Film ini memiliki cerita yang sederhana namun memiliki alur yang santai. Bercerita
tentang semangat seorang guru dengan metode berbeda dalam mengajar untuk murid-murid
pilihan di sebuah sekolah SD di New York Tokoh utama dalam film ini adalah Ron Clark
yang diperankan oleh Matthew Perry, seorang guru yang sangat cerdas, pantang menyerah,
penyayang, inovatif, kreatif, dan bersemangat. Film yang berdurasi 90 menit ini banyak
menjadi sorotan khususnya perkembangan pendidikan.
Mr. Clark begitulah sapaannya, awalnya ia menjadi guru di salah satu sekolah di
California pada tahun 1994. Karena keberhasilannya dalam mengajar, barulah setelah 4 tahun
ia dianggap sebagai guru tetap di sekolah itu dan diberi penghargaan dengan ukiran nama Mr,
clark diukir di trotoar parkiran sekolah. Berawal dari situ, ia memutuskan untuk pindah ke
New York untuk dapat mengajar disana. Dalam usahanya mencari sekolah, ia akhirnya
diterima di “Inner Harlem Elementary School” tepat ketika ada seorang Guru keluar dari
sekolah tersebut.
Dengan panduan kepada kepala sekolah Mr. Tunner ia diperkenalkan dengan keadaan
kelas yang akan dia ajar. Mr. Tunner awalnya tidak percaya akan kemampuan Mr. Clark yang
akan menghadapi kelas ini dimana ketika semua guru gagal mengatasi satu kelas bermasalah
di SD Harlem, Mr. Clark dengan percaya diri mencoba untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Sebelum menyelesaikan masalah tersebut, sebelum mulai mengajar di sekolah itu, ia
terlebih dahulu mencoba untuk mengenal individu di kelas secara lebih personal dengan
mengunjuni rumah dan orang tua masing-masing siswa dan menemukan berbagai kondisi
serta latar belakang yang berbeda tiap anak.
Dengan kenyataan bahwa kelas yang ia dapatkan di sekolah tersebut mendapat
jukukan “Kelas yang tak diinginkan” dimana siswa-siswanya yang tak punya minat belajar
serta kurangnya rasa untuk menghargai seorang guru, ia mencoba menerapkan beberapa
peraturan untuk dalam kelasnya dimana peraturan pertama adalah “We are family”. Mr. Clark
sangat menekankan keberadaan siswa dan guru sebagai sebuah keluarga yang harus saling
membantu, menghargai serta menyayangi. Kedua adalah “Take a Risk”, dan yang ketiga
“respect each other”.
Dalam mengajar siswanya, Mr. Clark menggunakan metode unik dan dapat membuat
siswanya merasa nyaman dalam proses pembelajaran. Baik itu menari dalam kelas, belajar
dengan bernyanyi serta melakukan privat pelajaran tambahan bagi para siswanya. Dengan
semangat mengajarnya, sampai-sampai menjaga kesehatannya ia lupakan dengan mengidap
penyakit radang paru-paru.
Ditangah perjalanan mengajar, Mr. Clark juga sempat putus asa dan berniat untuk
berhenti mengajar dikarenakan sejumlah murid yang tidak bisa menerima keberadaan ia
sebagai Guru yang tetap semangat untuk bertahan di kelas mereka. Salah satunya adalah siswi
bernama Shemika. Namun beruntung ada Mourince, dengan keadaan tersebut hingga Mr.
Clark mengurungkan niatnya untuk menyerah dan kembali mengajar.
Setelah Ujian Nasional, Mr. Clark membuat acara dengan mengundang orang tua
siswa untuk menghadirinya guna memperlihatkan mereka hasil dari belajar anak-anak selama
ini. Ditengah acara, kepala sekolah Mr. Tonner datang dan mengumumkan bahwa salah satu
muridnya mendapat peringkat tertinggi Ujian Nasional dan nilai rata-rat kelas mengalahkan
kelas unggulan di sekolah itu. Mewakili teman-temannya, Shemica mengatakan “Mr. Clark,
terimakasih untuk selalu berada disana bahkan ketika kami tidak sedang menginginkannya,
kau memberikan kami inspirasi”.
Belajar dari Mr. Clark memang sebuah inspirasi untuk pemuda-pemudi masa depan,
utamanya untuk mahasiswa PTIKUNM yang memang diciptakan untuk menjadi seorang
pendidik masa depan dengan menggunakan cara-cara inovatif khususnya dalam
memanfaatkan teknologi pembelajaran, memandang profesi sebagai panggilan hidup
mengaplikasikan gaya mengajar Mr. Clark yang tak pernah lelah untuk mencerdaskan anak
Bangsa.
