1. Perawat puskesmas melakukan kunjungan rumah pada
pasien laki-laki berusia 30 tahun karena mengurung diri di kamar sejak 2 minggu. Pasien menolak makan, mandi, dan berbicara dengan orang lain. Hasil pengkajian: kontak mata kurang, pasien hanya diam dan mengangguk serta menggelengkan kepala saat ditanya. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien baru saja ditinggalkan oleh istrinya. Apakah tujuan tindakan keperawatan pada kasus di atas? A.Pasien tampak bersih B.Pasien mampu mengontrol halusinasi C.Pasien mampu mengungkapkan aspek positif D.Pasien menunjukkan perilaku meningkatnya harga diri E. Pasien mampu berinteraksi Jawaban: E Pembahasan: Pada kasus di atas pasien mengalami isolasi sosial dimana isolasi sosial merupakan suatu tindakan yang menghindari interaksi dengan orang lain sehingga tujuan yang tepat adalah pasien mampu berinteraksi dengan orang lain. Isolasi sosial ditandai dengan kontak mata yang kurang, acuh terhadap lingkungan, tidak merawat diri, tidak adanya komunikasi verbal, dan asupan makanan berkurang, sehingga dengan mengajak pasien berinteraksi merupakan tujuan awal yang harus dilakukan.
2. Seorang laki-laki usia 35 tahun dirawat di ruang
neurologi dengan riwayat kecelakaan lalu lintas dan telah menjalani operasi intracranial (kraniotomi). Perawat mengevaluasi kondisi klien pasca kraniotomi 3 hari yang lalu. Manakah temuan pengkajian yang menunjukkan bahwa klien mengalami meningitis sebagai komplikasi dari pembedahan ? A.Kernig sign negative B.Tidak ada kaku kuduk C.Tanda brudzinski positif D.Skor GCS 15 E. Refleks babinski negative Jawaban: C Pembahasan: Gejala iritasi meningeal yang cocok dengan meningitis meliputi tanda kernig, kaku kuduk, dan tanda brundzinki yang positif. - Tanda brudzinski positif saat klien merefleksikan pinggul dan lutut sebagai respon dari fleksi kepala dan leher ke dada yang dilakukan oleh perawat. - Kaku kuduk ditandai dengan kekakuan dan nyeri pada leher, yang biasanya dikeluhkan pada saat leher difleksikan. - Tanda kernig positif saat klien merasa nyeri dan kaku pada otot hamstring ketika kaki fleksi maksimal pada lutut dan pinggul.
3. Seorang laki-laki berusia 50 tahun dirawat di ruang
neurologi dengan diagnosis meningitis. Hasil pengkajian didapatkan data pasien tampak lemas, TD 140/90 mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi nafas 20x/menit, suhu 38,7 oC. Pasien mengalami kesulitan untuk menggerakkan ektremitas bagian kanan secara aktif, kulit di sekitar area penonjolan tulang tampak kemerahan. Apakah intervensi keperawatan yang tepat dilakukan pada kasus tersebut? A.Memasang kasur decubitus B.Memberi kompres hangat C.Melakukan massage D.Mobilisasi tiap 2 jam E. Melatih ROM Jawaban: D Pembahasan: Hemiparese adalah kelemahan pada satu sisi tubuh dimana pasien tidak mampu untuk mengubah posisi dirinya secara mandiri. Sebenarnya manusia telah mempunyai pola proteksi dengan langsung mengubah posisinya pada kondisi sudah dirasakan mengalami panas atau nyeri pada suatu titik tertentu, namun pasien telah kehilangan kemampuan untuk itu karena mengalami hemiparese. Daerah yang tertekan lama akan kehilangan suplai darah dan mengalami iskemia dan kemudian akan mengalami gangguan metabolisme dan kerusakan jaringan daerah tersebut. Itulah sebabnya kenapa pasien terlihat mengalami kemerahan pada kulit daerah yang tertekan dan menonjol. Maka tindakan yang tepat dilakukan adalah ubah posisi pasien paling tidak setiap 2 jam.
4. Seorang perempuan berusia 65 tahun dirawat di ruang
neurologi dengan diagnose medis stroke haemoragic. Hasil pengkajian pasien mengalami penurunan kesadaran dengan GCS 9 dan mengalami hemiparese dextra. Tekanan darah 180/100 mmHg, frekuensi nadi 98x/menit, frekuensi nafas 26x/menit dan suhu 37°C. Hasil pemeriksaan CT Scan menunjukkan adanya gambaran hiperden pada daerah frontotemporal kanan. Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut? A.Resiko Ketidakefektifan perfusi jaringan otak B.Hambatan mobilitas fisik C.Ketidakefektifan pola nafas D.Resiko cedera E. Hipertermi Jawaban: A Pembahasan: Data yang menonjol pada kasus baik minor maupun mayor mendefnisikan adanya perubahan pada jaringan otak. Perubahan neurologis mendadak seperti perubahan status GCS (Glasgow Coma Scale), hemiparese, perubahan tekanan darah, dan didukung lagi dengan CT Scan menunjukkan adanya tekanan yang meningkat pada otak sehingga perfusi serebral mengalami penurunan. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak adalah diagnosa keperawatan yang didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana tubuh rentan mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat menganggu kesehatan dengan salah satu faktor resikonya adalah embolisme dan hipertensi sebagai penyebab stroke haemoragik.
5. Seorang laki-laki berusia 25 tahun dirawat di ruang
neurologi dengan diagnosis CKR. Hasil pengkajian menunjukkan kesadaran kompos mentis, kekuatan otot 5555/5555. Pasien mempertahankan posisi berbaring telentang selama tiga hari dan mengeluh pusing jika melakukan perubahan posisi menjadi duduk. Tekanan darah saat berbaring 110/80 mmHg dan ketika duduk 90/60 mmHg. Apakah implementasi keperawatan yang tepat dilakukan pada kasus tersebut? A.Merubah posisi tidur B.Latihan gerak sendi C.Mengobservasi tekanan darah D.Kolaborasi program fisioterapi E. Latihan gerak bertahap Jawaban: E Pembahasan: Cedera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau deselerasi terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak dan salah satu akibatnya akan mengganggu sirkulasi di otak. Tanda dan gejala cedera kepala ringan dapat menetap selama beberapa hari, beberapa minggu atau lebih lama setelah konkusio cedera otak akibat trauma ringan. Untuk itu diperlukan intervensi yang tepat untuk mengatasinya. Pilihan intervensi latihan gerak sendi bertujuan untuk mencegah kontraktur atau kekakuan sendi. Merubah posisi tidur secara periodik bermanfaat untuk mencegah luka baring. Latihan gerak bertahap dapat memberikan kesempatan bagi fungsi sirkulasi untuk beradaptasi dalam berbagai posisi tubuh. Tekanan darah diobservasi untuk membandingkan perbedaan kekuatan kontraksi pada posisi tubuh yang berbeda. Sedangkan program fisioterapi ditujukan untuk memperbaiki penurunan fungsi gerak.
