Anda di halaman 1dari 8

Dualisme Kepemimpinan

Nasional
Zulfa Handayani
XII IPS 1
Pengertian Dualisme Kepemimpinan
Dualisme
dualisme adalah konsep filasafat yang menyatukan ada dua
subtansi,dalam pandangan juwa dan raga.
Kepemimpinan
kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh
pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
Dualisme Kepemimpinan adalah adanya dua pemimpin yang
memiliki kewenangan yang sama
Situasi politik Indonesia antara 1957 – 1966 yang memberikan
gambaran mengenai dominasi angkatan darat dalam pemerintahan.
Dominasi tersebut berpengaruh pada konflik dengan PKI dapat
mengancam politiknya . Presiden Soekarno juga merasa bahwa
dominasi AD dapat mengancam kekuasaannya, sehingga Presiden
mendukung PKI dalam berkonflik dengan AD
Pada akhirnya, munculnya soeharto sebagai
kekuatan baru dalam AD yang mampu
menumpas G 30 S dan mengahncurkan PKI
yang merupakan pencukung politik
Soekarno
Dualisme kepemimpinan Soekarno –Soeharto diawali dengan perbedaan penafsiran
mengenai surat perintah 11 Maret 1966 diantara keduanya, Soeharto menganggap bahwa
SP 11 Maret merupakan penyerahan kekuasaan

Sedangkan Soekarno merasa bahwa SP 11 Maret 1966 hanyalah perintah


pengamanan belaka.
Tindakan Soeharto sebagai pengemban SP 11 Maret seperti pembubaran PKI secara de facto
merupakan suatu dualism kepemimpinan. Hal ini dikarenakan sesuai dengan penetapan
presiden No.7 tahun 1959 bahwa sebenarnya presiden yang berwenang membubarkan partai

Sedangakan isi SP 11 Maret sebenarnya hanyalah merupakan perintah presiden dan tidak
menunjukkan peningkatan wewenang Soeharto. Wewenang Soeharto sebagai pengemban SP
11 maret selanjutnya meningkat setelah MPRS yang didominasi AD bersidang dan
menghasilkan ketetapan yang menimbulkan secara de jure
Ketetapan MPRS diantaranya dalam hal pembentukan cabinet Ampera yaitu Presiden
bersama sama pengemban SP 11 Maret diberi wewewnang membentuk cabinet.
Kenyataannya , Soeharto merupakan ketua presidium cabinet selanjutnya memipin cabinet
dan menguasai jalannya pemerintahan .

Tindakan Soeharto pada akhir masa dualism kepemimpinan yaitu berhasil mempersatukan
politik AD dalam Doktrin Tri Ubaya Cakti dan konsep orde barunya. Tindakan Soeharto
selanjutnya yaitu dengan mengadili para pendukung terdekat Soekarno mengenai
keterlibatannya dalam peristiwa G 30 S/PKI. Dalam pengadilan tersebut, Soekarno secara
langsung didiskreditkan mendukung G 30 S/PKI yang menyebabkan semakin berkurangnya
pendukung dirinya.
Soekarno akhirnya merasa terdesak dan menyerah pada keadaan yang terjadi, ia menyerahkan
kekuasaan eksekutif Soeharto. Akhirnya MPRS mengeluarkan ketetapan MPRS NO.
XXXIII/MPRS/1966 dalam siding istimewa yang mencabut kekuasaan eksekutif Presiden
Soeharto. Berakhirlah dualism kepemimpinan yang terjadi dengan diangkatnya Soeharto
menjadi Presiden.

Anda mungkin juga menyukai