Anda di halaman 1dari 10

Review Buku

Social Studies for Social Justice: Teaching Strategies for the Elementary
Classroom
(IPS untuk Keadilan Sosial: Strategi Pengajaran Untuk Sekolah Dasar)

Penulis : Rahima C. Wade


Penerbit : Theachers College Press
ISBN : 978-0-8077-4762-9

Peserta didik mungkin dapat berhubungan lebih jelas dengan konsep keadilan
sosial jika fokus pada dua fitur utamanya, yaitu: kepedulian dan keadilan. Peserta
didik memahami istilah-istilah ini dan pentingnya dalam kehidupan sehari-hari
mereka. Kepedulian dan keadilan diajarkan di rumah dan di sekolah, dan dalam
bermain. Fokus pada kepedulian dapat membantu peserta didik menyadari dan
bertindak atas hubungan mereka dengan orang lain, baik di kelas maupun di
masyarakat. Yang melekat dalam keadilan sosial adalah hubungan dengan orang
lain yang didasari dengan hormat, bermartabat, dan empati.

Pemikiran dan perilaku didasarkan pada rasa saling keterkaitan. Karena kita
memiliki kapasitas dalam memahami keterkaitan kita kepada orang lain, kita
berusaha melindungi mereka dan menjaga mereka. Dengan kata lain, menjaga
orang lain mengarah kepada usaha untuk menjaga hak dan kesejahteraan orang
lain.

Kelas dasar menjadi tempat yang ideal untuk membantu anak-anak menyadari
bahwa beberapa orang membutuhkan lebih banyak bantuan jika setiap orang ingin
memiliki kesempatan yang sama untuk belajar. Keadilan harus disampaikan
dengan cara yang paling cocok untuk setiap peserta didik. Pendidikan keadilan
sosial mengajarkan anak untuk menghargai dan mencontoh norma-norma dan
nilai-nilai baik yang ada di masyarakat. Pendidikan keadilan sosial harus diajarkan
sedini mungkin. Hal ini dikarenakan pendidikan keadilan sosial menjadi yang
utama dalam mengajarkan nilai-nilai, rasa tanggung jawab, dan peduli terhadap
kehudupan manusia dan lingkungannya. Buku ini memberikan strategi dalam
pengajaran keadilan sosial di kelas dasar. Strategi yang dinilai efektif dalam
pengajaran keadilan sosial adalah strategi yang mengharuskan guru memberikan
contoh nyata dan kegiatan-kegiatan yang dapat langsung diterapkan di dalam
kelas.

Bagian awal buku ini, penulis menjelakan guru memiliki tanggung jawab dalam
menamamkan rasa peduli dan kepedulian terhadap lingkungan kepada peserta
didik. Ada dua cara utama untuk mencapai pendidikan keadilan sosial, yaitu:
1. Guru dapat mengajarkan tentang keadilan sosial dengan cara menggali
sejarah mengenai ketidak adilan dalam perjalanan bangsa.
2. Guru dapat mengajarkan tentang keadilan sosial dengan cara memberikan
peserta didik keterampilan, pengetahuan, dan sikap untuk menjalani hidup
dalam masyarakat dan memperjuangkan hak semua orang.

Pendekatan yang dapat digunakan adalah dengan mengimplementasikan


kurikulum keadilan sosial yang menekankan pada pembelajaran kolaboratif dan
pengalaman langsung peserta didik yang dapat menanamkan rasa empati dalam
diri mereka. Penulis menegaskan kurikulum keadilan sosial dapat diterapankan
kepada semua peserta didik disemua tingkatan kelas.

Tahap awal yang dapat guru lakukan dalam penerapan kurikulum keadilan sosial
adalah dengan membangun kelas yang adil secara sosial. Untuk menumbuhkan
kepedulian dalam diri peserta didik, guru dapat memulainya dengan memberikan
pengalaman secara langsung, perhatian dan juga dapat melalui impian mereka.
Setelah memberikan pengalaman tersebut, guru perlu menggerakkan peserta didik
untuk melihat keadaan sekitar mereka. Untuk mewujudkan keadilan sosial
pembelajaran di dalam kelas harus berpusat pada peserta didik dimana semua
orang yang ada di dalam kelas harus saling menghargai, dihargai dan
menghormati. Peserta didik diajakan untuk peduli dan selalu bekerjasama dengan
sesama anggota kelas. Untuk mencapai hal tersebut penulis menegaskan
pentingnya membangun hubungan yang tidak membeda-bedakan antar individu.
Ruang kelas dapat ditata sedemikian rupa sehingga memudahkan interaksi,
komuinkasi, diskusi, menghapuskan perbedaan serta menciptakan kolaborasi dan
keselarasan dalam setiap pengambilan keputusan antar setiap anggota kelas.
Peserta didik juga dapat belajar mengemukakan pendapatnya melalui kegitan
tersebut.