6. Seorang laki-laki berusia 25 tahun baru saja dipindahkan
dari unit gawat darurat karena mengalami kecelakaan lalu lintas ke ruang perawatan neurologi. Pasien menjawab saat dipanggil namanya dan berkata bahwa ia sangat mengantuk dan pusing. Skor Glasgow Coma Scale (GCS) 12, terdapat luka di kepala yang telah ditutup dan tidak menunjukan tanda perdarahan yang berlanjut. Apa implementasi keperawatan utama pada kasus tersebut? A.Meninggikan posisi kepala B.Perawatan luka berkala C.Membatasi gerakan pasien D.Mengobservasi skor GCS E. Mengobservasi perdarahan Jawaban: A Pembahasan: Klinis yang paling umum di mana peningkatan TIK ditemui dan dipantau adalah pada cedera kepala, dimana beberapa mekanisme menyebabkan perubahan volume intrakranial. Sakit kepala merupakan gejala umum pada peningkatan TIK. Sakit kepala terjadi karena traksi atau distorsi arteri dan vena dan duramater akan memberikan gejala yang berat pada pagi hari dan diperberat oleh aktivitas, batuk, mengangkat, bersin. Muntah proyektil dapat menyertai gejala pada peningkatan TIK. Serta Edema papil disebabkan transmisi tekanan melalui selubung nervus optikus yang berhubungan dengan rongga subarakhnoid di otak. Hal ini merupakan indikator klinis yang baik untuk hipertensi intrakranial. Defisit neurologis seperti didapatkan gejala perubahan tingkat kesadaran; gelisah, iritabilitas, letargi; dan penurunan fungsi motorik. Fokus utama Anda adalah pada cedera kepala yang mengakibatkan munculnya gejala peningkatan TIK, maka meninggikan area kepala adalah pilihan yang tepat karena bertujuan menurunkan tekanan intra kranial
7. Seorang perempuan berusia 40 tahun dirawat di ruang
neuro dengan keluhan kejang. Pasien tampak kaku seluruh tubuh selama 1 menit, wajah menoleh ke kiri, mulut mencong ke kiri, dan mata mendelik ke atas. Hasil pengkajian didapatkan data bahwa pasien memiliki riwayat kejang sejak 2 minggu yang lalu. Apakah tindakan keperawatan yang tepat dilakukan pada kasus tersebut? A.Pasang oksigen B.Observasi tanda vital C.Pasang bedrail D.Berikan posisi terlentang, semi fowler E. Miringkan pasien, jauhkan dari benda tajam Jawaban: E Pembahasan: Pasien dengan kejang prinsipnya harus terhindah dari bahaya lingkungan termasuk dari benda- benda tajam yang ada sekitar pasien. Tidak boleh memasukkan sesuatu ke dalam tubuh pasien dengan ruda paksa karena akan terjadi cedera. Satu lagi yang perlu diamankan adalah jalan napas agar tidak tersumbat maka hal yang tepat dilakukan adalah memiringkan pasien ke salah satu sisi agar cairan atau muntahan yang ada tidak masuk ke saluran pernapasan klien.
8. Seorang laki-laki usia 34 tahun dirawat di ruang penyakit
dalam dengan keluhan sesak nafas. Hasil pengkajian didapatkan data batuk berdahak berwarna kekuningan, ronchi positif pada kedua lapang paru. Tekanan darah 130/80 mmHg, frekuensi nafas 28x/menit, frekuensi nadi 100x/menit, suhu 38oC. Hasil analisa gas darah menunjukkan pH 7,35, PCO2 45 mmHg, PO2 80 mmHg, HCO3 22 mEq/dL. Apakah masalah keperawatan yang tepat pada pasien di atas? A.Hipertermia B.Ketidakefektifan pola nafas C.Bersihan jalan nafas tidak efektif D.Gangguan pertukaran gas E. Keletihan Jawaban: B Pembahasan: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas didefinisikan sebagai ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran nafas untuk mempertahankan bersihan jalan nafas dengan faktor yang berhubungan adalah mukus yang berlebihan, sekresi yang tertahan. Pada kasus tersebut di atas, data-data dominan menunjukkan data yang terkait dengan masalah jalan nafas. Data seperti batuk berdahak berwarna kekuningan, ronchi positif pada kedua lapang paru dan adanya perubahan tanda vital mencapai batas atas normal, seperti frekuensi nafas 28x/menit, dan frekuensi nadi 100x/menit sebagai bentuk toleransi tubuh terhadap kesulitan melakukan proses pernafasan. Data lain yang menunjang terkait AGD dengan pH 7,35 (N: 7,35-7,45), PCO2 45 mmHg (N: 35-45), PO2 80 mmHg (N: 80-100 mmHg), HCO3 22 mEq/dL (-22+22), sehingga AGD masih dalam batas toleransi. 9. Seorang laki – laki berusia 52 tahun dirawat di bangsal penyakit dalam dengan keluhan batuk yang tidak sembuh – sembuh. Berdasarkan hasil anamnesa, pasien direncanakan akan dilakukan tindakan bronchoscopy. Apakah persiapan yang harus dilakukan sebelum tindakan tersebut? A.Pemeriksaan darah lengkap B.Puasakan pasien minimal 4 jam C.Konsul anastesi D.Pemeriksaan EKG E. Anjurkan pasien minum air putih 48 jam sebelum tindakan Jawaban: B Pembahasan: Bronkoskopi merupakan teknik yang memungkinkan visualisasi langsung trakhea atau cabang- cabang utamanya. Cara ini paling sering digunakan untuk memastikan diagnosis karsinoma bronkogenik, tetapi juga digunakan untuk membuang benda asing. Sebelum dilakukan tindakan pasien harus berada dalam posisi setengah berbaring atau supinasi setelah diberikan obat melalui jalur intravena. Pasien diharuskan puasa minimal 4 (empat) jam sebelum prosedur. Kemudian setelah prosedur bronkoskopi, pasien tetap tidak boleh makan atau minum minimum selama 2-3 jam sampai timbul refleks muntah. Jika tidak, pasien mungkin akan mengalami aspirasi ke dalam cabang trakheobronkhial.
10. Seorang pasien laki-laki berusia 74 tahun dirawat
dengan keluhan batuk dan sesak napas. Hasil pengkajian didapatka suara nafas wheezing, TD: 140/90 mmHg, frekuensi nafas 26x/menit, frekuensi nadi 92x/menit, SpO2 95%. Pasien dilakukan nebulisasi. Apakah evaluasi setelah dilakukan tindakan tersebut? A.Menghitung nadi B.Mengukur saturasi C.Menanyakan respon verbal D.Mengukur tekanan darah E. Mengkaji suara napas Jawaban: E Pembahasan: Pada kasus tersebut di atas masalah utama pada pasien ditemukan kesulitan mengeluarkan sekret yang ditandai dengan sesak nafas disertai suara wheezing sehingga dilakukan tindakan kolaboratif terapi inhalasi yaitu nebulasi. Terapi inhalasi adalah pemberian obat yang dilakukan secara inhalasi (hirupan) ke dalam saluran respiratorik atau saluran pernapasan. Hal penting sebelum dan sesudah melakukan tindakan kolaboratif pemberian terapi inhalasi menggunakan alat nebulizer adalah mengkaji/evaluasi suara napas pasien.
11. Seorang laki-laki berusia 45 tahun dirawat di ruang
penyakit dalam dengan keluhan sesak dan batuk. Tekanan darah 140/90 mmHg, frekuensi napas 33x/menit, frekuensi nadi 96x/menit, ada retraksi otot sela iga, dan ditemukan ronkhi diseluruh lapang paru. Saturasi oksigen 90% dan tes sputum BTA (Bakteri Tahan Asam) hasilnya positif. Apa rencana tindakan utama pada kasus tersebut? A.Pengaturan posisi semi fowler B.Kolaborasi pemberian oksigen C.Bantu pasien untuk batuk efektif D.Lakukan tindakan postural drainase E. Ajarkan teknik bernapas diafragma Jawaban: C Pembahasan: Masalah utama yang tampak pada kasus adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Dengan tindakan yang tepat akan dapat mengatasi masalah pada pasien. Tindakan pemberian posisi fowler bertujuan mempermudah pengembangan dada. Pemberian oksigen bertujuan untuk meningkatkan saturasi Oksigen di jaringan. Teknik batuk efektif dilakukan untuk membersihkan sekresi dari jalan napas atas. Postural drainage bertujuan mengalirkan sekresi dari saluran napas menggunakan energi gravitasi pada pasien yang tidak sesak. Sedangkan pernapasan diagfragma bertujuan memaksimalkan pengembangan bagian bawah paru.
12. Seorang laki-laki usia 64 tahun di rawat di ruang
penyakit dalam dengan keluhan sesak napas dan kedua kaki bengkak. Sesak dirasakan memberat saat pasien beraktivitas. Hasil pengkajian didapatkan data: pasien tampak lemah dan tidak berdaya, terlihat pucat dan sianosis. Tekanan darah 170/100 mmHg, frekuensi nadi: 100x/menit, dan lemah, frekuensi napas 24x/menit dan dangkal, suhu 37°C. Hasil pemeriksaan foto thorax menunjukkan CTR: 65%. Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut? A.Ketidakefektifan pola nafas B.Intoleransi aktivitas C.Kelebihan volume cairan D.Penurunan curah jantung E. Keletihan Jawaban: D Pembahasan: Tanda yang menonjol dikemukakan pada kasus tersebut adalah menunjukkan ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang dimungkinkan akibat dari pembesaran jantung (CTR>50%). Kompensasi jantung adalah dengan meningkatkan nadi, pucat dan lemah sebagai akibat tidak sampainya darah ke perifer dan darah dari perifer yang banyak mengandung CO2 sulit juga kembali ke jantung. Bengkak atau edema pada kedua tungkai merupakan penumpukan cairan pada ruang interstisial, dimana ini merupakan gangguan kardiovaskukar yang memunculkan gejala edema yang biasanya akibat dari gagal jantung, penggunaan obat- obatan vasodilator, penyakit vena kronik dan limfedema yang berakhir pada penurunan curah jantung.
