Anda di halaman 1dari 6

REVIEW FILM “THE RON CLARK STORY”

Disusun Untuk Memeuhi Tugas


Mata Kuliah Pendidikan Psikologi

Dosen Pengampu:
Dr. Farida Aryani, M.Pd

Oleh:

Ade Magfira A
191051502015

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019
REVIEW FILM THE RON CLARK STORY

Ron Clark adalah seorang guru yang sangat menginspirasi peserta didiknya.
Ron Clark atau Mr. Clark semula menjadi guru selama empat tahun di Snowden
Elementary school di Aurora, North California pada tahun 1994. Akan tetapi ia
masih dianggap guru tidak tetap di sekolah tersebut. Empat tahun kemudian,
barulah ia dianggap sebagai guru tetap di sekolah tersebut karena keberhasilannya
dalam mengajar. Ia membuat sekolah dasar tersebut menjadi sekolah yang
mendapatkan nilai kelulusan memuaskan. Sebagai penghargaan nama Mr. Clark
diukir di trotoar tempat parkir mobil. Mr. Clark merasa tersinggung atas
penghargaan tersebut lalu ia memutuskan untuk pindah ke New York.
Sesampainya Mr. Clark di New York, ia berusaha mencari pekerjaan
sebagai guru sekolah dasar untuk dapat mengajar di sana. Akan tetapi tidak ada satu
pun yang menerimanya. Setelah lama mencari, akhirnya Mr. Clark menemukan
sekolah yaitu “Inner Harlem Elementary School”yang mana kondisi siswanya tidak
teratur. Pada awalnya Kepala Sekolah tidak mengizinkan Mr. Clark mengajar di
sekolahnya karena siswa yang akan diajarnya sangat tidak teratur dan guru-guru
sebelumnya tidak ada yang sanggup mengajar mereka. Tapi Mr. Clark terus
memaksa sampai akhirnya Kepala Sekolah mengizinkannya. Ia diterima di sekolah
Harlem tepat ketika ada seorang guru yang keluar dari sekolah tersebut. Setelah
resmi diterima di SD Harlem, Mr. Clark diajak Mr. Turner, kepala sekolah SD
Harleem, untuk berkeliling sekolah dan ditunjukkan kelas yang akan Mr. Clark ajar.
Sebelum ia mengajar di kelasnya, terlebih dahulu dia mengunjungi rumah
dan orang tua masing-masing peserta didikya. Saat mengunjungi mereka satu
persatu, Mr. Clark menemukan berbagai kondisi dan latar belakang yang sangat
berbeda. ketika Mr. Clark masuk ke kelas untuk pertama kalinya, dia melihat
kondisi peserta didiknya yang begitu heterogen. Mereka begitu acuh dan sama
sekali tidak menghargai keberadaan guru di dalam kelas. Mr. Clark mencoba untuk
menyesuaikan dengan kondisi peserta didiknya. Selanjutnya, Mr. Clark
menerapkan beberapa aturan dalam kelasnya dan peraturan yang pertama kali harus
diterapkan adalah “menjadikan kelas tersebut sebagai keluarga”. Mr. Clark sangat
menekankan keberadaan mereka sebagai sebuah keluarga yang harus saling
membantu, menghargai dan menyayangi satu dengan lainnya. Tentu peraturan
tersebut tidak mudah untuk dijalankan. Namun, Mr. Clark tidak pernah bosan untuk
berusaha dan menerapkan peraturan istimewa tersebut.
Banyak sekali kebiasaan peserta didik yang kurang baik, mulai dari
kebiasaan mereka yang tidak menghargai kawan maupun gurunya, berkelahi, dan
kenakalan-kenakalan lainnya. Suatu ketika, Mr. Clark terpancing emosinya di
depan kelas karena ulah salah satu peserta didiknya. Ia membalikkan meja kelas
milik Shemika, dan semenjak itu ia merasa sangat menyesal dan putus asa. Karena
banyak sekali tekanan, pergolakkan emosi, dan sulitnya menghadapi kondisi
peserta didik, Mr. Clark merasa putus asa dan berniat untuk berhenti mengajar di
SD Harleem.
Maurice, seorang wanita yang dikaguminya, memberinya semangat agar
tetap berjuang dan membuktikan bahwa dirinya mampu menaklukkan kondisi para
peserta didiknya yang begitu “berbeda”. Berkat dorongannya itu, akhirnya Mr.