Selanjutnya penulis menyarakan untuk melibatkan guru lain, orang tua, ataupun
anggota masyarakat lainnya. Hal ini dapat dilakunan guna mengembangkan sikap
toleransi serta peserta didik diharapkan mampu beradaptasi dengan perubahan
yang mungkin terjadi ketika ada orang lain yang masuk kedalam lingkungan
mereka.

Setelah sikap saling peduli dan menghargai di dalam kelas terbangun, penulis
berpendapat bahwa transisi baru dapat dilakukan. Pada tingkat dasar ini peserta
didik diajarkan untuk menangani masalah-masalah seperti memanajemen rasa
marah, intimidasi, kebaikan, rasa hormat, empati, simpati, dan perasaan lainnya.
Selain itu, peserta didik juga diajarkan untuk dapat mengidentifikasi prasangka,
diskriminasi, dan stereotip. Dengan meningkatkan kesadaran peserta didik akan
hal-hal tersebut, guru dapat mulai mengajarkan kepada peserta didik bagaimana
merubah pemikiran mereka dan juga pemikikiran orang lain mengenai hal-hal
tersebut.

Mengajarkan IPS untuk keadilan sosial membutuhkan pandangan baru terhadap


topik-topik standar yang diajarkan di tingkat dasar. Setelah memahami hal-hal
yang bersangkutan dengan pribadi manusia, peserta didik dapat mulai diajakan
berpikir diluar zona mereka. Untuk melakukan hal tersebut, guru harus dapat
menyesuikan kurikulum keadilan soaial dengan keadaan di lingkungan mereka.
Penulis menekankan bahwa kurikulum keadilan sosial harus memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mempertanyakan dunia di sekitar mereka,
baik pada masa lalu ataupun di masa sekarang. Lebih lanjut penulis menekankan
bahwa kurikulum ini perlu melatih peserta didik untuk berpikir sendiri sehingga
mereka dapat belajar mengambil keputusan dan menetukan sikap yang sesuai
dengan keyakinan mereka. Peserta perlu ditunjukkan dengan bermacam-macam
nilai dan kemungkinan yang mungkin terjadi.

Peserta didik perlu diajarkan bagaimana perbedaan diantara anggota masyarakat


yang dapat menciptakan, kekuasaan, hak istimewa, dan kekayaan bagi sebagaian
orang dan juga kemiskinan bagi orang lain. Peserta didik perlu ditunjukkan pada
ketidak adilan yang ada dalam masyarakat dan juga sejarah. Dengan hal tersebut
diharapkan dapat meningkatkan kesadaran peserta didik, rasa empati, simpati, dan
memotivasi peserta didik untuk peduli kepada orang lain serta menciptakan
keadilan sosial. Selain itu, melalui kurikulum keadilan sosial peserta didik
diajarkan keterampilan berpikir kritis yang memungkinkan peserta didik untuk
dapat mengevaluasi dan memahami dunia sekitar mereka.

Kritik adalah bagian yang penting dari pendidikan keadilan sosial. Guru dapat
meminta peserta didik untuk mengkritik norma yang berlaku, untuk melihat
pendapat mereka dan hal yang mendasarinya dan juga untuk mengajarkan mereka
peranan diri mereka yang terkait dengan masalah sosial tersebut. Peserta didik
harus memiliki banyak kesempatan untuk mempertanyakan kenyataan sosial
melalui kritik, kartun, dan kehidupan di lingkungan sekolah. Saat peserta didik
sudah menemukan berbagai sumber informasi, peserta didik dapat melihat suara
siapa saja yang tidak didengarkan, siapa pembuat keputusan, dan cara yang baik
untuk melakukan perubahan.

Pengajaran keadilan sosial juga mendorong peserta didik untuk melihat perlunya
keaktifan dalam kelas melalui pembelajran yang memungkinkan mereka untuk
lebih dekat dengan orang-orang yang membutuhkan. Penulis megaskan bahwa
peserta didik perlu belajar dari masyarakat serta terlibat langsung dalam
masyarakat. Hal tersebut dapat dicapai melalui berbagai metode seperti
mengungkapkan pendapat mereka ke dalam sebuah surat, mengadakan
penggalangan dana untuk orang-orang yang membutuhkan, dan berpartisipasi
dalam pawai. Dengan cara ini peserta didik dapat belajar bahwa mereka memiliki
tanggung jawab dalam masyarakan dan juga hak asasi manusia.