13. Seorang laki-laki berusia 40 tahun mengeluh nyeri
dada seperti tertimpa benda berat. Nyeri dirasakan terus menerus yang menyebar ke leher dan punggung. Nyeri bertambah saat beraktivitas dan berkurang dengan beristirahat. Pasien sudah mendapatkan obat anti aritmia dan anti nyeri serta monitor EKG menunjukan segmen ST elevasi. Apa tujuan perawatan pada kasus tersebut? A.Mampu beraktivitas tanpa nyeri B.Periode waktu istirahat bertambah C.Nyeri dada berkurang sampai hilang D.Segmen ST kembali isoelektris E. Masa perawatan memendek Jawaban: C Pembahasan: Nyeri dada merupakan salah satu keluhan utama yang sering dikemukakan klien saat meminta pertolongan kesehatan. Rasa nyeri yang dirasakan berbeda dari satu klien dengan klien yang lain, bergantung pada ambang nyeri dan toleransi nyeri masing-masing. Maka, dibutuhkan beberapa penanganan untuk mengatasi nyeri pada klien, salah satunya dapat berkurang dengan penggunaan obatobatan. Dengan kata lain, hilangnya keluhan nyeri dada merupakan target dari upaya membatasi aktifitas dan pengobatan yang telah diberikan. 14. Seorang perempuan berusia 53 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan sesak napas dan pucat setelah buang air besar. Hasil pengkajian didapatkan bahwa pasien tidak mampu berjalan lebih dari 5 meter karena merasa sesak napas dan pusing ketika beralan, riwayat hipertensi sejak 4 tahun yang lalu. Semua keluhan hilang setelah beristirahat selama 30 menit dengan TD 110/70mmHg. Apa intervensi keperawatan utama pada kasus tersebut? A.Pemberian oksigen B.Modifikasi pola defekasi C.Pembatasan cairan D.Observasi tekanan darah E. Pembatasan aktivitas Jawaban: E Pembahasan: Masalah utama yang teradi pada pasien dengan gangguan sistem kardiovaskular yang ditunjukkan pada kasus memfokuskan pasien menunjukan tanda intoleran terhadap aktivitas sehingga perlu dibatasi aktivitasnya. Pilihan jawaban pembatasan cairan kurang tepat karena kelebihan cairan tubuh bisa menjadi sebab sesak, namun sesak yang terjadi diakibatkan karena aktifitas. Keluhan sesak pasien hilang dengan beristirahat sehingga terapi Oksigen belum diperlukan. Sedangkan pola defekasi tidak perlu dirubah tetapi cara mengedan harus diperbaiki. Selain itu tekanan darah perlu diobservasi untuk mengetahui tingkat kemampuan kontraksi jantung
15. Seorang laki-laki berusia 40 tahun pada hari kedua
dirawat di ruang penyakit dalam, masih mengalami nyeri dada hebat ketika beristirahat. Hasil pengkajian: TD 130/95 mmHg, frekuensi nadi 110x/menit, dan frekuensi napas 24x/menit. Hasil pemeriksaan EKG dan pemeriksaan enzim jantung diperlukan untuk diagnosis dan pemberian intervensi. Perawat telah memastikan pasien dalam posisi terlentang dan bagian yang akan ditempelkan elektroda yakni dada, pergelangan tangan dan pergelangan kaki bersih, lalu mulai menghidupkan alat EKG. Apa hal yang harus diperhatikan oleh perawat sebelum memulai prosedur? A.Pasien diminta untuk tidak berbicara saat perekaman EKG, pemegangan bedrail oleh pasien agar tidak jatuh, melepas penggunaan perhiasaan/bahan logam lainya pada pasien B.Pasien diminta untuk tidak berbicara saat perekaman EKG, pemegangan bedrail oleh pasien agar tidak jatuh, penggunaan perhiasaan/bahan logam lainya pada pasien tidak dipermasalahkan C.Pasien bebas untuk berbicara saat perekaman EKG, pemegangan bedrail oleh pasien agar tidak jatuh, penggunaan perhiasaan/bahan logam lainya pada pasien tidak dipermasalahkan D.Pasien diminta untuk tidak berbicara saat perekaman EKG, pasien diusahan tidak perpegangan pada bedrail, melepas penggunaan perhiasaan/bahan logam lainya pada pasien E. Pasien bebas untuk berbicara saat perekaman EKG, pasien diusahan tidak perpegangan pada bedrail, melepas penggunaan perhiasaan/bahan logam lainya pada pasien Jawaban: D Pembahasan: Pada saat perekaman, hal-hal berikut perlu diperhatikan: Pasien dalam keadaan tenang, tidak bergerak. Pasien-pasien tertentu tidak dapat tenang, misalnya pasien dengan kelainan neurologi seperti penderita Parkinson yang mengalami tremor. Pasien-pasien ini harus dikondisikan setenang mungkin. Pada hasil pemeriksaan harus dituliskan bahwa saat diperiksa pasien tremor atau kondisi lain yang menyebabkan pasien bergerak. Pasien dipersilakan tidur terlentang, posisi pemeriksa berada di sebelah kanan pasien. Pemeriksa harus memastikan pasien tidak menyentuh bagian logam dari tempat tidur atau logam lain dan pemeriksa. Bila menggunakan perhiasan/logam supaya dilepas. Pemeriksa juga harus memastikan ekstremitas pasien ditopang oleh tempat tidur karena ektremitas yang tidak ditopang menyebabkan kontraksi otot yang dapat menyebabkan artefak pada hasil pemeriksaan EKG
16. Seorang laki-laki berusia 62 tahun dirawat di ruang
penyakit dalam dengan keluhan nyeri daerah leher menyebar ke punggung kiri dngan skala 6. Hasil pengkajian ditemukan sesak, terdapat ronchi pada kedua lapang paru, dan edema ekstremitas, gelisah, dan sulit tidur, di malam hari. TD 110/80 mmHg, frekuensi nadi 99x/menit, frekuensi nafas 28x/menit, SaO2 94%. Hasil EKG menunjukkan ST elevasi. Apakah tindakan keperawatan yang tepat dilakukan pada kasus tersebut? A.Kolaborasi pemberian nitrogliserin B.Mengajarkan latihan nafas dalam C.Menganjurkan pasien untuk rileks D.Membatasi retensi cairan E. Membatasi aktivitas Jawaban: A Pembahasan: Sumbatan akut pada pembuluh darah koroner sebagian besar disebabkan oleh ruptur plak ateroma pada arteri koroner yang diikuti oleh terjadinya trombosis, vasokonstriksi, reaksi inflamasi, dan mikroembolisasi distal. Sumbatan pembuluh darah koroner akan memunculkan gejala nyeri dada yang khas (angina), perubahan EKG (Q patologis, segmen ST elevasi, dan gelombang T meninggi atau menurun), serta kenaikan enzim otot jantung. Ciri yang disebutkan pada kasus tersebut adalah teradinya sumbatan pada pembuluh darah koroner. Tindakan yang tepat pada situasi ini adalah yang dapat menimbulkan dilatadi pembuluh darah koroner atau lisis sumbatan koroner. Nitro gliserin adalah regimen yang menimbulkan dilatasi koroner. Meminum obat nitrogliserin (vena dilatasi perifer dan koroner) 0,4- 0,6 mg tablet secara sublingual 3-5 menit sebelum melakukan aktivitas juga bertujuan untuk mengantisipasi serangan angina.
17. Seorang laki-laki berusia 56 tahun menderita
diabetes sedang di rawat di ruang penyakit dalam. Pasien telah dirawat selama 3 hari dan telah menerima informasi mengenai penyakitnya. Hal penting penting yang ditekankan adalah perlu dilakukan pengontrolan asupan makanan, insulin, dan aktivitas yang dilakukan. Selain hal tersebut, penting memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk melihat kondisi kadar gula darah pasien. Dalam lima komponen penatalaksanaan diabetes, pasien tersebut masuk dalam kategori apa? A.Pendidikan B.Terapi farmakologi C.Pemantauan D.Latihan E. Diet Jawaban: C Pembahasan: Dalam mengelola pasien DM pentingnya dimulai dengan pendekatan non farmakologi yaitu dengan edukasi berupa perencanaan makan/diet, kegiatan jasmani dan penurunan berat badan jika didapat berat badan berlebih. Kemudian pendekatan farmakologis atau pemakaian obat insulin. Ada lima komponen utama sebagai penatalaksanaan DM, yaitu: Penyuluhan/Edukasi, perencanaan makan/diet, latihan jasmani, farmakologi, monitoring gula darah.
