Pengkajian
1. Anamnesa
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosa medis.
Nama Pasien : Ny. H, Tanggal Lahir : 12 Mei 1988, Umur: 33 Tahun, Jenis Kelamin :
Perempuan, Pekerjaan : Perawat, Alamat : Jl. Kelapa Pati Barat, Bengkalis, No.MR :
01073544, Diagnosa Medis: Penurunan kesadaran ec stroke infark pons + Post Covid 3
bulan yang lalu
Pengkajian
2. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat pengkajian pada tanggal 8 November 2021di ruangan ICU RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru pada pukul 10.00 WIB didapatkan pasien dengan kesadaran sopor, GCS
E1M3Vtt, O2 via ventilator mode simV PC, Pi : 15, PS : 12, PEEP : 5, RR : 4, FiO 2 : 40 %,
TD : 135/80 mmHg, SpO2 : 100 %, T : 38,5○C, HR: 90 x/menit, RR : 20 x/menit,pupil 6/6
pupil bulat isokor, bunyi jantung: s1s2 (reguler), abdomen supel, ekstremitas: akral hangat,
CRT <2 detik, reflek cahaya -/-, balance cairan (cm : 1408,4, ck : 800, IWL : 200, Bc :
+408,4), ivfd terpasang via cvc d femoral dextra, terpasang DC, terpasang NGT dengan diit
6x300 cc/3 jam, infus RL : 100 cc/jam, vascon : 2/50 : o,o5 mcg : 1,4 cc/jam.
Pengkajian
Initial Asessment
1. Airway : tidak paten, terdapat banyak sekret dijalan napas, gurgling
2. Breathing: pasien bernapas menggunakan O 2 via ventilator mode SIMV-PC P1 15; Ps
12; RR 14; FiO2 40%; PEEP 5. Frekuensi napas 20 x/menit, pola napas abnormal,
penggunaan otot bantu pernapasan.
3. Circulation : akral hangat, TD 135/80 mmHg, HR 90 x/menit, kelembaban kulit
normal, CRT < 2 detik
4. Disability : tingkat kesadaran sopor, GCS E1M3Vtt, pupil 2/2, reflek cahaya +/+
5. Exposure : tidak ada jejas
Diagnosa
Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas, hipersekresi
jalan napas
2. Gangguan termoregulasi peningkatan suhu b.d sepsis
3. Perfusi serebral tidak efektif b.d kurangnya suplai O2 ke otak
Intervensi
Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas, hipersekresi jalan napas
a. Monitor pola napas
b. Monitor bunyi napas
c. Monitor sputum
d. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chinlift
e. Posisikan semi fowler atau fowler
f. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
g. Lakukan hiperokesigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
h. Berikan oksigen
i. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
j. Kolaborasi pemberian fluimucyl dan combivent, Resfar
Intervensi
Keperawatan
2. Gangguan termoregulasi peningkatan suhu b.d sepsis
a. Monitor tanda-tanda vital
b. Monitor intake dan output cairan
c. Monitor komplikasi akibat demam
d. Tutup badan dengan selimut/pakaian dengan tepat
e. Lakukan tepid sponge
f. Berikan oksigen
g. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas, hipersekresi jalan napas
a. Memonitor pola napas
b. Memonitor bunyi napas
c. Memonitor sputum
d. Mempertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chinlift
e. Memposisikan semi fowler atau fowler
f. Melakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
g. Melakukan hiperokesigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
h. Memberikan oksigen
i. Menganjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
j. Mengkolaborasi pemberian fluimucyl dan combivent, Resfar
Implementasi Keperawatan
4. Efek massa
2. Edema serebri
Peningkatan TIK merupakan kedaruratan yang
harus diatasi dengan segera. Ketika tekanan
meninggi, subtansi otak ditekan. Fenomena
sekunder disebabkan gangguan sirkulasi dan
edema yang dapat menyebabkan kematian.
Penatalaksanaan penurunan TIK, salah satunya
adalah mengatur posisi pasien dengan kepala
sedikit elevasi 15 - 30° untuk meningkatkan
venous drainage dari kepala dan elevasi kepala
dapat menyebabkan penurunan tekanan darah
sistemik, mungkin dapat dikompromi oleh
tekanan perfusi serebral. Berikut adalah skema
patofisiologi pengaturan elevasi kepala 15-30°
yaitu:
Pengaturan elevasi kepala 15-300pada pasien dengan peningkatan TIK Elevasi
kepala yang dapat mengontrol TIK, yaitu menaikkan kepala daritempat tidur
sekitar 15-300. Tujuan untuk menurunkan TIK, jika elevasi lebihtinggi dari 30
maka tekanan perfusi otak akan turun. Gambar dibawah inimenunjukkan hubungan
antara posisi kepala, penurunan TIK dan tekanan perfusi otak:
1. Menurunkan TIK pada kasus trauma
Indikasi kepala, lesi otak, atau gangguan
neurology.
2. Memfasilitasi venous drainage dari kepala.
1. Hindari posisi tengkurap dan trendelenburg..
2. Elevasi bed bagian kepala digunakan untuk menurunkan
TIK.
3. Kepala pasien harus dalam posisi netral tanpa rotasi ke kiri
atau kanan, flexionatau extension dari leher.
Kontra 4. Elevasi bed bagian kepala diatas 40° akan berkontribusi
terhadap postural hipotensi dan penurunan perfusi otak.
Indikasi 5. Meminimalisasi stimulus yang berbahaya, berikan
penjelasan sebelum menyentuh atau melakukan prosedur
6. Rencanakan aktivitas keperawatan.
7. Elevasi kepala merupakan kontra indikasi pada pasien
hipotensi sebab akan mempengaruhi CPP.