Hikmah yang dapat diambil untuk seorang guru dari film ini, yaitu:
1. Guru harus mengenal dan memahami karakteristik serta kebutuhan setiap peserta didiknya.
2. Guru harus bisa memotivasi peserta didiknya untuk selalu harus belajar
3. Jadilah guru yang menyukai tantangan dalam mengajar jangn mudah menyerah dan putus asa.
Beranilah untuk keluar dari zona nyaman.
4. Guru harus bisa melakukan pendekatan secara individual dengan peserta didik. Guru mampu
mengambil hati peserta didik agar mereka bisa nyaman belajar dengan gurunya.
5. Guru harus bisa bekerja sama dengan kepala sekolah dan orangtua dalam merancang suatu
program pembelajaran bagi peserta didiknya.
6. Guru harus bisa memanfaatkan setiap kondisi sebagi media belajar bagi peserta
didik, sehingga dimana saja peserta didik bisa belajar dengan nyaman dan maksimal.
7. Guru harus kreatif, solutif, dan inovatif. Dan yang palingterpenting guru harus mau untuk
selalu meningkatkan kualitas diri.
Itulah resensi dari film pendidikan “The Ron Clark Story”. Semoga teman-teman pendidik
bisa terinspirasi dari sosok guru Mr. Clark yang selalu berusaha untuk memberikan yang
terbaik bagi peserta didiknya. Salam menginspirasi!!!
Selain itu, Mr. Clark juga menerapkan metode uniknya sendiri agar menarik minat
siswa-siswa untuk memperhatikan dirinya, ia melakukan permainan-permainan dengan
meminum sus setiap 30 detik sekali selama pelajaran berlangsung. Dan ini terbukti efektif
untuk menarik minat siswa dalam memperhatikannya. Mr. Clark juga menerapkan model
interaksi antara siswa dan pendidik dengan model social concerning, dimana Mr. Clark
berusaha melakukan interaksi dengan siswa-siswanya bahkan rela bermain lompat tali untuk
mendekatkan diri kepada siswanya, ia juga peduli kepada siswa khususnya Tayshwan yang
notabene nya adalah anak yang sering bermasalah dan berkelahi dengan teman sekelasnya. Ia
juga sering memuji siswa siswa nya seperti ketika ia memuji permainan lompat tali Shameka.
Di tengah-tengah perjuangan, Mr. Clark sempat ingin mundur dan berhenti mengajar
namun ia akhinya kembali lagi ke sekolah tersebut. Ketika kepala sekolah meragukan bahwa
kelas tersebut akan lulus ujian nasional yang merupakan tes terstandarisasi, Mr. Clark yakin
bahwa anak didiknya akan lulus seperti yang diharapkannya. Ia menegaskan bahwa prestasi
siwa itu tergantung dari ekpektasi apa yang dilakukan oleh guru tersebut. Menurut Wiegfield
dkk (2006), Ekspektasi Guru, ketika guru mempertahankan ekspektasi umum yang tinggi bagi
prestasi siswa dan siswa merasakan ekspektasi ini, siswa akan lebih berprestasi, mengalami
rasa memiliki harga diri dan kompetensi yang lebih besar sebagai pelajar, serta menolak
dalam perilaku bermasalah baik selama masa kanak-kanak sampai remaja. Hal ini juga yang
ditekankan oleh Mr. Clarck bahwa selama guru berekpektasi tinggi terhadap siswa siswanya,
makan motivasi mereka akan prestasi juga akan tinggi. Sehingga penting bagi guru untuk
memotivasi siswanya agar berfikiran positif terhadap dirinya sendiri. Selain ekspektasi dari
guru tersebut, ada juga metode pengajaran juga dapat menentukan keberhasilan siswa dalam
belajar. Contohnya pemanfaatan teknologi, pembelajaran yang variatif, dsb. Guru diharuskan
memiliki kreatifitasan agar dapat menunjang pembelajaran yang efektif, metode yang unik
dan out of the box, membuat siswa lebih bersemangat dan menghidari situasi yang monoton
atau membosankan. Kelihaian Mr. Clark dalam memodifikasi sistem hapalan menjadi suatu
lagu rappingmembuat siswa lebih cepat dalam menghapal pelajaran. Ini sangat bagus
dijadikan contoh agar pendidik dapat membuat suasana belajar yang kreatif dan menarik.