18. Seorang perempuan berusia 65 tahun dirawat
dengan diagnosis DM tipe-2. Hasil pengkajian: pasien mengatakan sering BAK pada malam hari, turgor lama kembali, membran mukosa kering, lemah, sering merasa haus, dan lapar. TD: 110/70 mmHg, frekuensi nadi 104x/menit, frekuensi nafas 24x/menit, suhu 36,7°C. Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut? A.Kekurangan volume cairan B.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh C.Gangguan pola eliminasi D.Gangguan istirahat tidur E. Intoleransi aktivitas Jawaban: A Pembahasan: Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya . Gejala klasik diabetes melitus diantaranya adalah poliuria (sering berkemih), polidipsi (timbul/sering merasa haus)dan polifagi (timbul/sering merasa lapar)disertai dengan kadar gula darah sewaktu ≥200 mg/dl dan gula darah puasa ≥126 mg/dl. Kekurangan volume cairan didefinisikan sebagai penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar natrium. Faktor yang berhubungan adalah kegagalan mekanisme regulasi dan kehilangan cairan aktif, yang dapat ditandai dengan haus, kelemahan, kulit kering, membran mukosa kering, peningkatan frekuensi nadi, dsb. 19. Seorang laki-laki usia 60 tahun diantar keluarganya memeriksakan diri ke pilklinik penyakit dalam. Hasil pegkajian GDS: 60 mg/dL, pasien lemas, tampak berkeringat dingin, pucat, dan gelisah. Riwayat DM sejak 8 tahun yang lalu dan keluarga mengatakan pasien tidak mau makan. Apakah intervensi yang tepat dilakukan pada kasus tersebut? A.Memberi dextrose 40% B.Memantau tanda hipoglikemi C.Memberi minuman manis D.Menganjurkan untuk segera makan nasi E. Menganjurkan untuk menghentikan obat gula Jawaban: C Pembahasan: Hipoglikemia sebagai keadaan di mana kadar gula darah di bawah 60 mg/dl disertai adanya gelaja klinis pada penderita. Pada kasus tersebut pasien memiliki riwayat DM tipe 2 sejak 8 tahun yang lalu sampai saat ini. Hasil pengkajian ditemukan adanya penurunan GDS yaitu 60 mg/dL, lemas, berkeringat, pucat, dan gelisah, tanda tersebut merupakan tanda hipoglikemia yang harus diintervensi. Intervensi keperawatan yang tepat untuk meminimalkan hipoglikemia sebaiknya segera diberikan minuman manis (teh manis, sirup, dll).
20. Seorang perempuan berusia 24 tahun datang ke
poliklinik mengeluhkan diare dan sakit perut sejak satu hari yang lalu. Hasil pengkajian: perut teraba tegang, bising usus 25x/ menit dan diare 6-8 kali, turgor kulit tidak elastis, frekuensi nadi 110x/menit dan TD 125/80mmHg. Apa intervensi keperawatan yang harus dilakukan pada kasus tersebut? A.Manajemen nyeri B.Pemantauan tanda vital C.Pengukuran produksi urin D.Pemasangan cairan intra vena E. Pemeriksaan karakteristik feses Jawaban: D Pembahasan: Kekurangan volume cairan didefinisikan sebagai penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar natrium. Faktor yang berhubungan adalah kegagalan mekanisme regulasi dan kehilangan cairan aktif, yang dapat ditandai dengan haus, kelemahan, kulit kering, membran mukosa kering, peningkatan frekuensi nadi, dsb. Manajemen nyeri dilakukan untuk memberikan rasa nyaman. Perubahan tanda vital memberikan informasi kondisi sistem kardiovaskuler. Penurunan produksi urin mengindikasikan penurunan volume cairan. Penurunan kesadaran, nadi cepat disebabkan karena kehilangan cairan melalui feses yang encer. Karakteristik feses memberikan info ada tidaknya kemungkinan infeksi saluran cerna.
21. Seorang perempuan berusia 55 tahun di rawat di
ruang penyakit dalam dengan diagnose Ca Kolon. Klien baru dipasang kolostomi yang dibuat dua hari yang lalu. Saat ini pasien sudah mulai flatus berbau busuk dari stoma. Apakah interorientasi perawat yang benar? A.Hal ini normal, kejadian yang diharapkan B.Klien mengalami gajala awal iskemia usus C.NGT klien seharusnya tidak boleh dicabut D.Hal ini menunjukkan persiapan preoperasi usus yang tidak adekuat E. Hal ini menunjukkan hiperperistaltik pada saluran cerna Jawaban: A Pembahasan: Kembalinya gerakan peristaltik setelah pembuatan kolostomi, klien mulai mengeluarkan flatus berbau busuk dari stoma. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi usus kembali normal dan sesuai kondisi yang diharapkan. Dalam 72 jam pasca pembedahan, klien harus mulai BAB dari kolostomi.
22. Seorang laki-laki usia berusia 55 tahun di ruang
penyakit dalam dengan diare. Hasil pengkajian: pasien mengeluh lemas, BAB sudah 10x, konsistensi encer, terdapat lendir. TD 90/50 mmHg, frekuensi nadi 96x/menit, frekuensi nafas 20x/menit, suhu 38,3°C. Keseimbangan cairan minus 600 cc/24 jam. Pasien mendapat infuse NaCl 30 tetes/menit. Apakah evaluasi yang tepat pada pasien tersebut? A.Diare hilang B.Frekuensi BAB berkurang C.Toleransi terhadap aktivitas D.Tanda vital dalam batas normal E. Kebutuhan cairan terpenuhi Jawaban: E Pembahasan: Diare berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. Diare yang terus menerus dapat menyebabkan pasien kekurangan cairan yang ditandi dengan tekanan darah menurun, nadi yang cepat. Untuk mengatasinya diperlukan resusitasi cairan dimana nanti ketika dievaluasi maka cairan akan menjadi fokus utamanya.
23. Seorang laki-laki berusia 39 tahun, dirawat di ruang
penyakit dalam dengan keluhan sakit saat menelan. Hasil pemeriksaan didapatkan data porsi makan habis 1/3 porsi, bau nafas tidak sedap, cegukan, regurgitasi makanan, rasa penuh pada epigastrium, badan terlihat kurus, berat badan pasien turun 3 kg dalam 1 minggu. Nilai Hb 9,0 gr/dl, hasil biopsy menunjukkan adanya keganasan pada esophagus. Apakah tindakan keperawatan yang tepat untuk diagnosa keperawatan utama pada kasus diatas? A.Kaji status nyeri pasien B.Ajarkan latihan menelan C.Berikan intake nutrisi melalui NGT D.Berikan tehnik relaksasi nafas dalam E. Atur posisi pasien Jawaban: C Pembahasan: Pasien mengalami masalah keperawatan utama ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh karena gangguan menelan yang dialaminya akibat terdapatnya keganasan pada esophagus dan beberapa data pendukung lainnya. Untuk mengatasinya diperlukan tindakan memberikan intake nutrisi melalui NGT. Pemasangan NGT sangat membantu bagi pasien yang mengalami kesulitan menelan. Dengan dilakukan pemasangan NGT, cairan dan nutrisi akan langsung masuk ke dalam lambung sehingga diharapkan mampu memenuhi kebutuhan nutrisi pasien yang kurang.
