Anda di halaman 1dari 10

Kalian bukanlah orang yang tidak berguna

— Ron Clark

The Ron Clark Story  merupakan sebuah film yang diinspirasi dari
kisah nyata seorang guru bernama Ron Clark. Berawal dari
keinginan Clark untuk mengajar di New York, dia membulatkan
tekad untuk meninggalkan daerah asalnya. Berbekal informasi
mengenai berbagai sekolah di New York, Clark berusaha melamar
pekerjaan dari sekolah ke sekolah. Bukan hal yang mudah untuk
mendapatkan pekerjaan di kota besar.

Pada suatu waktu, Clark tiba di Inner Harlem Elementary


School. Seorang guru sedang berusaha mengatasi siswa laki-laki di
halaman sekolah. Terlihat guru tersebut sudah tidak dapat menahan
kekesalan hati pada anak tersebut dan mengucapkan kata-kata
yang kasar. Selang tak beberapa lama, sang kepala sekolah
menghampiri mereka dan menegur anak didiknya. Merasa tak kuat
lagi untuk mendidik siswa dikelasnya, guru tersebut langsung
meminta pengunduran dirinya. Kesempatan itu tak dilewatkan
begitu saja oleh Clark. Dia segera menghampiri kepala sekolah dan
melamar pekerjaan.

Kepala sekolah memperlihatkan sebuah kelas dimana Clark akan


mengajar. Mereka berjalan di sebuah lorong sekolah. Terdapat ruang
kelas di sisi kanan dan sisi kiri. Kepala sekolah menjelaskan bahwa
di sekolahnya terdapat 4 kelas yang di bagi berdasarkan prestasi
siswa. Kelas di sisi kanan merupakan kelas dengan siswa yang
memiliki nilai ujian tertinggi, bahkan di New York. Sedangkan kelas
di sisi kiri adalah kelas yang berisikan siswa yang dianggap nakal,
tidak bisa diatur dan memiliki kemampuan sosial yang kurang. Dan
kelas itulah yang nantinya akan dididik oleh Clark.

Berbagai cara dilakukan oleh Clark untuk dapat mengambil hati para
siswanya. Hal itu tentu tidak lepas rintangan-rintangan dihadapi oleh
Clark. Dari siswa-siswa yang tidak menghormati guru hingga
menemui fakta bahwa siswanya sendiri menggalang taruhan selama
apa Clark dapat bertahan sebagai guru mereka. Sedikit demi sedikit
usaha Clark menemui titik terang. Siswa-siswanya mulai menaruh
perhatian terhadapnya.

Tidak terasa ujian kelulusan semakin dekat. Kepala sekolah


mengungkapkan anggapan negatifnya bahwa siswa di kelas Clark
tidak akan lulus tahun ini, karena mereka selama ini dianggap
memiliki kemampuan dibawah siswa lain. Ternyata percakapan
tersebut didengarkan oleh siswa Clark. Mereka merasa dirinya tidak
berguna dan anggapan kepala sekolah adalah hal yang benar.
Namun Clark tidak setuju dengan anggapan tersebut. Menurut Clark,
setiap siswa memiliki kemampuan untuk belajar dan memiliki
kesempatan untuk hal itu.

Ungkapan Clark memberikan pengaruh yang besar. Ungkapan


tersebut ternyata dapat meningkatkan self-efficacy terhadap
siswa-siswanya. Tindakan itu tidak hanya sekali dilakukan oleh
Clark. Setiap keberhasilan yang diraih oleh siswanya. Walaupun
hanya menjawab pertanyaan di kelas, Clark akan memberikan pujian
seperti “kerja bagus”, “tepat sekali” hingga membagikan piala
sebagai wujud penghargaan untuk setiap kemampuan siswa di
kelasnya

Kreativitas dalam gaya mengajar Clark juga berbeda dengan guru


pada umumnya. Dia menggunakan metode bernyanyi dengan rap
untuk membantu menghafal sejarah mengenai 42 tokoh yang pernah
menjabat sebagai presiden Amerika Serikat pada waktu itu. Bukan
hal yang mudah, tetapi Clark lakukan agar siswanya paham dan
cepat menghafalkan sejarah

Usaha untuk meningkatkan prestasi siswanya tidak hanya dengan


melibatkan 1 pihak saja. Peran orang tua juga diperlukan untuk
mendukung keberhasilan seorang anak. Clark mendatangi setiap
rumah siswanya untuk mengetahui permasalahan yang mungkin
dimiliki dan bantuan apa yang sekiranya dibutuhkan setiap
siswanya.

