Elemen utama pengembangan kelompok adalah
seleksi dan alokasi dari anggota. Sebagai manajer, kita
mungkin mempunyai beberapa pertimbangan,
mungkin dipengaruhi oleh le-gislasi atau
kebijaksanaan lokal menyinggung pada kesamaan
dalam rekrutman staf baru dan/atau mengalokasikan
anggota staf pada kelompok tertentu.
Kelompok tidak terbentuk secara instan, tetapi
perkembangannya dapat terjadi melalui suatu proses
dalam waktu panjang. Pengembangan kelompok
terjadi melalui fase forming, storming, norming dan
performing.
a. Fase forming; pertama sekali mereka yang masuk
dalam kelompok berusaha menjadi akrab satu sama
lain.
b. Fase storming; Dalam kelompok mungkin dapat
terjadi konflik yang tidak dapat diabaikan yang
timbul tentang siapa melakukan apa dan bagaimana
menjalankan sesuatu.
c. Fase Norming; Anggota kelompok mulai
mengembangkan harapan bersama
d. Fase Performing; akhirnya anggota kelompok bekerja
bersam secara erat dan efektif.
3. Developing Cultural Intelligence in the Group
Cara terbaik mengkapitalisasi keberagaman budaya
dalam kelompok adalah mematikan bahwa anggota
kelompok mempunyai kecerdasan budaya dan pemimpin
kelompok mempunyai kemauan dan ketrampilan
menggali masalah proses di dalam kelompok.
Memfasilitasi pengembangan kecerdasan budaya,
pelatihan anggota kelompok dalam saling pengertian dan
keterampilan antarbudaya adalah sangat berharga.
Elemen utama dalam menggali masalah proses
adalahketetapan umpan balik kepada anggota kelompok,
baik dari masing-masing dan dari pengamat di luar
kelompok.
B. Cultural Intelligence dalam Konteks Global
Kepemimpinan sekarang menghadapi tantangan
multikultural. Sedikit dari kita perlu diyakinkan pada
kenyataan ini. Kita bersaing dalam pasar global,
mengelola tenga kerja beragam, dan melanjutkan
dengan cepat menggeser kecendrungan. Tetapi banyak
pendekatan pada tantangan kepemimpinan terlihat
terlalu simplisistik atau terlalu ekstrem. Cultural
intelligence manawarkan cara yang lebih baik.
Cultural intelligence (CQ) adalah kapasitas untuk
berfungsi secara efektif meliputi budaya nasional, etnik
dan organisasional, etnik, dan organisasional
(Livermore, 2010 :4).
Cultural intelligence menawarkan pemimpin
repertoire dan perspektif menyeluruh yang dapat
diterapkan pada banyak situasi kultural.
Untuk menghadapi penugasan yang bersifat lintas
budaya diperlukan empat dimensi cultural intelligence
(CQ) yang berbeda, yaitu:
1. CQ drive (apakah motivasi anda untuk penugasan)
2. CQ knowledge (informasi cultural apa yang diperlukan
untuk memenuhi tugas tersebut.
3. Q strategy (apakah rencana anda untuk inisiatif ini)
4. CQ action (perilaku apa yang anda perlukan untuk
menyelesaikan melakukan secara efektif)
Mengapa Cultural Intelligence;
Hampir 99% pemimpin eksekutif dari 68 negara
menyatakan bahwa kepemimpinan antar budaya sebagai
tantangan menajemen untuk abad yang akan datang.
Isu yang paling menekankan eksekutif mengidentifikasi
mengapa CQ diperlukan adalah (Livermore 2010 : 14)
adalah:
1. Memahami keberagaman konsumen
2. Megelola tim beragam
3. Merekrut dan mengembangkan talenta antar budaya
4. Menyesuaikan gaya kepemimpinan
5. Mendemonstrasikan rasa hormat
Pendekatan Cultural Intelligence;
Meskipun kebanyakan dari kita perlu sedikit keyakinan
bahwa kepemimpinan adalah merupakan tantangan
multikultural, diperlukan pendekatan cultural inteliigence
yang unik. Cara utama membedakan CQ dengan pendekatan
kepemimpinan lain dalam manajemen global adalah
(Livermore 2010 : 19):
1. CQ adalah meta-framework berakar pada rigorious,
academic research
2. CQ didasarkan pada multiple intelligence research
3. CQ adalah lebih dari sekedar knowledge
4. CQ menekankan belajar kapabilitas lebih dari sifat
kepribadian
5. CQ tidak spesifik secara kultural
Peta Jalan menuju Cultural Intelligence;
Kemampuan dan keterampilan yang secara konsisten
menghasilkan cross-cultural leadership yang efektif adalah
inti pendekatan cultural intelligence (Livermore 2010 : 24).
Model empat dimensi Cultural Intelligence (CQ) adalah?
1. CQ Drive (motivational CQ) CQ drive memiliki sub
dimensi:
a. Intrinsic motivation adalah motivasi intrinsic adalah suatu
tingkatan dimana anda memperoleh kesenangan dari
situasi budaya beragam.
b. Extrinsic motivation adalah manfaat nyata yang diperoleh
dari pengalaman keberagaman budaya; dan self efficacy,
kepercayaan bahwa anda akan efektif dalam menghadapi
antarbudaya.
2. CQ Knowledge Memahami masalah antar budaya
dan perbedaan CQ knowledge adalah dimensi kognitif
yang menunjukkan pada pengetahuan pemimpin
tentang budaya dan perannya dalam membentuk
bagaimana melakukan bisnis. Termasuk didalamnya
adalah keseluruhan pamahaman tentang bagaimana
budaya bervariasi satu dengan lainnya. CQ knweldge
terdiri dari dua subdimensi yaitu cultural systems dan
cultural norms and values, norma dan nilai budaya,
menunjukkan pada cara variasi masalah dalam
pendekatan budaya seperti time, authority, and
relationship atau waktu, kewenangandan hubungan.
3. CQ Strategy Mengatur strategi dan dapat mengerti
pengalaman perbedaan budaya atau dikenal juga
sebagai metacognitive CQ, yaitu kemampuan
pemimpin menjalankan pemahaman budaya kita
untuk memecahkan masalah kompleks budaya.
Subdimensi CQ strategy adalah awareness, planning
and checking awareness.
4. CQ Action Merupakan dimensi behavioral adalah
kemampuan pemimpin untuk bertindak dengan tepat
dalam rentang situasi antarbudaya. Subdimensi CQ
action adalah verbal action, non verbal action dan
speech act, kata dan frasa yang eksak yang kita gunakan
ketika kita mengkomunikasikan tipe pesan spesifik.
4. 1.
CQ Action, CQ Drive
behavior motivational
dimention dimention

3. 2.
CQ Strategy, CQ Knowledge,
Metacognitive, Cognitive,
dimention dimention

The Four-step Cycle of Cultural Intelligence


Perbedaan dengan Emotional Intelligence;
Keahlian teknis tidak cukup, pemimpin perlu dapat
juga bekerja dengan 0rang lain. Emotional intelligence
membantu mengukur tingkatan dimana kita dapat
melihat, menilai, dan mengelola emosa kita sendiri
dan orang lain.
Cultural intelligence pada sisi lain mengambil,
meneruskan dimana emotional intelligence
meninggalkan, dimana cultural intelligence
membantu kita belajar bagaimana bekerja secara
efektif dengan orang yang datang dari orientasi budaya
berbeda
Sumber

Anda mungkin juga menyukai