24. Seorang laki-laki usia 60 tahun dilakukan perawatan
kolostomi yang telah penuh dengan feses. Saat ini sedang melepas kantung secara perlahan mulai dari bagian atas sambil mengencangkan kulit perut pasien. Perawat menggunakan tissue untuk mengelap sisa feses dari stoma dan menutup stoma dengan kassa lembab. Apakah tindakan keperawatan selanjutnya pada kasus tersebut? A.Cuci tangan B.Mengosongkan kantung stoma C.Pakai sarung tangan sekali pakai D.Mengoleskan pelindung kulit jenis pasta E. Membersihkan dan mengeringkan kulit sekitar stoma Jawaban: E Pembahasan: Perawatan kolostomi merupakan Suatu tindakan mengganti kantong kolostomi yang penuh dengan yang baru. Kolostomi mungkin mengeluarkan feses atau flatus, maka harus dibersihkan sekitar stoma dengan tujuan melindungi kulit dari feses dan memberikan kenyamanan pada pasien. Langkah-langkah perawatan kolostomi - Menjelaskan prosedur, mendekatkan alat-alat ke dekat klien, pasang selimut mandi/handuk, dekatkan bengkok kedekat klien - Pasang sarung tangan bersih, buka kantong lama dan buang ketempat bersih - Bersihkan stoma dan kulit sekitar dengan menggunakan sabun dan cairan hangat - Lindungi stoma dengan tissue atau kassa agar feces tidak mengotori kulit yang sudah dibersihkan - Keringkan kulit sekitar stoma dengan tissue atau kassa - Pasang kantong stoma - Buka sarung tangan, Bereskan alat, Rapihkan pasien - Mencuci tangan - Membuat dokumentasi
25. Seorang perempuan berusia 20 tahun dirawat di
ruang penyakit dalam dengan typoid hari kedua. Hasil pengkajian: Pasien bedrest, suhu tubuh meningkat 38,5oC sampai 39,5oC, TD 100/70mmHg dan frekuensi nadi 98x/menit. Pasien mengeluh sering berkeringat terutama setelah minum obat. Apa kriteria hasil untuk masalah keperawatan utama pada kasus tersebut? A.Kebersihan diri terpenuhi B.Aktivitas meningkat C.Suhu tubuh menurun D.Tekanan darah normal E. Frekuensi nadi normal Jawaban: C Pembahasan: Penyakit demam tifoid (typhoid fever) yang biasa disebut tifus merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella, khususnya turunannya yaitu Salmonella typhi yang menyerang bagian saluran pencernaan. Penyakit ini dapat menimbulkan gejala demam yang berlangsung lama, perasaan lemah, sakit kepala, sakit perut, gangguan buang air besar, serta gangguan kesadaran yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang berkembang biak di dalam sel-sel darah putih di berbagai organ tubuh. Karenanya suhu tubuh harus diturunkan untuk mencegah munculnya akibat lain. Berkeringat merupakan dampak dari proses penyakit. Aktivitas hanya mungkin ditingkatkan jika suhu tubuh kembali normal. Tekanan darah menggambarkan kekuatan kontraksi jantung. Frekuensi Nadi meningkat disebabkan oleh peningkatan suhu.
26. Seorang laki-laki berusia 24 tahun sedang dirawat di
ruang bedah dengan diagnose fraktur humerus dextra. Perawat telah mengajari klien yang dilakukan fiksasi tangan tentang tanda dan gejala sindrom kompartemen. Perawat memastikan klien telah memahami informasi tersebut jika klien menyampaikan gejala awal sindrom kompartemen yang mana? A.Jari-jari dingin berwarna pucat B.Jari-jari baal dan kesemutan C.Nyeri meningkat jika tangan tergantung D.Nyeri menunjukkan tingkat keparahan fraktur E. Sianosis Jawaban: B Pembahasan: Gejala awal sindrom kompartemen adalah parastesia (Baal dan kesemutan dijari- jemari). Tanda lainnya adanya nyeri yang tidak berkurang dengan opiod, nyeri yang meningkat saat anggita tubuh yang sakit dinaikan, pucat dan dingin di ujung bawah anggota tubuh yang sakit. Sianosis merupakan gejala lanjut. Nyeri yang menunjukkan kepatahan fraktur serta gejala lain yang berhubungan dengan nyeri bukan merupakan gejala awal.
27. Seorang perempuan berusia 20 tahun dirawat di
ruang bedah paska debridemen karena fraktur tibia fibula dekstra tertutup pada hari ke dua. Pasien terpasang backslap yang dibalut dengan elastis verban. Hasil pengkajian: Pasien mengeluh nyeri dan CRT jari kaki kanan lebih dari dua detik, terasa baal dan nadi dorsalis pedis melemah. Apa intervensi keperawatan prioritas pada kasus tersebut? A.Melakukan pijatan pada jari B.Memberikan kompres hangat C.Melonggarkan ikatan bidai D.Mempersiapkan pembedahan E.Meninggikan kaki yang fraktur Jawaban: C Pembahasan: Pembidaian menggunakan pendekatan atau prinsip melalui dua sendi, sendi di sebelah proksimal dan distal fraktur. Periksa dan catat ada tidaknya gangguan vaskuler dan neurologis (status vaskuler dan neurologis) pada bagian distal yang mengalami cedera sebelum dan sesudah pembidaian. (Cek PMS Pulsasi, Motorik, dan Sensorik). Beri bantalan yang lembut pada pemakaian bidai yang kaku. Periksa hasil pembidaian supaya tidak terlalu longgar ataupun terlalu ketat sehingga menjamin pemakaian bidai yang baik. Perhatikan respons fisik dan psikis pasien. 28. Seorang perempuan berusia 23 tahun dirawat di ruang bedah dengan keluhan patah tulangnya yang tidak sembuh-sembuh. Hasil pengkajian pasien mengalami patah tulang tertutup pada daerah lengan kiri sejak 4 bulan yang lalu dan berobat ke dukun tulang tetapi tidak kunjung sembuh dan lama kelamaan ototnya mengalami pengecilan, saat dikaji kekuatan otot: pasien dapat mengangkat lengannya tetapi tidak dapat menahan tahanan. Berapakah nilai kekuatan otot pada pasien tersebut? A.5 B.4 C.3 D.2 E.1 Jawaban: C Pembahasan: Skala kekuatan otot : 0: tidak bergerak, 1: tampak gerakan otot tetapi tidak ada pergerakan sendi, 2: terdapat pergerakan sendi tetapi tidak bisa melawan gravitasi, 3: pergerakan dapat melawan gravitasi tetapi tidak dapat menahan tahanan, 4: pergerakan dapat menahan tahanan tetapi kurang dari normal, 5: kekuaan otot normal
29. Seorang pasien laki-laki berusia 56 tahun datang ke
poli bedah dengan keluhan nyeri dan kaku pada persendian kaki. Hasil pengkajian dengan skal nyeri 2 bertambah saat pagi, lemas, kesulitan saat bergerak dan nyeri bertambah saat digerakkan pada ekstremitas atas, pasien juga mengeluh penyakitnya tidak sembuhsembuh, tanda herbeden’s (+) dan bouchard node (+). Pasien tidak memiliki riwayat penyakit asam urat. Apakah masalah keperawatan utama pada pasien tersebut? A.Nyeri B.Resiko cedera C.Cemas D.Hambatan mobilitas fisik E.Kelemahan Jawaban: C Pembahasan: Osteoarthritis ialah suatu penyakit sendi menahun yang ditandai oleh adanya kelainan pada tulang rawan (kartilago) sendi dan tulang di dekatnya. Tulang rawan (kartilago) adalah bagian dari sendi yang melapisi ujung dari tulang, untuk memudahkan pergerakan dari sendi. Kelainan pada kartilago akan berakibat tulang bergesekan satu sama lain, sehingga timbul gejala kekakuan, nyeri dan pembatasan gerakan pada sendi. Perawatan pasien OA ditujukkan untuk mengurangi nyeri dan mobilitas sendi.
30. Seorang laki-laki berusia 25 tahun, dirawat di ruang
bedah dengan keluhan kaki tidak bisa digerakkan. Hasil MRI terdapat fraktur vertebra L4-L5. Hasil pengkajian didapatkan data ekstremitas bawah terlihat atrofi, paraplegia inferior, TD 120/70mmHg, N 89x/mnt, RR 20x/mnt, T 36,50C, terdapat luka dekubitus pada punggung dengan luas 3x2 cm derajat II. Apakah tindakan keperawatan yang tepat untuk diagnosa keperawatan utama pada kasus diatas? A.Lakukan perawatan luka B.Lakukan ROM C.Monitor TTV setiap 4 jam D.Bantu perawatan diri E.Kolaborasi dalam pemberian antibiotic Jawaban: B Pembahasan: Fraktur lumbal adalah fraktur yang terjadi pada daerah tulang belakang bagian bawah. Bentuk cidera ini mengenai ligament, fraktur vertebra, kerusakan pembuluh darah, dan mengakibatkan iskemia pada medulla spinalis. Manifestasi klinis fraktur vertebra pada lumbal yaitugangguan motorik seperti kerusakan pada thorakal sampai dengan lumbal memberikan gejala paraparese (L1 : Abdominalis L2 : Gangguan fungsi ejakulasi L3 : Quadriceps L4-L5 : Ganguan Hamstring dan knee, gangguan fleksi kaki dan lutut). Keadaan tersebut tentunya membutuhkan intervensi yang dapat membantu kembalinya pergerakan seseorang, salah satunya dengan ROM (Range of Motion).
