Masa pergerakan nasional tahun 1926 Soekarno mendirikan Algemene Studie Club yang
ada di Bandung. Ternyata organisasi ini jadi awal mula mendirikannya Partai Nasional
Indonesia dimana didirikan di tahun 1927. Selanjutnya aktivitas Soekarno di Partai Nasional
Indonesia pun menyebabkannya ditangkap oleh Belanja pada Desember 1929 lalu
memunculkan pledoi fenomenal saat itu yaitu Indonesia Menggugat. Beliau kemudian
dibebaskan saat 31 Desember 1931.
Selanjutnya Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia atau Partindo pada Juli 1932
dimana partai ini adalah pecahan Partai Nasional Indonesia. Karena aktivitasnya ini,
Soekarno pun kembali ditangkap pada Agustus 1933 lalu diasingkan ke Flores. Pada
kondisi ini, Soekarno pun hampir dilupakan para tokoh nasional karena lokasinya yang jauh
dan terasing. Meski begitu, semangat Soekarno pun tidak pernah runtuh meski dalam
pengasingan yang bisa tersirat dari setiap surat ke Ahmad Hassan yang merupakan Guru
Persatuan Islam. Biografi Soekarno masih berlanjut dalam masa pengasingan yang
dipindahkan ke Provinsi Bengkulu di tahun 1938. Soekarno pun bisa bebas di masa
penjajahan Jepang di tahun 1942.
Soekarno di Masa Penjajahan Jepang
Ketika awal masa penjajahan Indonesia oleh Jepang sekitar tahun 1942 sampai 1945,
pemerintah Jepang masih belum memperhatikan tokoh dari pergerakan Indonesia. Hal
ini bisa terlihat dari Gerakan 3A yang tokohnya adalah Shimizu dan Mr. Syamsuddin
dimana mereka berdua kurang populer. Tapi pada akhirnya pada masa pemerintahan
Jepang, tokoh Indonesia ini kemudian mulai diperhatikan lalu dimanfaatkan juga mulai
dari Soekarno, Moh Hatta dan masih banyak lagi beserta organisasinya, sehingga
diusahakan bisa menarik perhatian dari penduduk Indonesia.
Saat masa penjajahan Jepang dimana disebutkan ragam organisasi mulai dari Jawa
Hokokai, BPUPKI, Pusat Tenaga Rakyat (Putera) hingga PPKI dengan tokoh mulai
dari Soekarno, Moh Hatta, Ki Hajar Dewantara, hingga K.H Mas Mansyur dan tokoh
yang lainnya yang aktif dalam aktivitas pergerakan nasional. Akhirnya, para tokoh
nasional ini kemudian bekerja sama bersama pemerintah Jepang dalam mencapai
kemerdekaan Indonesia. Meski begitu, tetap ada yang melakukan gerakan bawah
tanah yaitu Amir Sjarifuddin dan Sutan Syahrir, mengingat mereka menganggap jika
Jepang merupakan fasis berbahaya.
Soekarno di Antara Para Pemimpin Dunia
Di tahun 1943, Hideko Tojo yang merupakan Perdana Menteri Jepang mengundang para tokoh
Indonesia yakni Soekarno, Moh Hatta hingga Ki Bagoes Hadikoesoemo menuju Jepang dan
langsung diterima oleh Kaisar Hirohito. Bintang kekaisaran yaitu Ratna Suci pun diberikan
kepada ketiga tokoh tersebut oleh Kaisar Hirohito. Penganugerahan ini pun menjadikan
pemerintahan pendudukan Jepang kaget lantaran karena adanya penganugerahan bintang itu
maka ketiga tokoh dari Indonesia tersebut sudah dianggap sebagai keluarga dari Kaisar Jepang
itu.
Namun saat Agustus 1945 beliau kembali diundang Marsekal Terauchi yang merupakan
pimpinan Angkatan Darat di wilayah Asia Tenggara di daerah Vietnam dimana menyatakan jika
proklamasi Indonesia adalah urusan dari rakyat Indonesia. Tetapi karena banyaknya Soekarno
berhubungan dengan pemerintahan Jepang dan badan organisasi Jepang menjadikan Soekarno
pun justru dituduh Belanda sudah bekerja sama dengan pihak Jepang misalnya dalam kasus
romusha.
Soekarno di Masa Perang Revolusi