Anda di halaman 1dari 10

WAWASAN PENDIDIKAN

OLEH:
BAIHAQI 1513621079
FRELLY SITANGGANG 1513621076
Kasus Bandar narkoba warga Negara asing
yang divonis hukuman mati, bagaimana
pendapat anda melihat pelaksanaan hukuman
mati ini terhadap dari aspek konsep manusia
dan kemanusiaan serta HAM.
Hasil Diskusi:
Pro kontra terhadap pelaksanaan eksekusi mati
bagi bandar narkoba masih menjadi perdebatan
untuk saat ini. Eksekusi mati adalah suatu
hukuman atau vonis yang dijatuhkan pengadilan
(atau tanpa pengadilan) sebagai bentuk hukuman
terberat yang dijatuhkan atas seseorang akibat
perbuatannya. Sebagian orang mendukung
hukuman mati dengan alasan utama karena dapat
memberikan efek jera dan mencegah
meningkatnya kejahatan narkoba. Sedangkan
sebagian lainnya tidak setuju dengan
diadakannya hukuman mati terhadap bandar
narkoba karena baginya, hukuman mati
merupakan bentuk hukuman yang merendahkan
martabat manusia dan melanggar hak asasi
Eksekusi Mati Tidak Melanggar HAM
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, menurut sebagian
masyarakat, eksekusi mati melanggar pasal 28 A UUD 1945. Tetapi
di pasal 28 G UUD 1945 juga jelas tertera bahwa manusia berhak
untuk mendapatkan perlindungan. Contohnya perlindungan dari
kejahatan narkoba yang dapat tiba-tiba mengancam nyawanya.
Dalam hal yang seperti ini asas kepentingan umum sangat harus
ditegakan menyampingkan kepentingan khusus atau pribadi.
logikanya seperti ini bila seribu orang terancam nyawanya karena
hanya seorang terpidana narkoba melakukan tindak kejahatan
untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya. Apakah Anda tetap
berpendapat kalau seribu orang terancam nyawanya demi
menyelamatkan satu orang penjahat narkoba?
Masalah hukuman mati, Mahkamah Konstitusi pernah memutuskan
bahwa hukuman mati yang diancamkan untuk kejahatan tertentu
dalam UU No 22 Tahun 1997 tentang Narkotika tidak bertentangan
dengan UUD 1945. Hukuman mati tidak bertentangan dengan hak
untuk hidup yang dijamin oleh UUD 1945, karena konstitusi
Indonesia tidak menganut asas kemutlakan hak asasi manusia
(HAM).
Hak asasi yang diberikan oleh konstitusi kepada warga negara
mulai dari pasal 28A hingga 28I Bab XA UUD 1945, dibatasi
oleh pasal 28J, bahwa hak asasi seseorang digunakan dengan
harus menghargai dan menghormati hak azasi orang lain demi
berlangsungnya ketertiban umum dan keadilan sosial.
Pandangan konstitusi itu,ditegaskan juga oleh UU No. 39
Tahun 1999 tentang HAM yang juga menyatakan pembatasan
hak asasi seseorang dengan adanya hak orang lain demi
ketertiban umum. Jadi sama sekali tidak ada yang bertentangan
dengan konstitusi mengenai masalah Hukuman mati ini.

Dapat disimpulkan bahwa kami sangat setuju


adanya hukuman mati untuk pengedar narkoba.

Indonesia tanpa Narkoba adalah harga Mati


Diskusi Kasus:

Coba anda diskusikan tentang kondisi siswa yang


membully guru baik yang dilakukan dalam lingkungan
sekolah maupun diluar sekolah sampai menggunakan
medsos yang dampaknya cukup besar terhadap hidup
dan kehidupan guru tersebut sebagai manusia.
Bagaimana implementasi pendidikan sebagai suatu
tindakan yang disengaja dan terencana yang dilakukan
oleh orang dewasa yang bertanggungjawab moral
untuk membantu anak menjadi dewasa dan mandiri.
Hasil Diskusi:
Untuk menghindari terjadinya kembali bullying siswa
terhadap guru, hendaknya siswa diajarkan pendidikan
moral/karakter. Karea pendidikan karakter diyakini akan
mampu menumbuhkan semangat kebersamaan, disiplin,
saling menghormati/menghargai, budaya malu, tanggung
jawab, dan nasionalisme.
Semoga melalui pendidikan karakter ini akan terbangun
fondasi yang kuat pada diri anak-anak bangsa, sehingga
kasus-kasus bullying dan kekerasan lainnya tidak akan
terjadi lagi di dunia pendidikan kita. Tidak perlu saling
menyalahkan dan intinya semua pihak harus bertanggung
jawab untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman,
nyaman, bersahabat, dan menyenangkan bagi anak.
Diskusi Kasus:
Mahasiswa yang tidak masuk tanpa pemberitahuan dan ijin menggunakan jam
kuliah dosen A untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen B. Dapat
dibayangkan jika dosen A masuk ke dalam ruang kuliah ternyata hari tersebut
banyak mahasiswa yang tidak hadir. Ketua kelas ditanya apakah ada kabar atas
ketidak hadiran teman-teman mahasiswa ini dan dijawab oleh ketua kelas sedang
observasi untuk mata kuliah lain. Dosen A agak marah dan dengan menahan emosi
mengatakan kepada ketua kelas untuk menyampaikan kepada mahasiswa yang
pergi observasi tidak diijinkan mengikuti kuliah dari dosen A. Satu jam sebelum
perkuliah berakhir rombongan mahasiswa yang pergi observasi datang langsung
masuk ke ruangan dan duduk. Dosen meminta mahasiswa menunggu diluar dan
tidak mengijinkan masuk. Selain itu dosen A juga menginformasikan kepada dosen
B untuk bantu menegur mahasiswanya yang mengerjakan tugas dengan
menggunakan jam kuliah dosen lain. Dosen menegaskan mahasiswa tidak
diperkenankan ikut kuliah lagi, mahasiswa tersinggung dan marah dan tetap
memaksa untuk melakukan nego kepada Dosen A untuk dapat mengikuti kuliah
kembali, Dosen A dengan niat untuk memberi tindakan tegas mendidik tetap
mengatakan tidak, karena tidak dapat nego kepada dosen A akhirnya mahasiswa
membuat pengaduan tertulis kepada dekan. Bagaimana menurut anda apakah
tindakan tegas yang dilakukan dosen A dapat dikategorikan emosional dan
merugikan orang lain, dan memimbulkan image bahwa dosen A adalah dosen yang
keras harus disingkirkan???
Dari kasus ini, dosen A sebenernya bagus untuk memberikan tindakan tegas buat
mahasiswanya, tetapi hendaknya dosen juga mampu menerapkan karakter yang lain,
yang tertuang dalam 5 pilar pendidikan dimana tidak hanya tindakan tagas yang harus
diterapkan dalam mendidik saja tetapi ada yang lain antara lain adalah memiliki
karakter kasih sayang dan kelembutan kepada peserta didiknya, menjadi tidak pantas,
bila dosen yang menjadi pembimbing dalam memahami ilmu dan etika, justru
memperlihatkan sikap yang tidak arif. Mahasiswa sepertinya dijadikan pelampiasan
emosi tanpa memberikan aturan yang jelas dan pemahaman atas aturan tersebut.
Bahkan yang tidak pantas, dosen memberi contoh cara menegur atau mengingatkan
kesalahan mahasiswa dengan cara yang tidak elegan dan bijak. Tidak bisakah dosen
memberi nasehat yang lebih santun dan persuasif karena mahasiswa sudah dewasa
pemikirannya. Sikap represif dengan menyindir, membentak dan mengeluarkan kata-
kata tidak santun justru berbuah antipati dan menyisakan luka di hati mahasiswa.
Bila aturan yang disepakati harusnya mahasiswa dan dosen berlapang dada. Misalnya
mahasiswa boleh terlambat maksimal 15 menit dan bila lewat dari batas itu tidak boleh
masuk, maka ini tidak akan jadi masalah bagi mahasiswa. Namun dosen juga harus
‘fair’ bila dia terlambat, harus menanggung resiko, tidak masuk kelas dan harus
menggantinya di waktu lain. Mudah sebenarnya, kalau masing-masing saling
menghargai posisi masing-masing. Mahasiswa tidak seenaknya datang terlambat dan
merasa akan terus dimaafkan, sementara dosen juga tidak sewenang-wenang dengan
posisinya yang menentukan nilai mahasiswa.
Bagaimana seandainya dosen terlambat masuk, apakah mereka mau konsekuen dengan
aturan yang disepakati?
Seandainya jika ada saling memaafkan antara dosen dengan mahasiswa tidak perlu
disingkirkan, tetapi jika tidak ada jalan keluar, hendaknya diganti dengan dosen yang
bukan hanya karena profesinya saja tetapi dapat pula mengerti dengan dunia
pendidikan.
TERIMA KASIH

LONG LIFE EDUCATION


BELAJAR SEPANJANG MASA
SEMANGAT…!

Anda mungkin juga menyukai