D - Kelompok 5 - Metabolemik
D - Kelompok 5 - Metabolemik
Metabolomik
AIF ALDIZAR ZULFIN 201810410311187
01
Yustika Faradhiba 201810410311190
02
Kelompok 05
Deajeng Febby Ayu 201810410311191
06
Artikel 1
DETERMINASI DAN ANALISIS FINGER PRINT DAUN MIANA
(COLEUS SCUTELLARIOIDES LINN.) SEBAGAI BAHAN BAKU
OBAT TRADISIONAL DENGAN METODE SPEKTROSKOPI FT-IR
DAN KEMOMETRIK
A. Metode
Pengambilan Sampel
Sampel diambil dari beberapa daerah di Sulawesi Selatan yaitu: Gowa, Sudiang, Bantaeng, Maros, Rembon,
Sillanan, Mengkendek, dan Seriti.
Pengukuran Sampel dengan FT-IR
Sampel daun miana yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 0,02 mg dan KBr sebanyak 0,2 mg. Masing-masing
dibuat satu ulangan, kemudian KBr dan sampel yang sudah ditimbang dimasukkan ke dalam mortal. Campurkan
dengan baik hingga seragam dengan cepat karena KBr dapat pula menyerap air. Hal ini dapat menyebabkan saat
mengempa tidak akan menghasilkan pellet yang baik. Sampel dan KBr yang telah dicampur dimasukkan ke dalam
alat pembuat pellet. Proses ini berlangsung selama 10 menit kemudian pellet dimasukan ke dalam wadah sampel
dan lakukan pengukuran spektrum FT-IR. Setelah itu spektrum disimpan dengan menggunakan nama yang sesuai.
Analisis Data
Data hasil spektrum FT-IR yang diperoleh diolah menggunakan program analisis kemometrik dengan data analisis
statistik menggunakan program Minitab versi 16.
B. Hasil dan Pembahasan
Spektroskopi FT-IR merupakan spektroskopi inframerah yang dilengkapi dengan
transformasi fourier untuk deteksi dan analisis hasil spektrum inframerah. Profil
spektrum FT-IR daun miana yang digunakan memiliki pola yang identik berbeda
dengan pola lainnya yang dilihat dari nilai absorban tiap spektrum dan ditandai dengan
adanya senyawa kimia dari simplisia dengan kadar yang berbeda berdasarkan tempat
tumbuh dari simplisia tersebut. Pengujian dilakukan sebanyak 8 tempat tumbuh yang
berbeda dengan menggunakan spektroskopi FT-IR.
Hasil pembacaan spektrum daun miana dengan menggunakan Fourier Transform
Infrared (FTIR) pada bilangan gelombang 4500 cm-1 sampai dengan bilangan
gelombang 400 cm-1, dimana pada bilangan 1500 sampai 800 cm-1 merupakan daerah
sidik jari (fingerprint).
Analisis PCA merupakan salah satu teknik kemometrik yang dapat digunakan untuk
menganalisis informasi data yang diperoleh sehingga kita dapat melakukan
pengenalan pola untuk mengelompokkan daun miana berdasarkan komponen
kimianya.
Hasil dari analisis PCA menunjukkan perbedaan daerah tempat pengambilan daun
miana. Nilai PC1 dan PC2 pada kurva score plot dari hasil analisis PCA digunakan
sebagai pembeda dari daerah tempat pengambilan daun miana yang berbeda.
Semakin dekat letak antara sampel pada score plot, maka semakin besar kemiripan
diantar sampel tersebut.
PC1 memiliki eigenvalue sebesar 8,00 dan terdapat
penurunan yang sangat tajam antara PC1 dan PC2, dimana
pada PC2 memiliki nilai eigenvalue sebesar 2,00 dan
selanjutnya mulai mengalami penurunan yang stabil sampai
pada PC8.
Abelmoschus manihot L. merupakan nama ilmiah dari daun gedi hijau, tanaman ini
termasuk dalam kelompok Malvaceae, biasa tumbuh didaerah yang beriklim tropis seperti di
Benua Asia. Di Indonesia sendiri tanaman ini bisa ditemukan tumbuh didaerah Sulawesi
Utara, pada daerah tersebut biasa digunakan sebagai bahan pangan. (Darnetty, 2016)
Beberapa tanaman yang bisa dijadikan bahan pangan berpotensi digunakan sebagai
tanaman obat dikarenakan mempunyai kandungan senyawa tertentu. Daun gedi hijau
memiliki kandungan flavonoid, steroid dan tanin. Menurut penelitian flavonoid pada
tanaman mempunyai aktivitas sebagai antioksidan. (Warongan, Sudewi and Yudistira, 2017)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan, spektrum infra merah
dan korelasi antara data spektrum dan aktivitas antioksidan daun gedi hijau. Metode
penentuan prediksi aktivitas antioksidan melaui analisis fingerprint menggunakan kombinasi
Spektroskopi IR dan Kemometrik Partial Least Square Regression (PLSR).