Clark mengurungkan niatnya untuk menyerah dan kembali mengajar di kelas
keesokan harinya.
Selain itu, Mr. Turner, kepala sekolah SD Harleem merasa kurang menyukai
dengan gaya pembelajaran yang dilakukan oleh Mr. Clark, bahkan Mr. Turner
sempat menekan kepadanya dengan mengatakan “My school, my rule, my way!”.
Mr. Turner menuntut agar seluruh peserta didiknya bisa lulus ujian akhir, ia tidak
mementingkan metode-metode pengajaran yang dilakukan Mr. Clark di kelas. Mr.
Clark selalu menggunakan metode-metode pengajaran yang lain daripada yang lain.
Dia menggunakan metode yang disukai dan dapat membuat peserta didiknya
merasa nyaman dan senang selama proses pembelajaran berlangsung. Seperti
berjalan-jalan, menggunakan radio tape, bergaya kocak, bahkan ia tak sungkan
untuk duduk di atas meja dimana biasanya hal itu adalah hal yang tidak sopan,
apalagi jika dilakukan oleh seorang guru. Mr. Clark mencoba mendalami satu
persatu para peserta didiknya yang memiliki masalah, kemudian dia berusaha
menanganinya.
Mr. Clark ternyata mampu melihat potensi-potensi kecerdasan dan bakat
yang dimiliki oleh para peserta didiknya. Bahkan suatu ketika, ia sudah mulai
mampu membuat pesera didiknya mulai untuk mencintainya. Dia meluangkan
banyak waktunya untuk memberikan pelajaran tambahan bagi para peserta didiknya
secara privat. Bahkan sampai-sampai dia tidak menghiraukan kondisi
kesehatannya. Ketika beberapa minggu menjelang Ujian nasional dilakukan,
berbagai macam usaha dan kerja keras telah dilakukan Mr. Clark, pikirannya
semakin mendapatkan tekanan hebat dan tenaganya terforsir, hingga membuat
badannya dalam kondisi yang tidak baik. Ketika ia harusnya dirawat di rumah sakit,
dia masih saja nekat mengajar. Hingga akhirnya, ia jatuh pingsan ketika mengajar
di depan kelas.
Walaupun dalam kondisi sakit dan terbaring lemah di Rumah Sakit, Mr.
Clark tetap mengajar dengan menggunakan rekaman video. Ia tetap amanah untuk
menjalankan kewajiban mengajarnya. Rekaman video yang dibuatnya, dinyalakan
di kelas, sehingga peserta didiknya masih bisa untuk belajar di kelas. Seminggu
sebelum Ujian Nasional, Mr. Clark sudah kembali pulih dan masuk kembali ke
kelasnya. Dia hanya sekadar mengulang dan memberikan penguatan-penguatan
pada peserta didiknya. Kelas Mr. Clark kini menjadi sebuah kelas yang sangat
berbeda dengan kondisi awal, rasa kekeluargaan yang terbangun kini menjadi
semakin sangat erat.
Mr. Clark merasa cemas dan tegang memikirkan peserta didiknya yang
sedang melaksanakan Ujian Nasional. Namun, ketika ujian telah berakhir, nampak
ekspresi lega dari raut wajahnya. Selanjutnya, Mr. Clark mengajak seluruh peserta
didiknya ke DE PHANTOM of de Opera, sebagai hadiah dan sekaligus penyegaran
setelah mengerjakan Ujian Nasional. Saat para peserta didik mendapatkan tiketnya,
terlihat mereka begitu senang dan sangat bersemangat.
Ketika hasil telah diperoleh, pada hari itu Mr. Clark mengundang orang tua
peserta didik untuk menyaksikan pengumuman nilai dari putra-putrinya. Di tengah-
tengah acara itu, Mr. Turner tiba-tiba masuk dan memberikan surat pengumuman.
Isi dari surat tersebut adalah memberitahukan bahwa niai dari salah satu peserta
didiknya merupakan nilai tertingggi dalam Ujian nasional, bahkan nilai rata-rata
kelas itu yang terbaik dan mengalahkan nilai rata-rata kelas unggulan. Kelas pun
sontak menjadi riuh dengan kebahagiaan dan kegembiraan. Atas semua hal yang
telah didapatkan oleh para peserta didik, mereka memberikan penghargaan kepada
Mr. Clark sebagai guru terbaik.