1. Stretcher atau hospital bad.
Jurnal ilmiah terkait dengan intervensi inovasi pengaturan elevasi kepala 15-30° untuk
mengatasi masalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral salah satunya adalah jurnal dari
Felix, M et al., (2009) dengan judul “Intracranial Pressure Pulse Amplitude During Changes In
Head Elevation: A New Parameter For Determining Optimum Cerebral Perfusion Pressure. Dari
jurnal tersebut didapatkan hasil bahwa bahwa ICP semua pasien meningkat ketika posisi pasien
0º.Nilai ICP turun secara significant ketika posisi dirubah dari 0º-60º.Nilai ICPPA turun dari
posisi 0º ke 30º.Nilai ICPPA naik secara significant dari posisi 30º-60º dan nilainya turun lagi
dari posisi 60º ke 0º.ICPPA minimum ditemukan pada pasien dengan head elevation 30º.
Jurnal Ilmiah Terkait
Pada posisi head elevation 60º terjadi penurunan significant nilai CPP dan MAP. Nilai CPP dan
MAP maksimal pada posisi 0º atau mengalami peningkatan dari perubahan posisi (penurunan
sudut posisi) 60º menuju 0º. Jadi perubahan posisi 0º sampai 60º menunjukkan adanya hubungan
antara ICPPA dan CPP, ICP dan CPP serta MAP dan CPP. Hal ini menunjukkan bahwa dengan
perubahan posisi dari 0º sampai 60º, semakin menurunkan ICP tetapi juga menurunkan CPP dan
MAP.Selain itu peneliti juga menyimpulkan bahwa peningkatan ICPPA diikuti dengan
penurunan CPP dan MAP.
Jurnal Ilmiah Terkait
Hal ini membuktikan bahwa ICPPA dapat digunakan sebagai indicator posisi head elevation dengan sudut
berapakah yang dapat memberikan CPP dan MAP yang optimal. Kesimpulan dari peneliti adalah
Head elevation merupakan bagian penitng untuk terapi ICP dan CPP di ruang rawat intensif neurologi.Ketika
mencari upper body position yang tepat untuk memperoleh CPP maksimum untuk pasien dapat menggunakan
informasi tambahan dari ICPPA pada monitoring ICP. Hasil analisis dalam jurnal ini bahwa posisi head
elevation yang menguntungkan (tidak menurunkan CPP dan MAP tetapi juga dapat menurunkan ICP) adalah
dalam rentang 15-30º (bisa dibaca di jurnal aslinya). Hal ini juga diperkuat hasil dari penelitian Duward et al
(1983) yang dikutip oleh peneliti dalam jurnal yang dibahas ini mengatakan bahwa posisi 15-30º akan
mengurangi ICP dengan maintenance CPP dan cardiac output dibandingkan dengan posisi 60º yang biasanya
cenderung menurunkan MAP yang berpengaruh pada CPP.
Jurnal Ilmiah Terkait
Pemantauan atau monitoring Intracranial Pressure (ICP) sangat penting dalam perawatan intensive
neuro untuk maintenance keadekuatan ICP dan CPP pada pasien.Tindakan tradisional yang sering
dilakukan dengan menaikkan posisi kepala (head elevation) supaya menurunkan ICP masih menjadi
bahan perdebatan selama bertahun-tahun. Maneuver atau perubahan posisi ini hanya sering befokus
pada nilai ICP dan tidak memperhatikan penurunan artery blood pressure yang terjadi pada tingkat
sirkulasi cerebral pada pasien yang dilakukan head up elevation. Sehingga pengukuran langsung atau
pengkajian secara tidak langsung CPP untuk menemukan posisi yang tepat untuk optimal CPP pada
pasien perlu diperhatikan supaya otak tetap mendapatkan suplai oksigen secara lancar.Pada pasien
yang terpasang monitoring ICP, ICPPA dapat dimanfaatkan untuk menentukan optimalisasi CPP.
Jurnal Ilmiah Terkait
ICPPA terdiri dari besarnya perubahan denyut dalam volume darah cerebral dan compliance
volume cadangan craniospinal.Jika kondisi klinis stabil pada compliance craniospinal dan faktor
jantung konstan, maka perubahan ICPPA menunjukkan adanya indikasi perubahan resistensi
cerebrovaskuler yang dipengaruhi oleh menurun dan meningkatnya CPP karena head elevation.
Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penulisan dan hasil asuhan
keperawatan pada Ny.H dengan Stroke Infark Pons
di ruang ICU Medikal RSUD Arifin Achmad 2. Diagnosa keperawatan dibuat kelompok
Pekanbaru Provinsi Riau, maka kelompok berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan
mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: Indonesia (SDKI) Edisi I dan intervensi
keperawatan berdasarkan Standar Intervensi
1. Kelompok melakukan pengkajian Ny.H dan
Keperawatan Indonesia (SIKI) dan diterapkan pada
Ny.H dengan Stroke Infark Pons
memperoleh 3 diagnosa keperawatan. Kelompok
membuat intervensi dan melakukan implementasi
serta melakukan evaluasi
Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat menjadi referensi tentang
laporan dan asuhan keperawatan pada pasien
dengan stroke infark pons
3. Bagi Rumah Sakit
Mampu meningkatkan kinerja perawat dan
tenaga medis yang lain sehingga mampu
2. Bagi Institusi Pendidikan meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien
dengan stroke infark pons
Sumber informasi untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan khususnya mengenai asuhan
keperawatan pada pasien dengan stroke infark
pons