Kepedulian terhadap hak asasi manusia telah menjadi isu yang menyebar dalam
masyarakat dan budaya sepanjang sejarah. Namun beberapa orang
mengidentifikasi hak asasi manusia sebagai penemuan Barat baru-baru ini terkait
dengan pengembangan dokumen Deklarasi Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-
Bangsa. Sebenarnya hak asasi manusia dapat ditelusuri ke suku asli Amerika dan
budaya Asia kuno, dan awal yang lebih luas lagi mengarah ke Israel kuno dan
Yunani.

Sebagian besar pendukung hak asasi manusia akan setuju bahwa hak asasi
manusia merupakan kondisi, dan praktik yang menjadi hak setiap manusia dengan
memanusiakan manusia. Hak asasi manusia mencakup dukungan materil,
toleransi, rasa hormat, dan martabat dalam hubungan ke semua manusia. Ini
merupakan aspek hak asasi manusia yang mencerminkan definisi keadilan sosial.
Mungkin karena asosiasi dengan PBB lebih diterima secara luas dan mudah
dipahami daripada konsep keadilan sosial. Pelajaran hak asasi manusia dalam
kurikulum IPS dasar terfokus pada pembelajaran tentang ketidakadilan dalam
masyarakat dan dunia. Mereka juga harus menyoroti orang-orang dan gerakan-
gerakan yang telah bekerja untuk keadilan bagi kelompok masyarakat atau dunia.
Masing-masing memiliki tempatnya dalam kurikulum.

Belajar tentang ketidakadilan bisa membangkitkan empati dan kepedulian peserta


didik terhadap orang lain. Dan belajar mengenai peristiwa sejarah yang
menghasilkan keadilan yang lebih besar dapat menginspirasi peserta didik,
memberi mereka tidak hanya harapan tetapi juga strategi praktis dalam usaha
untuk perubahan sosial sekarang dan di masa depan.

Mempelajari tentang sejarah AS dapat memberikan kesempatan yang besar untuk


mengajarkan tentang tindakan diskriminatif dan merugikan yang disebabkannya
serta langkah-langkah positif dalam memperjuangkan hak asasi manusia. Contoh
ketidakadilan yang kuat dapat ditemukan di topik perbudakan, kolonialisme,
pekerja anak, dan masih terdapat banyak hal lainnya, memungkinkan peserta didik
untuk dapat mengeksplorasi betapa tidak adilnya orang-orang yang sering
memberikan perlakukan yang berbeda kepada orang-oramg yang berbeda dari
mereka. Selain itu banyak juga studi yang dapat diambil sebagai contoh dari
keadilan global, seperti berakhirnya pengadilan penjahat perang dari Perang
Dunia II, dan negara di seluruh dunia mendapatkan kemerdekaan mereka.

Selain itu perlu juga melihat ketidakadilan dan keadilan dalam peristiwa terkini.
Guru harus dapat fokus membantu peserta didik melihat hubungan antara
peristiwa sejarah, keadaan masa kini, dan kemungkinan menjadi pembuat sejarah
di masa depan. Masalah-masalah sosial terkini yang dapat dipelajari dalam
kurikulum kelas dasar meliputi: kelaparan, tunawisma, rasisme, seksisme,
kemiskinan, dan pengangguran. Setiap masalah tersebut memberikan kesempatan
untuk belajar mengenai upaya nasional atau global untuk memecahkan atau
mengurangi masalah tersebut. Mengikiti berita terkini dapat membuka peluang
untuk terhubung dengan peristiwa terkini sesuai dengan minat peserta didik.

Salah satu pendekatan sederhana untuk mengajar tentang tindakan positif dalam
keadilan sosial adalah mempelajari tokoh yang telah berjasa dalam
memperjuangkan hak asasi manusia. Ketika peserta didik mempelajari orang-
orang yang telah bekerja untuk memperjuangkan hak asasi manusia, itu hal yang
penting yang dapat digunakan untuk menumbuhkan rasa peduli.