METODE
1. Metode DPPH merupakan metode yang dapat mengukur efektifitas antioksidan secara
cepat, sederhana, dan DPPH telah digunakan secara luas untuk mengukur kemampuan suatu
senyawa untuk menghambat radikal bebas atau sebagai pendonor hydrogen
2. Aplikasi kombinasi spektrum FTIR (Fourier Transformed Infrared Spectrophotometer)
dengan metode kemometrik telah banyak digunakan di antaranya model klasifikasi asal
daerah meniran, metode deteksi pemalsuan atau diskriminasi bahan baku pangan atau obat
herbal, prediksi kadar flavonoid total tempuyung, serta prediksi kapasitas antioksidan total
pada minuman anggur. Pemakaian yang luas tersebut karena teknik ini memberikan hasil yang
cukup teliti dan akurat.
3. Dalam penelitian ini, metode kemometrik digunakan untuk menemukan korelasi statistika
antara data spektrum dan informasi yang telah diketahui dari sampel, yang dalam hal ini
berupa Aktivitas antioksidan . Aktivitas antioksidan dari setiap sampel diukur dengan
menggunakan metode rujukan yang diakui, yaitu metode DPPH. Spektrum FTIR dari sampel
yang telah diketahui aktivitas antioksidannya tersebut lalu digunakan untuk membentuk suatu
model kalibrasi multivariat dengan metode statistika yaitu regresi kuadrat terkecil parsial
(partial least squareregression, PLSR). Kebaikan model kalibrasi prediksi aktivitas
antioksidan yang terbentuk di evaluasi menggunakan nilai koefisien korelasi (r) kalibrasi
maupun validasi, SEC (Standar Error of Calibration), dan SEP (Standard Error of Prediction).
BAHAN
a. Daun gedi hijau dari 3 tempat tumbuh yang berbeda yaitu :
- Kota Bitung (sampel A)
- Kota Manado (sampel B)
- Kota Kotamobagu (sampel C)
b. Etanol teknis 96%
c. KBr
d. 2,2-diphenil-1-picrylhydarzyl (DPPH)
e. Metanol (Pa)
ALAT :
a. Spektrofotometer FTIR (Shimazdu 8400 FTIR)
b. Spektrofotometer UV-VIS (Shimadzu 00780)
c. Komputer pengolah data
d. Alat-alat gelas
e. Vortex
f. Rotary Evaporator
PROSEDUR KERJA
1. Pengambilan Sampel :
Sampel daun Gedi Hijau (Abelmoschus manihot (L.) Medik.) diambil dari Kota Bitung,
Kota Manado dan Kota Kotamobagu. Selanjutnya setiap sampel daun gedi hijau (Abelmoschus
manihot L.) dibuat simplisia. Simplisia dibagi menjadi 3 kelompok dan setiap kelompok ini
kemudian diukur aktivitas antioksidan dan spektrum inframerah tertransformasi Fourier
sehingga dari 3 sampel daun Gedi Hijau diperoleh 9 pasang data
2. Ekstraksi :
Sebanyak 100 g simplisia dimasukkan ke dalam maserator 500 mL dan kemudian
ditambahkan etanol 96%. Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi selama 24 jam dengan
beberapa kali pengocokan. Ekstrak hasil maserasi kemudian diuapkan dengan rotary evaporator
hingga terbentuk ekstrak kental.
3. Pengujian Aktivitas Antioksidan Sebagai Penangkal Radikal DPPH
Sebanyak 1 mL ekstrak daun gedi hijau dengan konsentrasi 150 μg/mL ditambah dengan
2 mL larutan DPPH dalam metanol 0,08 mM. Campuran tersebut kemudian divorteks dan
dibiarkan selama 30 menit pada suhu kamar dalam keadaan gelap. Absorbansi diukur pada
panjang gelombang 517 nm dan sebagai blanko digunakan metanol. Dan digunakan
pembanding aktivitas penangkal radikal bebas dengan asam galat. Hasil presentase aktivitas
penangkal radikal bebas DPPH dihitung menurut persamaan :
Tujuan dalam analisis sidik jari ini adalah menemukan kesamaan dan atau perbedaan dalam
profil kromatogram antar sampel berdasarkan karakter retensi dan intensitas peak yang
diidentifikasi. Hasil analisis ini dapat memberikan sidik jari karakteristik sistemik
kandungan senyawa fitokimia antar sampel. Analisis HCA dapat dijadikan uji kemiripan
dan juga klasifikasi tanaman herbal yang
berbeda berdasarkan variasi retensi dan intensitas peak dalam
kromatogram KCKT. Langkah pertama yang dilakukan adalah
memilih “common peak” dengan melakukan uji kemiripan data
waktu retensi setiap peak yang muncul di setiap kromatogram
sampel (Gambar 2). Penentuan common peak ini berdasarkan nilai
similarity level > 0,90 untuk setiap kluster yang diobservasi.