31. Seorang laki-laki berusia 39 tahun mengalami
fraktur femur dextra 1/3 proksimal, luka terbuka derajat IIIB. Hasil pengkajian didapatkan data: TD: 90/70 mmHg, Suhu: 38,4oC, Nadi: 120x/menit, RR: 24x/menit. Pasien tampak pucat dan lemah, gelisah, conjungtiva anemis, extremitas bawah dingin, Hb : 8,1 gr %. Apakah masalah keperawatan prioritas yang dialami pasien tersebut? A.Kerusakan integritas jaringan B.Resiko Infeksi C.Resiko Syok D.Hipertermia E. Cemas Jawaban: C Pembahasan: Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, dan dapat mengakibatkan penderita jatuh dalam syok.
32. Seorang wanita berumur 60 tahun dirawat di ruang
penyakit dalam karena gagal ginjal terminal. Hasil pengkajian pasien tampak sesak nafas, edema anasarka. Urine output 250 ml per 24 jam, TD: 160/110 mmHg, Nadi: 112x/menit, RR: 26x/menit dan nafas berbau amoniak, Suhu: 37,8°C. Pasien tampak cemas dan bertanya kenapa sesaknya tak kunjung hilang. Apakah masalah keperawatan utama pada pasien tersebut? A.Ketidakefektifan pola nafas B.Kelebihan volume cairan C.Hipertermia D.Perubahan pola eliminasi E. Cemas Jawaban: B Pembahasan: Chronic kidney disease (CKD) adalah suatu kerusakan pada struktur atau fungsi ginjal yang berlangsung ≥ 3 bulan, dengan atau tanpa disertai penurunan glomerular filtration rate (GFR). Nilai GFR menunjukkan seberapa besar fungsi ginjal yang dimiliki oleh pasien sekaligus sebagai dasar penentuan terapi. Semakin parah CKD yang dialami, maka nilai GFRnya akan semakin kecil Fokus perawatan pasien dengan gagal ginjal adalah mengkaji status cairan dan mengidentifikasi potensi penyebab ketidakseimbangan dilanjutkan dengan prgram diet. 33. Seorang laki-laki berusia 32 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan diagnosis kolik renal. Hasil pengkajian menyebutkan pasien merasakan nyeri di area pinggang menyebar ke bagian atas simpisis pubis dengan skala 8 dari 10, terkadang nyeri saat berkemih dengan jumlah normal dan tampak kemerahan dalam urin. Hasil Ultrasonografi menunjukan ada batu di Ureter. Apakah masalah keperawatan prioritas pada kasus tersebut? A.Nyeri akut B.Cemas C.Perubahan pola eliminasi urin D.Kekurangan volume cairan E. Obstruksi saluran kemih Jawaban: A Pembahasan: Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan ; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan atau berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi. Kolik renal berasal dari dua kata yaitu “kolik” dan “renal”. Kolik adalah merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga yang umumnya disebabkan karena hambatan pasase dalam rongga tersebut. Nyeri ini timbul oleh karena hipoksia, dirasakan hilang timbul, dapat disertai mual dan muntah. Sedangkan renal adalah ginjal. Kolik renal adalah suatu nyeri hebat pada pinggang yang disebabkan oleh karena batu di ureter atau di Pelvic Ureter Junction (PUJ) (urolithiasis).
34. Seorang laki-laki berusia 65 tahun datang ke RS
dengan keluhan sering BAK pada malam hari namun sulit BAK dan tidak tuntas. Pasien mengatakan nyeri perut bawah dan sangat tidak nyaman. Perawat melakukan pemeriksaan fisik dan menemukan Vesika Urinaria pasien terasa penuh. Apakah intervensi utama yang dilakukan perawat? A.Sediakan lingkungan yang kondusif B.Anjurkan pasien minum yang banyak C.Kolaborasi pemberian diuretic D.Kolaborasi pemasangan kateterisasi urin E. Lakukan bladder training Jawaban: D Pembahasan: Pemasangan kateter merupakan tindakan keperawatan dengan caramemasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan eliminasi dan sebagai pengambilan bahan pemeriksaan. Pemasangan kateter menyebabkan urin mengalir kontinyu pada klien yang tidak mampu mengontrol perkemihan atau klien yang mengalami obstruksi pada saluran kemih. Indikasi pemasangan kateter : Klien dengan retensi urin, mengambil sample urin untuk kultur urin, mengukur residu urine, memasukkan bahan kontras untuk pemeriksaan radiologi, dan monitor produksi urin atau balance cairan.
35. Seorang laki-laki berusia 40 tahun dirawat di ruang
bedah karena keluhan sulit berkemih. Pasien akan dilakukan pemasangan kateter urin (folley chateter). Setelah pelumasan kateter dengan jelly, kateter dimasukkan dengan mudah dan tanpa hambatan, segera urin terlihat keluar dan ditampung dalam bengkok. Apakah tindakan selanjutnya pada pasien tersebut? A.Menekan pubis pasien dengan lembut B.Menyambungkan kateter ke kantung urine C.Meneruskan pemasukan kateter sampai percabangan D.Mengembangkan balon dengan NaCl 0,9% E. Memfiksasi kateter dengan penis menghadap ke atas Jawaban: C Pembahasan: Saat insersi kateter dan urine keluar diperkirakan balon fiksasi baru sampai ke uretra, untuk keamanan maka kateter harus dimasukkan sampai ke percabangan agar saat mengembangkan balon tidak menimbulkan trauma atau rupture pada uretra
36. Seorang laki-laki usia 65 tahun dirawat di ruang
bedah pasca operasi prostatektomi. Hasil pengkajian pasien mengeluh nyeri ringan dengan skala 3 saat melakukan latihan nafas dalam dan batuk efektif. TD: 120/80 mmHg, Nadi: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 36,7oC. Apakah respon perawat yang tepat pada situasi tersebut? A.“Saya akan memberi anda obat anti nyeri” B.“Nyeri berangsur-angsur akan berkurang” C.“Lakukan latihan napas dalam secara rutin” D.“Nyeri merupakan hal normal setelah pembedahan” E. “Dengan menggunakan bantal, lakukan tekanan ringan di atas insisi” Jawaban: D Pembahasan: Pengembangan paru saat latihan napas dalam dapat menimbulkan distensi pada abdomen sehingga menimbulkan rangsang nyeri. Perawat perlu menjelaskan bahwa hal tersebut normal dan menjaga agar pasien tidak bertambah panik/cemas. Jawaban E kurang tepat karena dapat menekan area sekitar luka post op yang dapat menambah sensasi nyeri. Setelah memilih jawaban D, maka dapat dilakukan pilihan jawaban A dan C
37. Seorang perempuan berusia 41 tahun datang ke
Poliklinik Onkologi untuk melakukan perawatan luka post operasi. Pasien mengatakan telah menjalani operasi pengangkatan payudara kiri pada 1 minggu yang lalu dan pasien mengatakan penampilannya menjadi berbeda dengan perempuan pada umumnya, pasien mengatakan sedih dengan keadaannya sekarang. Pasien terlihat menyembunyikan bagian tubuhnya yang sudah diangkat. Apakah peran perawat yang dapat dilakukan dari kasus di atas? A.Memberikan informasi kepada pasien untuk menutupi bagian tubuhnya B.Memberikan informasi tentang karsinoma mammae C.Memberikan pasien pemahaman untuk menerima keadaannya yang sekarang D.Memberikan informasi tentang tanda-tanda infeksi luka post operasi E. Memberikan informasi mengenai cara perawatan luka dirumah Jawaban: C Pembahasan: Perasaan yang timbul karena perbedaan dengan orang lain akan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap dirinya. Gangguan citra tubuh adalah konfusi dalam gambaran mental tentang diri-fisik individu dengan karakteristik gangguan pandangan tentang tubuh seseorang (misal: penampilan, struktur, fungsi), gangguan struktur tubuh, persepsi yang merefleksikan perubahan pandangan tentang penampilan tubuh seseorang, mengihndari melihat tubuh, dan menyembunyikan bagian tubuh. Memberikan pemahaman tentang penerimaan kondisinya saat ini sangat penting dilakukan perawat untuk meningkatkan rasa kepercayaan diri yang diharapkan mampu meningkatkan harga diri seorang pasien terhadap citra tubuhnya.