Demokrasi juga merupakan salah satu hal yang tidak dapat terpisahkan dari
keadilan sosial. Salah satu cara untuk mempelajari prinsip-prinsip dan pentingnya
demokrasi adalah melalui praktik demokrasi yang dapat dilakukan di dalam kelas.
Seperti yang diajarkan tentang pengertian kewarganegaraan dalam demokrasi
masyarakat, perlu diperhatikan banyak aspek agar menjadi warga negara yang
baik, diantarnya taat, partisipatif dan berorientasi pada keadilan. Warga negara
yang baik harus taat membayar pajak, mematuhi hukum, dan tidak mengganggu
hak orang lain. Warga negara yang partisipatif adalah warga nehara yang aktif
terlibat dalam kehidupan masyarakat dan komunitas. Warga negara yang
berorientasi pada keadilan berusaha mengubah aspek-aspek yang tidak
mendukung hak setiap orang menjadi mendukung hak setiap orang. Ketiga
perilaku tersebut memiliki peran penting dalam demokrasi yang berfungsi untuk
menciptakan masyarakat yang adil secara sosial yang dibutuhkan untuk
memberikan dalam menghadapi ketidakadilan.
Konservasi merupakan komponen juga dinilai penting dari pendidikan keadilan
sosial. Hal ini dikarenakan tidak mungkin tercapai keadilan sosial tanpa
mempertimbangkan lingkungan. Pandangan ini didukung oleh dua pernyataan,
yaitu hewan dan tumbuhan merupakan bagian penting dari kehidupan oleh karena
itu perlu dijaga dan dirawat. Selain itu, krisis lingkungan hidup tidak dapat
dipisahkan dari krisis sosial. Budaya dan kelompok etnis yang mengalami
diskriminasi sering menderita karena dari masalah lingkungan di komunitas
mereka.

Kurikulum IPS dasar seringkali membutuhkan pengajaran yang lebih banyak


memuat konten tradisional yang sebenarnya kurang sesuai dalam kaitannya
dengan demokrasi dan pemerintahan. Pendidikan keadilan sosial adalah aktivitas
yang dapat mendorong peserta didik untuk mengembangkan komitmen yang lebih
kuat dan pemahaman tentang bekerja untuk keadilan sosial. Di dalam kelas
keadilan sosial sangat penting untuk memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk aktif di dalam kegiatan sekolah ataupun di dalam komunitas mereka.
Hal ini dilakukan guna mendorong pesertra didik untuk dapat mencoba dan
membuat perbahyan yang konkret mengenai masalah-masalah yang telah
dianalisis atau dikritisi dalam kelas. Guru harus dapat mendorong peserta didik
untuk mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dari
suatu tindakan dan sejaih mana pebedaan akan tercipta. Guru tidak boleh
mengarahkan peserta didik ke arah pemikiran tertentu. Sebaliknya guru harus
membantu peserta didik menganalisis masalah, bertukar pikiran, pilihan, dan
membuat keputusan tentang tindakan apa yang ingin mereka ambil. Setelah guru
memberi arahan mengenai kemungkinan-kemungkinan yang terjadi atas
keputusan mereka, guru memberi kebebasan kepada peserta didik mengenai
keputusan akhir yang mereka ambil.

Penulis juga menjelaskan secara menyeluruh bahwa perlunya keadilan sosial


diimplementasikan ke dalam kelas. Penulis menyarakan agar menerapkan strategi
bermain peran, satra anak, puisi dan seni pertunjukkan dapat digunakan untuk
menumbuhkan kepedulian peserta didik. Strategi ini memungkinkan peserta didik
untuk menghubungkan secara konkret anatar apa yang mereka pelajari dan
memberikan mereka kesempatan untuk menyampaikan pendapat mereka serta
membangun rasa empati dan simpati yang lebih besar di dalam diri mereka.

Guru juga dapat mengadakan pertemuan yang dilakukan secara melingkar.


Pertemuan ini dapat dilakuakn dengan berbagai tujuan. Pertemuan lingkaran di
pagi hari dapat dilakukan untuk memulai komunikasi kelas dan melihat jadwal
yang akan dilaksanakan pada hari itu. Pertemuan pingkaran di akhir pertemuan
dapat membantu untuk mengevaluasi dan mengakhiri pertemuan hari itu dengan
hal positif. Dan pertemuan lingkaran kapan saja dapat digunakan untuk membuat
keputusan kelas atau mengatasi konflik atau masalah yang tak terhindarkan.
Dalam pertemuan ini juga dapat diadakan pada akhir minggu untuk memberikan
peserta didik kesempatan untuk mengatakan sesuatu yang mereka banggakan
tentangv diri mereka sendiri dan tentang teman sekelas mereka. Ketika peserta
didik mempraktikkan demokrasi di komunitas kelas mereka, dapat memunculkan
konflik dan masalah yang tak terhindarkan. Pertemuan lingkaran juga terbukti
bermanfaat untuk menyelesaikan masalah. Ketika peserta didik mendengarkan
kekhawatiran teman sekelas mereka, mereka dapat membantu menemukan cara
untuk menyelesaikan masalah tersebut tanpa campur tangan guru.