Analisis HCA memberikan hasil bahwa puncak yang memiliki nilai
kemiripan tinggi adalah peak no 1, 2, 4, 6, 7. Dalam penelitian ini,
senyawa aktif dominan yang terkandung dalam S. rebaudiana
ditentukan dengan analisis KCKT senyawa standar baku steviosida
dan rebaudiosida A berdasar waktu retensinya. Senyawa dominan
yang teridentifikasi adalah rebaudiosida A (puncak no 6, waktu
retensi 9,667 min) dan steviosida (puncak no 7, waktu retensi
10,550 min). Daftar nilai similarity level antara waktu retensi
seluruh puncak dan “common peak” ditunjukkan pada Tabel 1.
Analisis HCA dilanjutkan dengan memasukkan data RPA setiap “common peak” untuk setiap
sampel. Pemeriksaan outlier dilakukan untuk meminimalkan bias. Outlier ditentukan dari sampel yang
memberikan nilai Mahalanobis Distance terbesar. Dalam penelitian ini, jumlah
outlier yang ditemukan adalah 1. Data RPA “common peak” tiap sampel disusun sehingga
diperoleh data dengan matrik 19 × 5. Hasil analisis HCA seperti yang ditunjukkan pada
dendogram (Gambar 3) mengelompokkan sampel dalam 3 kluster utama. Hasil pengelompokan ini
didaftar pada tabel II.
Hasil analisis HCA ini menunjukkan bahwa puncak penanda (marker) kromatogram ekstrak
daun S. rebaudiana adalah puncak no 1, 2, 4, 6 dan 7. Puncak-puncak tersebut dapat
menjadi sidik jari kromatogram ekstrak daun S. Rebaudiana berdasarkan kemiripan
karakteristik kandungan senyawa fitokimia khususnya senyawa steviosida dan rebaudiosida
A antar sampel dan lebih luas
lagi antar kelompok.
b. Principal Component Analysis (PCA)
Analisis ini memberikan hasil pengelompokan sampel berdasarkan aspek kuantitatif konsentrasi
senyawa yang mengkorelasikan area “common peak” dengan sampel secara langsung. Dalam
penelitian ini, analisis PCA awal menunjukkan klasifikasi yang masih bias. Hal ini dikarenakan
area puncak no 1 dan 2 memiliki nilai theoretical plate (N) yang kecil sehingga kualitas peak yang
dihasilkan dapat memberikan bias terhadap area terhitung. Oleh karena itu, analisis PCA
dioptimalkan dengan memasukkan data area puncak yang memiliki nilai N > 2000 yaitu puncak
no 4, 6 dan 7. Hasil PCA yang diperoleh ditunjukkan pada Gambar 4.
Klasifikasi PCA ini dapat dijadikan metode untuk mengelompokkan bahan baku daun S.
rebaudiana sesuai karakteristik sampel berdasar asal bibit, usia daun dan daerah. Kualitas ekstrak,
ekstrak terpurifikasi maupun produk yang mengandung ekstrak S. rebaudiana sangat dipengaruhi
kualitas bahan baku berdasar sidik jari kandungan senyawa fitokimia yang berpengaruh. Oleh
karena itu, analisis PCA ini dapat dijadikan metode kontrol kualitas bahan baku yang juga akan
memengaruhi kualitas produk yang dihasilkan.
Artikel 4
DETERMINASI DAN ANALISIS FINGER PRINT TANAMAN MURBEI (MORUS
ALBA LOUR) SEBAGAI BAHAN BAKU OBAT TRADISIONAL DENGAN
METODE SPEKTROSKOPI FT-IR DAN KEMOMETRIK
Latar Belakang
Tanaman murbei (M. alba Lour) merupakan salah satu jenis tanaman yang berkhasiat obat. pada
penelitian ini, determinasi menggunakan bahan baku murbei dengan metode analisis spektroskopi dan
kemometrik. Spektroskopi FT-IR dapat mengukur secara cepat sampel tanpa merusak dan mampu
menganalisis beberapa komponen secara serentak. Penggunaan FT-IR dalam analisis tumbuhan masih
terbatas karena matriks dan spektrum yang dihasilkan cukup kompleks. Spektrum finger print FT-IR
yang dihasilkan merupakan informasi data yang sangat kompleks sehingga dapat menggambarkan
secara menyeluruh karakteristik kimia suatu sampel. Perubahan yang terjadi pada posisi pita dan
intensitasnya dalam spektrum FT-IR akan berhubungan dengan perubahan komposisi kimia dalam
suatu sampel. Oleh karena itu, spektrum FT-IR dapat digunakan untuk membedakan tumbuhan yang
satu dengan yang lainnya walaupun komposisi senyawa kimianya belum diketahui secara pasti.