38. Seorang perempuan berusia 25 tahun dirawat di unit
luka bakar karena mengalami luka bakar akibat tersiram air panas. Hasil pengkajian menunjukkan adanya luka bakar pada ekstremitas kiri dan kanan dengan kondisi luka: jaringan granulasi mulai terbentuk, permukaan luka tampak kemerahan dan pinggir luka rapi, tidak ada pus dan tidak terdapat jaringan nekrosis. Apakah fase penyembuhan luka tersebut? A.Inflamasi B.Proliferasi C.Maturasi D.Epitelisasi E. Remodeling Jawaban: B Pembahasan: Penyembuhan luka melalui 3 fase antara lain fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase maturasi. Fase inflamasi ditandai dengan adanya pelepasan platelet dan vasokonstriksi pembuluh darah yang mengakibatkan clout, sedangkan fase proliferase ditandai dengan pertumbuhan aringan fibroblast dan neovaskulerisasi yang membentuk terjadinya granulasi jaringan serta terbentuk matriks kolagen yang mengakibatkan kontraksi luka. Pada fase maturasi ditandai dengan terjadinya pembentukan epitelisasi dan keratinisasi.
39. Seorang laki – laki berusia 54 tahun dirawat di
Rumah Sakit dengan diagnosa medis dermatitis seboroik. Pasien mengeluh nyeri pada seluruh tubuh sehingga tidak bisa tidur nyenyak dengan skala nyeri 5 (rentang 1-10). Pasien sering bertanya kapan bisa pulang. Hasil pemeriksaan fisik: TD: 150/100 mmHg, Nadi: 126x/menit, RR: 28x/menit, Suhu: 36,8oC. Pasien tampak sering menguap, konjungtiva pucat dan tampak lingkaran hitam disekitar mata. Apakah masalah keperawatan utama yang muncul pada pasien diatas? A.Kerusakan integritas kulit B.Cemas C.Nyeri akut D.Kurang pengetahuan E.Gangguan pola tidur Jawaban: C Pembahasan: Dermatitis seboroik adalah penyakit dermatitis kronik yang ditandai dengan kemerahan dan sisik yang terjadi pada area dimana aktivitas kelenjar sebasea paling aktif, seperti wajah dan kulit kepala, area presternal, dan lipatan tubuh. Dermatitis seboroik tidak memengaruhi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Pada umumnya dermatitis seboroik memiliki gejala dimana pasien mengeluhkan kulit kepala terasa gatal atau seperti terbakar hingga nyeri dan mengganggu kenyamanan dan pola tidur. Pada kasus di atas pasien mengeluh nyeri seluruh tubuh dengan skala 5 hingga tidak bisa tidur nyenyak, hal ini menunjukkan pasien mengalami nyeri sedang yang perlu penanganan segera.
40. Seorang laki – laki berusia 54 tahun dirawat di
Rumah Sakit dengan diagnosa medis dermatitis seboroik. Pasien mengeluh nyeri pada seluruh tubuh sehingga tidak bisa tidur nyenyak dengan skala nyeri 5 (rentang 1-10). Hasil pemeriksaan fisik: TD: 150/100 mmHg, Nadi: 126x/menit, RR: 28x/menit, Suhu: 36,8oC. Pasien tampak sering menguap, konjungtiva pucat dan tampak lingkaran hitam disekitar mata. Apakah tindakan keperawatan mandiri yang dilakukan untuk masalah utama kasus di atas? A.Ajarkan pasien cara perawatan kulit B.Sarankan pasien menghindari iritasi dari luar C.Anjurkan pasien untuk minum susu sebelum tidur D.Mengajarkan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri E.Atur jadwal aktivitas dan istirahat pasien Jawaban: D Pembahasan: Untuk mengatasi nyeri ada beberpa hal yang dapat dilakukan seperti mengontrol faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan (pencahayaan), tingkatkan tidur/istirahat yang cukup, Ajarkan pasien penggunaan teknik terapi nonfarmakologis, dan kolaborasi pemberian terapi analgetik.
41. Seorang perempuan berusia 35 tahun dirawat di
ruang interna dengan DHF. Hasil pengkajian ditemukan TD: 100/70 mmHg, Nadi: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 38,3oC, pasien tampak lemas, terdapat petekie pada kedua lengan, dan terdapat darah pada saat pasien menggosok gigi. Hb: 12 mg/dL, Hematokrit: 50%, Trombosit: 45.000/mm. Apakah masalah keperawatan utama pada pasien tersebut? A.Hipertermia B.Intoleransi aktivitas C.Resiko perdarahan D.Kerusakan integritas kulit E. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh Jawaban: C Pembahasan: Dengue Haemoragic Fever (DHF) merupakan penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi salah satu dari empat tipe virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik. Pada demam berdarah dengue terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Tanda-tanda perdarahan sudah terlihat dengan adanya petekie namun yang lebih besar harus dicurigai adalah perdarahan internal pada sistem gastrointestinal khususnya. Pasien mengalami hal ini karena adanya penurunan drastis pada unsur pembekuan darah yakni trombosit maka patut dicurigai karena faktor resiko untuk itu sudah sangat jelas.
42. Seorang laki-laki 41 tahun dirawat hari ke-8 di
ruang HCU dengan diagnose krisis myastenia gravis. Dari pengkajian didapatkan data: pasien tampak lemah, kesadaran composmentis, terpasang trakeostomi terhubung dengan ventilasi mekanik, luka trakeostomi dan pita trakeostomi tampak basah dan kotor. Tindakan keperawatan yang tepat untuk pasien? A.Melakukan suction melalui trakeostomi B.Memonitor kesesuaian setting ventilator C.Melakukan perawatan trakeostomi D.Melakukan perubahan setting ventilator E. Kolaborasi pemberian antibiotic Jawaban: C Pembahasan: Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas. Perawatan trakeostomi sangatlah penting apalagi jika dalam kondisi basah dan kotor, karena sekret dapat menyumbat dan menimbulkan asfiksia. Oleh karen aitu, sekret di trakea dan kanul harus sering diisap keluar, dan kanul dalam dicuci sekurangkurangnya dua kali sehari lalu segera dimasukkan lagi ke dalam kanul luar. Bila kanul harus dipasang dalam jangka waktu lama, maka kanul harus dibersihkan dua minggu sekali. Kain basah di bawah kanul harus diganti untuk menghindari timbulnya dermatitis.
43. Seorang laki-laki berusia 38 tahun dirawat di ruang
penyakit dalam dengan kondisi leukemia. Hasil pengkajian Hb 6,4 gr/dl dan pasien direncanakan untuk transfusi darah. Perawat telah memasang jalur intravena dan memberikan NaCl 0,9% 50 cc, darah yang dilemari diambil dan dihangatkan. Apakah langkah yang dilakukan berikutnya oleh perawat? A.Memasang darah transfusi B.Menutup klem yang berada di bawah kantong normal saline C.Mengobservasi pasien D.Mendokumentasikan data yang relevan E. Mengecek label darah dan mencocokkannya Jawaban: E Pembahasan: Keamanan sangat penting dalam pemberian produk darah atau lainnya. Hal yang tidak boleh dilupakan dalam prosedur ini adalah mencocokkan label darah dengan apa yang telah diorderkan. Produk yang keliru akan menimbulkan respon alergi atau anafilaktif dan akan sangat berbahaya bagi pasien bahkan dapat menimbulkan kematian
44. Seorang perempuan berusia 65 tahun sudah
dijadwalkan 3 hari lagi untuk menjalani pembedahan lensa matanya yang kedua kali. Pasien dirawat di ruang perawatan kelas 3 bersama 5 pasien lainnya. Pasien berbagi fasilitas bersama dengan pasien lainnya. Pasien harus berjalan sekitar 10 meter untuk ke kamar mandi. Apa tujuan perawatan prioritas pada kasus tersebut? A.Cemas akibat bedah tidak terjadi B.Pasien tidak mengalami jatuh C.Kemampuan gerak terjaga D.Kebutuhan informasi terpenuhi E. Kebutuhan kebersihan diri terpenuhi Jawaban: B Pembahasan: Risiko jatuh didefinisikan sebagai rentan terhadap peningkatan resiko jatuh, yang dapat menyebabkan bahaya fisik dan gangguan kesehatan, dengan beberapa faktor resikonya adalah usia ≥65 tahun, lingkungan yang tidak terorganisasi, kurang pencahayaan, gangguan visual, penggunaan alat bantu jalan, dsb.