ANALISIS
A. Permasalahan yang ada dalam film ini yaitu:
1. Karakteristik peserta didik yang berbeda-beda, seperti malas untuk belajar
dan sulit diatur. Hal ini terlihat saat pertama kali mengajar, ia tidak
dihargai sama sekali dengan disoraki oleh para peserta didik, tidak mau
belajar, dan tidak mau mengikuti peraturan yang dibuat Mr. Clark.
2. Keadaan lingkungan sekitar yang tidak mendukung. Lingkungan yang
keras dapat mempengaruhi sifat seseorang seperti perjudian, pencurian,
dan kekerasan yang dapat mengurangi kepedulian terhadap pendidikan.
3. Kurangnya kepedulian orang tua terhadap pendidikan anaknya. Orang tua
yang sibuk dengan pekerjaannya sendiri sehingga anak disibukkan dengan
membantu pekerjaan rumah dan kurangnya waktu anak untuk belajar.
4. Peserta didik tidak nyaman untuk belajar di ruang kelas. Hal ini terlihat
pada beberapa guru sebelum Mr. Clark yang mengajar mereka tidak
sanggup karena kenakalan dan kericuhan yang mereka buat agar tidak ada
yang mau mengajar mereka.
5. Peserta didik di kelas yang dilabel dengan cap kelas terburuk dan terendah
agar bisa lulus ujian nasional dan juga menghadapi kepala sekolah.
6. Mr. Turner yang merupakan kepala sekolah di SD tersebut. Ia merasa
kurang cocok dengan gaya pembelajaran yang dilakukan oleh Mr. Clark,
bahkan dia sempat menekan Mr. Clark dengan mengatakan “My school,
my rule, my way”. Mr. Turner pun juga hanya berorientasi pada nilai dan
kelulusan seluruh siswanya, sehingga ia kurang percaya dengan metode
yang dilakukan oleh Mr. Clark dan terus menuntut agar seluruh siswanya
lulus.

B. Solusi atau Upaya Mengatasi Masalah Tersebut:


1. Mr. Clark melakukan adaptasi dengan peserta didik didalam kelas dengan
cara memberikan aturan dari Mr. Clark dimana aturannya yang pertama
yaitu kita adalah keluarga, yang kedua adalah kita saling menghormati,
dan yang ketiga adalah kita akan masuk dan keluar kelas dengan cara
berbaris.
2. Melakukan observasi dan pendekatan kepada orangtua agar bisa diajak
bekerjasama dalam pekerjaan rumah dan memberikan pengajaran
tambahan di rumah.
3. Melakukan berbagai kegiatan pembelajaran yang menyenangkan agar
anak termotivasi untuk belajar seperti yang dilakukan Mr. Clark
diantaranya:
a. Menggunakan berbagai media gambar didalam kelas
b. Bercerita dengan memberi tema pada situasi pembelajaran
c. Menggunakan media musik untuk menghapal pembelajaran
4. Melakukan pendekatan individual dengan siswa-siswanya agar lebih dekat
dan siswa merasa terbuka, tidak canggung, dan bisa masuk kedunia siswa-
siswanya.