Semua siswa mempunyai kecerdasannya masing-masing sesuai dengan teori mutiple
intelegensi Gardner. Kecerdasan dibagi menjadi 8 kecerdasan yang masing masing anak pasti
mempunyai salah satunya. Hal ini juga yang menjadi landasan dalam Mr. Clark menilai
siswa-siswa. Ia mengerti bahwa ada beberapa siswa yang mungkin sangat cerdas namun
kesulitan dalam mendalami pelajaran tertentu, oleh karena itu dia secara suka rela membantu
anak-anak yang memiliki hambatan dalam pelajaran tertentu untuk mendapatkan pelajaran
tambahan darinya, ia mengerti bahwa ada beberapa anak yang mempunyai kecerdasan yang
luar biasa namun mempunyai hambatan-hambatan tertentu untuk bisa mengasah potensi yang
ia miliki, salah satunya Shameka. Shameka merupakan anak yang cerdas dan cepat belajar,
namun selama ini ia selalu disibukkan dengan mengasuh ketiga adiknya yang masih kecil
selama ibunya bekerja, oleh karena itu ia tidak mempunyai waktu senggang walau hanya
sekedar untuk mengerjakan PR. Berdasarkan hal tersebut, Mr. Clark mencoba mencari jalan
keluar agar Shameka bisa fokus dengan belajar saja. Ia berusaha meyakinkan ibu Shameka
bahwa ada potensi besar di dalam diri anaknya sehingga akhirnya ibu Shameka memberikan
peluang kepada Shameka. Ada juga Tayshwan, anak yang gemar berkelahi tersebut
sebenarnya adalah anak yang berhati lembut dan sensitif. Ia sering memberontak karena
sering mendapat perlakuan kasar dari ayah tirinya namun dibalik itu semua Tayshwan
memiliki bakat dalam bidang seni khusunya melukis.
Mr. Clark sangat peduli dengan anak didiknya, dengan segala aktifitas yang ia lakukan
hanya untuk dedikasi dalam mengajar siswanya. Ia berusaha melakukan terbaik dari berbagai
aspek agar bisa memberikan yang terbaik untuk anak didiknya. Namun ia melupakan dirinya
sendiri sehingga ia sampai menderita radang paru-paru dan sempat dilarikan kerumah sakit.
Namun semangat ia mengajar tak cukup hanya sampai disitu. Dalam keadaan yang lemah, ia
masih sempat mekeram materi selama 4 jam sehari agar siswa nya tetap bisa belajar dan tidak
ketinggalan dalam pelajaran untuk menhadapi ujian nasional.
Ujian Nasional merupakan momok yang sangat menakutkan bagi seluruh siswa karena
tes standarisasi adalah penentuan bagi siswa untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Para siswa Mr. Clark juga mengalami ketakutan tersebut, mereka yang merupakan kelas yang
paling rendah nilainya selama ini pesimis untuk dapat lulus dalam ujian nasional. Namun,
peran Mr. Clark sebagai pengajar ialah mempersiapkan siswanya memahami semua materi
pelajaran dan senantiasa memotivasi siswanya bahwa mereka mampu melewati tes
standarisasi tersebut. terbukti dari semua usaha yang dilakukan Mr. Clark membuahkan hasil
yang sangat positif yaitu terpilihnya kelas tersebut menjadi kelas yang mempunyai nilai
tertinggi dari kelas terhormat. Selain itu, Shameka yang awalnya merupakan siswa yang
paling menentang guru mendapatkan nilai sempurna dalam bahasa inggris dan matematika.
Dan yang menarik adalah pada saat pembagian nilai, Mr. Clark lebih menekankan
penilaian dan penghargaan pada satu bidang yang sangat dikuasi oleh siswanya. Jadi, semua
siswa mendapatkan penghargaan dan piala menurut prestasi dan mata pelajaran yang sangat ia
kuasai. Hal ini tentu sangat positif karena dapat meminimalisir kecemburuan sosial pada
sistem peringkat kelas. Dari sistem pemberian prestasi berdasarkan bidang yang mereka
kuasai, siswa dapat lebih menghargai potensi yang ada dan dapat mengenali apa yang menjadi
potens yang ia miliki sehingga dapat memudahkan siswa dapat mengarahkan minat yang akan
dikasainya kelak. Selain itu, pemberian prestasi berdasarkan bidang tertentu dapat membuat
siswa saling menghargai kecerdasan masing-masing dan diharapkan bisa saling bekerja sama
antara satu dengan yang lainnya.
Terlepas dari itu semua, film ini mengajarkan bahwa menjadi guru bukan hanya
menjadi pengajar yang baik, namun menjadi pendidik yang baik. Guru Ahli adalah guru yang
tidak hanya punya pengetahuan isi subjek atau pengetahuan isi pedagosis saja, tapi perlu
mempunyai kedual hal tersebut agar dapat melakukan proses belajar mengajar yang efektif,
kreatif, dan tentunya bermanfaat bagi siswa maupun guru tersebut.