45. Seorang laki-laki berusia 65 tahun datang ke
poliklinik dengan keluhan penurunan pendengaran pada telinga kanan sejak 6 bulan yang lalu, sering pusing seperti berputar. Perawat sedang melakukan pemeriksaan dengan membandingkan konduksi getaran garputala melalui tulang mastoid pasien dengan perawat. Apakah jenis pemeriksaan pada kasus tersebut? A.Rinne B.Weber C.Audiometri D.Schwabach E. Tympanometri Jawaban: D Pembahasan: Pemeriksaan pendengaran dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas pendengaran secara lebih teliti. Pemeriksaan dengan garpu tala dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu pemeriksaan Rinne, Weber, Schwabach . Tes Rinne untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang pada telinga yang diperiksa. Tes Weber tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga kanan. Tes Schwabach : tes untuk membandingkan hantaran tulang mastoid diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal.
46. Seorang laki-laki berusia 50 tahun dibawa ke UGD
RS setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Hasil pemeriksaan: TD 150 mmHg, RR 27 x/menit, Nadi 102 x/menit, Suhu 37,50C. Pasien didiagnosis mengalami cedera kepala dengan luka terbuka pada pelipis kanan. Saat dilakukan pengkajian tingkat kesadaran, pasien membuka mata setelah diberikan rangsangan suara, pasien mengatakan “sakit” dan “aduh” saat ditanya perawat, dan saat diberi rangsangan nyeri terjadi fleksi abnormal. Berapakah nilai GCS (Glasgow Coma Scale) pada pasien di atas? A.E2V3M4 B.E4V3M3 C.E3V2M4 D.E3V3M3 E. E3V2M2 Jawaban: D Pembahasan: GCS (Glasgow Coma Scale) digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien dari berat ringannya cedera kepala, yang terdiri dari eye, verbal dan motorik. (CKR: GCS 15-14, CKS: GCS 9-13, CKB: GCS 8-3) 47. Seorang laki-laki berusia 35 tahun diantar ke UGD setalah mengalami kecelakaan. Hasil pengkajian: pasien tampak sesak, ekspansi dada tidak simetris, tampak adanya luka terbuka pada dada sebelah kanan, terdengar suara sucking chest wound pada luka terbuka. TTV: TD 90/60 mmHg, Nadi 108 x/menit, RR 27 x/menit, Suhu 370C. Saat ini pasien sudah terpasang oksigen. Apakah tindakan keperawatan selanjutnya yang harus dilakukan perawat pada pasien tersebut? A.Monitor tanda-tanda vital B.Lakukan resusitasi cairan C.Imobilisasi pasien D.Ajarkan pasien latihan napas dalam E. Lakukan tindakan penutupan luka terbuka dengan kasa 3 sisi kedap udara Jawaban: E Pembahasan: Pada kasus di atas pasien mengalami open pneumothorak, dimana merupakan trauma pada torak yang disebabkan adanya luka pada dinding dada yang dapat disebabkan oleh trauma tusuk sehingga ada hubungan udara luar dengan rongga pleura, sehingga paru menjadi kuncup. Ciri khas pada open peumothroka adalah adanya suara sucking chest wound yang terdengar seperti suara menghisap pada setiap inspirasi, didukung dengan pasien sesak, ekspansi dada tidak simetris, adanya luka tembus/terbuka pada thorak. Tindakan awal pada open penumothorak setelah pemerian oksigen adalah menutup luka dengan kasa 3 sisi yang kedap udara sehingga akan menutup luka dan mencegah kebocoran udara dari dalam. Kemudian kolaborasi dengan dokter untuk tindakan pemasangan chest tube.
48. Seorang laki-laki berusia 26 tahun dibawa ke UGD
setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Saat pengkajian tampak adanya fraktur tertutup pada femur dextra, perdarahan masif. TTV: TD 90/60 mmHg, Nadi 110 x/menit, RR 24 x/menit, Suhu 37,50C. Apakah tindakan keperawatan yang harus segera dilakukan pada pasien tersebut? A.Pasang kateter B.Berikan oksigen C.Pasang bidai D.Lakukan balut tekan E. Pasang IV line Jawaban: D Pembahasan: Pada pasien dengan fraktur femur sangat rentan mengalami perdarahan dan terjadinya syok. Syok terjadi akibat gangguan perfusi jaringan terhadap oksigen, dengan gejala: pucat, penurunan kesadaran hingga tidak sadar, takikardia dan lemah, akral dingin, takipnea, dan penurunan tekanan darah. Pada femur terdapat pembuluh darah yang besar sehingga rawan terjadi perdarahan sehingga tindakan pertama pada fraktur femur dengan perdarahan masif adalah balut tekan, imobilisasi, kemudian resusitasi cairan.
49. Seorang laki-laki berusia 26 tahun dibawa ke RS
dengan keluhan nyeri pada punggung dan kaki tidak bisa digerakkan setelah jatuh dari pohon kelapa, dan tampak luka terbuka pada dahi. Hasil pemeriksaan menunjukkan pasien mengalami trauma medula spinalis. Perawat akan melakukan pemasangan infus pada tangan kiri pasien, perawat sudah menjelaskan prosedur kepada pasien dan telah menyiapkan alat, serta torniket sudah terpasang. Apakah tindakan selanjutnya yang harus dilakukan perawat? A.Lakukan swab alcohol B.Mengambil abocath C.Menyiapkan fiksasi D.Melakukan penusukan vena dengan abocath E. Memasang perlak Jawaban: A Pembahasan: Pada kasus di atas, prosedur yang akan perawat lakukan adalah melakukan pemasangan infus. Tujuan dari pemasangan infus adalah untuk membantu memenuhi kebutuhan cairan, dan pemberian obat. Perawat telah menyiapkan peralatan pemasangan infus, menjelaskan prosedur, menentukan letak iv site, dan memasang torniket, sehingga tindakan selanjutnya adalah melakulan swab alkohol (untuk mencegah terjadinya kontaminasi pada area penusukan iv line) dan selanjutnya baru melakukan penusukan pada vena menggunakan abocath secara perlahan.
50. Seorang perawat bertugas di UGD suatu RS, saat
sedang berjaga tiba-tiba datng 4 orang pasien secara bersamaan dengan kondisi: Pasien A perempuan berusia 45 tahun dengan keluhan muntah dan pusing riwayat ca mamae, Pasien B laki-laki berusia 30 tahun mengeluh demam sejak 3 hari yang lalu, Pasien C perempuan 20 tahun dengan luka lecet pada pipi dan pasien D laki-laki 28 tahun yang tidak berespon terhadap nyeri. Manakah pasien yang harus mendapatkan prioritas segera? A.Pasien A B.Pasien B C.Pasien C D.Pasien D E. Pasien A dan D Jawaban: D Pembahasan: Triase merupakan suatu metode pemilahan pasien berdasarkan tingkat keparahan penyakit sehingga pasien dapat tertangani sesuai prioritas. Pasien dapat dikelompokkan menjadi: merah (gangguan pada ABCD/gawat darurat), kuning (tidak gawat tetapi darurat, gangguan salah satu dari ABCD, dan jika dibiarkan akan menyebabkan kecacatan), hijau (tidak gawat tidak darurat, pasien sadar tidak sertai gangguan ABCD), dan hitam (meninggal dunia). Pasien A perempuan berusia 45 tahun dengan keluhan muntah dan pusing riwayat ca mamae (kuning), Pasien B laki- laki berusia 30 tahun mengeluh demam sejak 3 hari yang lalu (hijau) Pasien C perempuan 20 tahun dengan luka lecet pada pipi (hijau) dan pasien D laki-laki 28 tahun yang tidak berespon terhadap nyeri (merah: mengindikasikan adanya gangguan ABCD), sehingga jawaban yang tepat adalah D.