Ketika ujian akhir telah dilaksanakan, kepala sekolah menghampiri


kelas Clark untuk memberikan pengumuman. Hasil ujian akhir
tersebut menunjukkan bahwa semua anak didik Clark dinyatakan
lulus, dan bahkan menjadi nilai tertinggi diantara kelas-kelas
lainnya.

Dari film ini, kita dapat memetik pesan moral bahwa setiap anak
memiliki kelebihan masing-masing. Yang diperlukan adalah
menanamkan keyakinan bahwa anak tersebut mampu untuk
berprestasi dan tidak cepat memberikan label bahwa seorang anak
itu “tidak berguna”, “tidak pandai” dan sebagainya. Karena, seperti
ungkapan oleh Ron Clark, bahwa setiap anak berhak mendapatkan
kesempatan.
 

Hi teman-teman pendidik unjkita.com! Tulisan serial pendidikan kali ini,


penulis akan berbagi resensi tentang sebuah film bertemakan pendidikan.
Tulisan ini berdasarkan kegaitan penulis bersama guru-guru lainnya dalam
rangka membedah film pendidikan.

Film yang rilis pada tanggal 13 Januari 2006 ini bercerita tentang
pengalaman nyata seorang guru dengan metode mengajar yang berbeda
untuk peserta didik “pilihan” di sebuah sekolah dasar, New York. Tokoh
utama dalam film ini adalah Ron Clark yang diperankan oleh Matthew Perry,
seorang guru yang sangat inovatif, kreatif, cerdas, pantang menyerah,
penyayang, dan bersemangat.

Sinopsis
Ron Clark adalah seorang guru yang sangat menginspirasi peserta didiknya.
Ron Clark atau Mr. Clark semula menjadi guru selama empat tahun di
Snowden Elementary school di Aurora, North California pada tahun 1994. Ia
membuat sekolah dasar tersebut menjadi sekolah yang mendapatkan nilai
kelulusan memuaskan. Singkat cerita, akhirnya ia memutuskan untuk pindah
ke New York.

Sesampainya Mr. Clark di New York, ia segera mencari sekolah SD untuk


dapat mengajar di sana. Dalam usahanya menjadi guru SD di New York, ia
sempat ditolak, namun akhirnya dia menemukan sekolah, yaitu “Inner
Harlem Elementary School”. Ia diterima di sekolah Harlem tepat ketika ada
seorang guru yang keluar dari sekolah tersebut. Guru yang keluar dari SD
Harlem tidak mampu mengatasi peserta didik di sekolah tersebut.

Setelah resmi diterima di SD Harlem, Mr. Clark diajak Mr. Turner, kepala
sekolah SD Harleem, untuk berkeliling sekolah dan ditunjukkan kelas yang
akan Mr. Clark ajar. Sebelum ia mengajar kelasnya, terlebih dahulu dia
mengunjungi rumah dan orang tua masing-masing peserta didikya. Saat
mengunjungi mereka satu persatu, Mr. Clark menemukan berbagai kondisi
dan latar belakang yang sangat berbeda.
Ketika Mr. Clark masuk ke kelas untuk pertama kalinya, dia melihat kondisi
peserta didiknya yang begitu heterogen. Mereka begitu acuh dan sama sekali
tidak menghargai keberadaan guru di dalam kelas. Mr. Clark mencoba untuk
menyesuaikan dengan kondisi peserta didiknya. Selanjutnya, Mr. Clark
menerapkan beberapa aturan dalam kelasnya dan peraturan yang pertama
kali harus diterapkan adalah “menjadikan kelas tersebut sebagai keluarga”.
Mr. Clark sangat menekankan keberadaan mereka sebagai sebuah keluarga
yang harus saling membantu, menghargai dan menyayangi satu dengan
lainnya. Tentu peraturan tersebut tidak mudah untuk dijalankan. Namun, Mr.
Clark tidak pernah bosan untuk berusaha dan menerapkan peraturan
istimewa tersebut.

Banyak sekali kebiasaan peserta didik yang sangat tidak baik, mulai dari
kebiasaan mereka yang tidak menghargai kawan maupun gurunya, berkelahi,
dan kenakalan-kenakalan lainnya. Suatu ketika, Mr. Clark terpancing
emosinya di depan kelas karena ulah salah satu peserta didiknya. Ia
membalikkan meja kelas milik Shemika, dan semenjak itu ia merasa sangat
menyesal dan putus asa. Karena banyak sekali tekanan, pergolakkan emosi,
dan sulitnya menghadapi kondisi peserta didik, Mr. Clark merasa putus asa
dan berniat untuk berhenti mengajar di SD Harleem.
Maurice, seorang wanita yang dikaguminya, memberinya semangat agar
tetap berjuang dan membuktikan bahwa dirinya mampu menaklukkan kondisi
para peserta didiknya yang begitu “berbeda”. Berkat dorongannya itu,
akhirnya Mr. Clark mengurungkan niatnya untuk menyerah dan kembali
mengajar di kelas keesokan harinya.