Metode kemometrik digunakan untuk menemukan korelasi statistika yang telah diketahui dari sampel.
Dukungan kemometrik memperluas potensi spektroskopi FT-IR sebagai metode alternatif untuk
menganalisis komponen tumbuhan.
Metode Penelitian
Alat :
1. Pembuat pellet,
2. Spektrofotometer FT-IR,
3. Mortal dan timbangan.
4. Alat rekayasa perangkat lunak yang digunakan yaitu seperangkat komputer merk Acer dengan
spesifikasi sebagai berikut : system processor intel (R) atom (TM), memory (RAM) 1.00 GB,
system type 32-bit operating system,
5. Perangkat lunak yang digunakan yaitu program Minitab versi 16 dan The Unscrambler® 9.7.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk simplisia daun murbei, serbuk kbr.
Bahan :
1. Serbuk simplisia daun murbei,
2. Serbuk kbr.
Cara Kerja:
Pengambilan sampel
Sampel diambil dari beberapa tempat di Sulawesi selatan yaitu: Bori, Solie, Baraka, Cendana, Kalambe,
Lemo, Cina, Palangga, dan Tikala.
Pengumpulan sampel
Penelitian yang digunakan adalah daun murbei yang diperoleh dari beberapa tempat di daerah Sulawesi
selatan.
Sortasi basah
Dilakukan terhadap tanah dan kerikil, rumput-rumputan, bagian tanaman lain atau bagian tanaman yang
rusak.
Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang melekat pada bahan
simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih yang mengalir yang terdiri dari air PAM dan sumur.
Perajangan
Perajangan bahan simplisia dilakukan dengan memotong kecilkecil secara melintang untuk
mempermudah proses pengeringan.
Pengeringan
Untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan untuk jangka waktu lebih
lama. Pengeringan dilakukan di dalam lemari pengering.
Sortasi kecil
Tahap akhir dari pembuatan simplisia yang bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-
bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor lain yang masih ada atau tertinggal pada simplisia kering.
Preparasi sampel
Sampel daun murbei yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 0,02 mg dan KBr sebanyak 0,2 mg. Masing-
masing dibuat satu ulangan, kemudian KBr dan sampel yang sudah ditimbang dimasukkan ke dalam mortal.
Campurkan dengan baik hingga seragam dengan cepat karena KBr dapat pula menyerap air. Hal ini dapat
menyebabkan saat mengempa tidak akan menghasilkan pellet yang baik. Sampel dan KBr yang telah
dicampur dimasukkan ke dalam alat pembuat pellet. Proses ini berlangsung selama 10 menit kemudian pellet
dimasukan ke dalam wadah sampel.
Pengukuran Sampel dengan Spektrofotometer FT-IR
Sampel dalam bentuk pellet kemudian diukur degan menggunakan spektrofotometer FT-IR, spektra kemudian
disimpan dengan menggunakan nama yang sesuai. Data hasil pengukuran diolah dengan menggunakan
metode kemometrik dengan menggunakan program Minitab Versi 16 dan The Unscrambler 9.7.
Spektroskopi FT-IR merupakan suatu teknik
analisis yang cepat, sederhana dan non-
destruktif dengan seluruh sifat kimia dalam
sampel dapat ditelusuri dan dimunculkan pada
spektra FT-IR. Profil spektrum FT-IR murbei
yang digunakan memberikan pola yang sangat
identik satu sama lainnya terkecuali nilai
absorbans tiap spektrum yang menandakan
bahwa senyawa kimia yang dikandung hampir
sama hanya berbeda pada kadarnya. Pengujian
FT-IR dilakukan pada simplisia murbei. Setiap
objek pengamatan tersebut diukur sebanyak 9
kali pengukuran menggunakan
spektrofotometer FT-IR sehingga diperoleh 9
spektrum untuk tiap sampel.
Hasil ini diperkuat dengan score plot antara
PC 1 dan PC 2 pada gambar yang
menunjukkan bahwa sampel murbei dari
beberapa daerah sudah dapat terpisah dan
dikelompokkan dengan baik.
Pengelompokkan murbei dengan asal daerah
yang sama berada saling berdekatan karena
kemiripan sifat dan komposisi kimia yang
dimilikinya
Analisis PCA dilakukan dengan cara
mencari 9 buah PC yang pertama dari data
matriks. Masing-masing PC ini memiliki
proporsi varians yang berbeda-beda seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 3. PC 1
memiliki nilai varians terbesar yaitu sebesar
44%, selanjutnya diikuti oleh PC 2 dengan
nilai varians sebesar 29 %, Sedangkan PC 3
sampai PC 8 hanya menggambarkan 0%
varians dalam data