Pengajaran keadilan sosial menciptakan perbedaan antara kehidupan peserta didik


yang ada di dalam komunitas kelas dengan pengajaran keadilan sosial dengan
siswa yang tidak ada didalamnya. Pembelajaran keadilan sosial membangun
komunitas kelas yang inklusif dan adil dan juga melibatkan peserta didik dalam
pembelajaran yang aktif dalam topik-topik penting dalam masyarakat. Ruang
kelas yang berorientasi keadilan juga memberi kesempatan kepada peserta didik
dalam mengemukakan pendapatnya dan memfasilitasi kemampuan peserta didik
untuk terlibat dalam interaksi sosial di dalam lingkungan sekolah maupun
masyarakat luas.

Mengajarkan peserta didik keterampilan kepemimpinan tentu mengharuskan


mereka untuk memeriksa beberapa masalah sosial yang sedikit rumit dan sering
mengganggu yang mungkin tidak biasa masuk ke dalam pembelajaran kelas
dasar. Sebenarnya anak-anak lebih sadar akan kesenjangan sosial dan mampu
menalar tentang keadilan sosial daripada yang biasa diperkirakan.

Visi keadilan sosial mencakup proses kerja menuju dunia yang adil secara sosial
serta gambaran konkret tentang dunia itu sangat penting dalam pendidikan
keadilan sosial. Berfokus pada kepedulian dan keadilan, guru dapat mengajar
peserta didik tentang keadilan sosial saat guru membangun komunitas kelas yang
adil secara sosial selain itu peserta didik juga dapat belajar tentang masalah sosial
di dunia.
Pendidikan keadilan sosial yang efektif di kelas dasar adalah pendidikan yang
berpusat pada peserta diidk, kolaboratif, pengalaman, intelektual, kritis,
multikultural, dan aktif. Hal-hal tersebut dapat berfungsi sebagai panduan untuk
mengembangkan kurikulum keadilan sosial yang berkualitas di mana peserta
didik dapat mempraktikkan hubungan sosial yang adil di kelas dan menjangkau
orang lain saat mereka berusaha untuk menciptakan keadilan sosial di komunitas.

Guru harus selalu sadar, bahwa dalam usahanya untuk membawa topik penting
tentang keadilan sosial ke tingkat peserta didik kelas rendah harus disesuaikan
dengtan tingkatannya. Penulis memperingatkan bahwa guru harus berhati-hati
untuk tidak mencoba mendiktrin peserta didik mereka secara politis. Demikian
juga, yang harus dilakukan terhadap topik-topik tertentu, seperti kekerasan dan
perang, harus disesuaikan penyampaiannya deengan tingkayan kelas rendah.
Konteks yang menjadi semakin penting di kelas dasar, karena usia peserta didik
membuat mereka sangat rentan terhadap pengarh politik. Hal ini sering kali
mengakibatkan cepat terjadinya penekankan terhadap pentingnya membawa
keadilan sosial ke dalam kelas, namun kurangnya kesadaran tentang solusi dan
strategi apa yang paling tepat untuk mewujudkan keadilan sosial sering kali tidak
terpecahkan.

Upaya untuk mengajar dengan cara yang mendorong peserta didik untuk dapat
mengemukakan pendapatnya dan diskusi tentang keadilan sosial di antara peserta
didik merupakan tujuan yang baik. Penulis berhasil mendorong pemikiran kritis
dan pemecahan masalah kolektif di tingkat kelas dasar, tetapi mengalami
kesulitan berdasarkan pandangannya sendiri mengenai apa yang merupakan
keadilan sosial ketika menangani konteks politik yang lebih luas. Strategi
pengajaran untuk kelas dasar adalah sumber yang baik untuk memajukan
pendidikan demokrasi namun guru harus berhati-hati dalam penerapannya karena
pikiran peserta didik kelas dasar masih terlalu mudah dipengaruhi dengan hal-hal
yang tidak seharusnya.

Buku memampilkan banyak contoh yang konkret dari pengajaran keadilan sosial
di dalam kelas. Hal ini memudahkan pembaca dalam memahami maksud yang
ingin disampaikan oleh penulis.

Anda mungkin juga menyukai