C. Teknik Pembelajaran yang digunakan oleh Mr. Clark di kelas, yaitu:


1. Adanya aturan saat awal pembelajaran yang harus disepakati antara guru
dengan peserta didik.
2. Pendekatan individual kepada setiap peserta didik.
3. Menggabungkan materi pelajaran dengan musik, permainan kartu, audio
visual, dan sebagainya.
4. Mengajak peserta didik untuk aktif berperan.
5. Terus memberi motivasi pada peserta didik.
6. Membuat seorang peserta didik merasa nyaman, asyik, dan tidak
menjenuhkan dalam belajar.

D. Metode/strategi yang dilakukan Mr. Clark


Nilai-nilai yang diterapkan oleh Mr. Clark yaitu dengan menerapkan kepada
peserta didiknya bahwa kita semua adalah keluarga, dimana keluarga adalah tempat
untuk saling menghormati, memberi dukungan, dan menyayangi. Adapun metode
atau stategi yang dilakukan Mr. Clark yaitu menggunakan metode-metode yang lain
daripada yang lain. Dia menggunakan metode yang disukai dan dapat membuat
peserta didiknya merasa nyaman dan senang selama proses pembelajaran. Entah
dengan menggunakan radio tape, berjalan jalan, bahkan ia tak sungkan untuk duduk
di atas meja dimana biasanya hal itu adalah hal yang tidak sopan, apalagi jika
dilakukan oleh seorang guru. Dia mencoba mendalami siswa siswanya yang
memiliki masalah satu per satu kemudian dia berusaha menanganinya. Dia rela
mengorbankan waktunya untuk membantu siswanya agar dapat belajar dan menjadi
lebih baik lagi.

E. Nilai pelajaran yang bisa diambil untuk seorang guru dari film ini, yaitu:

1. Guru harus mengenal dan memahami karakteristik serta kebutuhan setiap


peserta didiknya.
2. Guru harus bisa memotivasi peserta didiknya untuk belajar.
3. Jadilah Guru yang menyukai tantangan dalam mengajar jangan mudah
menyerah dan putus asa. Beranilah untuk keluar dari zona nyaman.
4. Guru harus bisa melakukan pendekatan secara individual dengan peserta
didik. Guru mampu mengambil hati peserta didik agar mereka bisa
nyaman belajar dengan gurunya.
5. Guru harus bisa bekerja sama dengan kepala sekolah dan orangtua dalam
merancang suatu program pembelajaran bagi peserta didiknya, sehingga
program yang diberikan disekolah bisa sejalan dengan program atau
kebiasaan yang dilakukan dirumah.
6. Guru harus bisa memanfaatkan setiap kondisi sebagai media belajar bagi
peserta didik, sehingga dimana saja peserta didik bisa belajar dengan
nyaman dan maksimal
7. Guru mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan dan
harus selalu menghargai kemampuan sekecil apapun yang dimiliki peserta
didiknya.
8. Guru harus kreatif, solutif, dan inovatif. Dan yang paling terpenting guru
harus mau untuk selalu meningkatkan kualitas diri.
9. Guru harus mau membiasakan diri untuk mengungkapkan kepada peserta
didik bahwa inspirasi bisa datang dari siapa saja, termasuk dari peserta
didik juga.
10. Guru ikhlas mengorbankan banyak tenaga, pikiran, dan waktunya untuk
membuat peserta didik memiliki keinginan belajar serta mau untuk terus
menjadi lebih baik. Karena proses tidak akan pernah mengkhianati hasil.
11. Guru harus pandai memberikan reinforcement baik yang positif maupun
negatif kepada siswa.
12. Guru jangan pernah malu utuk mengatakan “saya belajar dari kalian, dan
kalian belajar dari saya”.

Anda mungkin juga menyukai