Selain itu, Mr. Turner, kepala sekolah SD Harleem merasa kurang menyukai
dengan gaya pembelajaran yang dilakukan oleh Mr. Clark, bahkan Mr. Turner
sempat menekan kepadanya dengan mengatakan “My school, my rule, my
way!”. Mr. Turner menuntut agar seluruh peserta didiknya bisa lulus ujian
akhir, ia tidak mementingkan metode-metode pengajaran yang dilakukan Mr.
Clark di kelas.

Mr. Clark selalu menggunakan metode-metode pengajaran yang lain daripada


yang lain. Dia menggunakan metode yang disukai dan dapat membuat
peserta didiknya merasa nyaman dan senang selama proses pembelajaran
berlangsung. Seperti berjalan-jalan, menggunakan radio tape, bergaya
kocak, bahkan ia tak sungkan untuk duduk di atas meja dimana biasanya hal
itu adalah hal yang tidak sopan, apalagi jika dilakukan oleh seorang guru. Mr.
Clark mencoba mendalami satu persatu para peserta didiknya yang memiliki
masalah, kemudian dia berusaha menanganinya.

Mr. Clark ternyata mampu melihat potensi-potensi kecerdasan dan bakat


yang dimiliki oleh para peserta didiknya. Bahkan suatu ketika, ia sudah mulai
mampu membuat pesera didiknya mulai untuk mencintainya. Dia
meluangkan banyak waktunya untuk memberikan pelajaran tambahan bagi
para peserta didiknya secara privat. Bahkan sampai-sampai dia tidak
menghiraukan kondisi kesehatannya. Ketika beberapa minggu menjelang
Ujian nasional dilakukan, berbagai macam usaha dan kerja keras telah
dilakukan Mr. Clark, pikirannya semakin mendapatkan tekanan hebat dan
tenaganya terforsir, hingga membuat badannya dalam kondisi yang tidak
baik. Ketika ia harusnya dirawat di rumah sakit, dia masih saja nekat
mengajar. Hingga akhirnya, ia jatuh pingsan ketika mengajar di depan kelas.

Walaupun dalam kondisi sakit dan terbaring lemah di Rumah Sakit, Mr. Clark
tetap mengajar dengan menggunakan rekaman video. Ia tetap amanah
untuk menjalankan kewajiban mengajarnya. Rekaman video yang dibuatnya,
dinyalakan di kelas, sehingga peserta didiknya masih bisa untuk belajar di
kelas. Seminggu sebelum Ujian Nasional, Mr. Clark sudah kembali pulih dan
masuk kembali ke kelasnya. Dia hanya sekadar mengulang dan memberikan
penguatan-penguatan pada peserta didiknya. Kelas Mr. Clark kini menjadi
sebuah kelas yang sangat berbeda dengan kondisi awal, rasa kekeluargaan
yang terbangun kini menjadi semakin sangat erat.

Mr. Clark merasa cemas dan tegang memikirkan peserta didiknya yang
sedang melaksanakan Ujian Nasional. Namun, ketika ujian telah berakhir,
nampak ekspresi lega dari raut wajahnya. Selanjutnya, Mr. Clark mengajak
seluruh peserta didiknya ke DE PHANTOM of de Opera, sebagai hadiah dan
sekaligus penyegaran setelah mengerjakan Ujian Nasional. Saat para peserta
didik mendapatkan tiketnya, terlihat mereka begitu senang dan sangat
bersemangat.

Ketika hasil telah diperoleh, pada hari itu Mr. Clark mengundang orang tua
peserta didik untuk menyaksikan pengumuman nilai dari putra-putrinya. Di
tengah-tengah acara itu, Mr. Turner tiba-tiba masuk dan memberikan surat
pengumuman. Isi dari surat tersebut adalah memberitahukan bahwa niai dari
salah satu peserta didiknya merupakan nilai tertingggi dalam Ujian nasional,
bahkan nilai rata-rata kelas itu yang terbaik dan mengalahkan nilai rata-rata
kelas unggulan. Kelas pun sontak menjadi riuh dengan kebahagiaan dan
kegembiraan. Atas semua hal yang telah didapatkan oleh para peserta didik,
mereka memberikan penghargaan kepada Mr. Clark sebagai guru terbaik.

Dalam kesempatan tersebut, Shemica sebagai perwakilan dari teman-


temannya mengatakan, “Mr. Clark, terimakasih untuk selalu berada disisi
kamu, bahkan ketika kami tidak sedang menginginkannya, kau tiada henti
untuk memberikan kami inspirasi.”

Ialah sosok guru yang tidak pernah berhenti untuk memberikan berbagai hal-
hal terbaik bagi peserta didiknya. Ia menjadikan profesi guru bukan hanya
sekadar profesi, tapi sebagai sebuah panggilan hati.

Analisis

Saat Mr. Clark mengajar di SD Harleem, New York, ia mendapatkan


beberapa kendala dalam pendekatan pembelajaran, yaitu:
1. Peserta didik yang nakal dan sulit diatur. Hal ini terlihat saat
pertama kali mengajar, ia tidak dihargai sama sekali dengan disoraki
oleh para peserta didik, tidak mau belajar, dan tidak mau mengikuti
peraturan yang dibuat Mr. Clark.
2. Keadaan lingkungan sekitar yang tidak mendukung. Lingkungan
yang keras dapat mempengaruhi sifat seseorang seperti perjudian,
pencurian, dan kekerasan yang dapat mengurangi kepedulian
terhadap pendidikan.
3. Kurangnya kepedulian orang tua terhadap pendidikan anaknya.
Orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya sendiri sehingga anak
disibukkan dengan membantu pekerjaan rumah dan kurangnya
waktu anak untuk belajar.
4. Peserta didik tidak nyaman untuk belajar di ruang kelas. Hal ini
terlihat pada beberapa guru sebelum Mr. Clark yang mengajar
mereka tidak sanggup karena kenakalan dan kericuhan yang mereka
buat agar tidak ada yang mau mengajar mereka.
5. Kepala sekolah yang tidak mempedulikan metode mengajar Mr.
Clark. Ia hanya menuntut hasil kelulusan yang harus diperoleh para
peserta didik di SD Harleem.
Teknik Pembelajaran yang digunakan oleh Mr. Clark di kelas, yaitu:

1. Adanya rules saat awal pembelajaran yang harus disepakati antara


guru dengan peserta didik.
2. Pendekatan individual kepada setiap peserta didik.
3. Menggabungkan materi pelajaran dengan musik, permainan
kartu, audio visual, dan sebagainya.
4. Mengajak peserta didik untuk aktif berperan.
5. Terus memberi motivasi pada peserta didik.
Dari beberapa teknik yang digunakan Mr. Clark yang terpenting adalah
membuat seorang peserta didik merasa nyaman, asyik, dan tidak
menjenuhkan dalam belajar.
Ron Clark (center) gets emotional as he holds students during the Ron Clark Academy’s first
graduation ceremony at Ferst Center for the Arts at Georgia Tech.

Hikmah

Hikmah yang bisa diambil untuk seorang guru dari film ini, yaitu:

1. Guru harus mengenal dan memahami karakteristik serta kebutuhan


setiap peserta didiknya.
2. Guru harus bisa memotivasi peserta didiknya untuk selalu haus
belajar.
3. Jadilah Guru yang menyukai tantangan dalam mengajar jangan
mudah menyerah dan putus asa. Beranilah untuk keluar dari zona
nyaman.
4. Guru harus bisa melakukan pendekatan secara individual dengan
peserta didik. Guru mampu mengambil hati peserta didik agar
mereka bisa nyaman belajar dengan gurunya.
5. Guru harus bisa bekerja sama dengan kepala sekolah dan orangtua
dalam merancang suatu program pembelajaran bagi peserta
didiknya.
6. Guru harus bisa memanfaatkan setiap kondisi sebagai media belajar
bagi peserta didik, sehingga dimana saja peserta didik bisa belajar
dengan nyaman dan maksimal
7. Guru harus kreatif, solutif, dan inovatif. Dan yang paling terpenting
guru harus mau untuk selalu meningkatkan kualitas diri.
8. Guru harus mau membiasakan diri untuk mengungkapkan kepada
peserta didik bahwa inspirasi bisa datang dari siapa saja, termasuk
dari peserta didik juga.
9. Guru mampu menciptakan situasi pembelajaran yang
menyenangkan dan harus selalu menghargai kemampuan sekecil
apapun yang dimiliki peserta didiknya.
10. Guru ikhlas mengorbankan banyak tenaga, pikiran, dan
waktunya untuk membuat peserta didik memiliki keinginan belajar
serta mau untuk terus menjadi lebih baik. Karena proses tidak akan
pernah mengkhianati hasil.
Itulah resensi dari film pendidikan “The Ron Clark Story”. Semoga teman-
teman pendidik bisa terinspirasi dari sosok guru Ron Clark yang selalu
berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi peserta didiknya. Salam
menginspirasi!

Anda mungkin juga menyukai