Anda di halaman 1dari 66

PPH PASAL 22

Witholding system
 PPh pasal 22 adalah pajak yang dikenakan
atas penghasilan menurut prinsip
kemampuan membayar.
 Pembelian barang selaras dengan
kemampuan bayar pajak, adanya potensi
penghasilan atas penjualan kembali
barang.
Dasar hukum :

 UU no 36/2008 : Pajak Penghasilan


 PermenKeu no 154/PMK 0.3/2007:penunjukan pemunut
PPh ps 22 dan besarnya pungutan serta tatacara
penyetoran dan pelaporannya.
 KepMenkeu no 541/KMK 04/2000 :
tentang penentuan tanggal jatuh tempo pembayaran,
penyetoran dan pelaporan pajak serta Tata cara
Pemberian Angsuran atau Penundaan Pembayaran Pajak.
 PMK no 216/PMK.03/2008
 PMK 154/PMK/2010 jo.PER 57/PJ/2010
 PMK 224/PMK 011/ 2012
Obyek pemungutan PPh pasal 22
 Kegiatan usaha impor
 Kegiatan usaha dibidang lain yang
memperoleh pembayaran untuk barang dan
jasa bersumber dari APBN dan APBD.
 Kegiatan dalam usaha –usaha tertentu.
 Penjualan barang yang trglong mewah.
Jumlah yang dipungut merupakan pembayaran
dimuka ( kredit pajak ) bagi yang dipungut.

Untuk beberapa kegiatan tertentu sifat


pemungutan pajak final.
Dalam pasal 22 ini diatur :

 Badan-badan pemungut
 Tarip pajak
 Saat terutang dan pelunasan
 Tata cara pemungutan, penyetoran dan
pelaporan yang dilsalakukan oleh
pemungut.
Pemungut PPh pasal 22:
( PMK no 154/PMK 03/2010 )

 Bank Devisa dan Dirjen Bea Cukai atas impor


barang
 Bendaharawan Pemerintah dan KPA sebagai
pemungut pajak pada pemerintah
pusat,pemerintah Daerah ,instansii atau
lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga
negara lainnya berkenaan dengan pebayaran
atas pembelian barang.
 Bendahara Pengeluaran untuk pebayaran yang
dilakukan dengan mekanisme uang persediaan
 KPA atau pejabat penerbit SPM yang diberi
delegsi oleh KPA, untuk pembayaran kepada
pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme
pembayaran langsung.adan usaha
 Badan usaha yang bergerak dalam bidang
usaha industri semen, industri farmasi, industri
kertas, industri baja, dan industri otomotif yang
ditunjuk oleh Kepala KPP ,atas penjualan hasil
produksinya didalam negeri.
 Badan Usaha Milik Negara yaitu badan usaha
yang seluruh atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan negara
yang dipisahkan, yang meliputi:
 PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara
(Persero), PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk., PT
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk., PT Garuda
Indonesia (Persero) Tbk., PT Pembangunan Perumahan
(Persero) Tbk., PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., PT Adhi
Karya (Persero) Tbk., PT Hutama Karya (Persero), PT
Krakatau Steel (Persero); dan
 Bank-bank Badan Usaha Milik Negara,

berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang


dan/atau bahan-bahan untuk kegiatan usahanya.
 Produsen atau importir bahanbakar minyak,
gas dan pelumas, atas penjualan bahan bakar
minyak, gas dan pelumas
 Industri dan eksportir yang bergerak dalam
sector perhutanan, perkebunan, pertanian dan
perikanan yang ditunjuk oleh Kepala KPP atas
pembelian bahan-bahan untuk keperluan
industri atau ekspor mereka dari pedagang
pengumpul.
 Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha
industri baja sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf f, adalah industri baja yang merupakan
industri hulu, termasuk industri hulu yang
terintegrasi dengan industri antara dan industri
hilir
 Pedagang pengumpul sebagaimana dimaksud
adalah badan atau orang pribadi yang kegiatan
usahanya:
 a.mengumpulkan hasil kehutanan, perkebunan,
pertanian, peternakan, dan perikanan; dan
 b.menjual hasil tersebut kepada badan usaha
industri dan eksportir yang bergerak dalam
sektor kehutanan, perkebunan, pertanian,
peternakan, dan perikanan.
BIDANG USAHA IMPOR
Pemungut Pajak
Bank Devisa
Dirjen Bea Cukai
Tarip

1. Atas impor yang menggunakan API


2,5 % x Nilai Impor,
kecuali atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu
sebesar 0,5% (setengah persen) dari nilai impor;
2. Atas impor yang tidak menggunakan API
7,5 % x Nilai Impor
3. Atas barang impor yang tidak dikuasai
7,5 % x Harga Jual Lelang
4. Barang impor tertentu ( PMK 107/PMK 010/2015)
5. 10 % x Nilai impor.
Barang impor yang tidak dikuasai
 barang yang tidak dikeluarkan dari tempat penimbunan
sementara(TPS) dan tidak diambil pemiliknya.Barang tersebut
berada didalam area pelabuhan dalam jangka waktu 30 hari
sejak penimbunannya
 barang yang tdak dikeluarkan dari TPS yang berada diluar
area pelabuhan dalam jangka waktu 60 hari sejak
penimbunannya
 barang yang tidak dikeluarkan dari tempat penimbunan
berikat yang telah dicabut ijinnya dalam jangka waktu 30 hari
sejak pencabutan iijin.
 Barang yang dikirim melalui pos yang ditolak oleh pemilik
alamat dan tidak dapat dikirim kembali keluar daerah pabean.
* API ( Angka Pengenal Impor )
* Nilai Impor adalah :
C(Cost) + I(Insurance) + F(Freight)
ditambah Bea Masuk dan Pungutan lain
yang dikenakan sesuai dengan
perundang-undangan Pabean
Ekspor
Ekspor komoditas tambang batubara, mineral
logam dan mineral bukan logam, sesuai uraian
barang dan pos tarif/Harmonized System (HS),
kecuali yang dilakukan oleh wajib pajak yang
terikat dalam perjanjian kerjasama pengusahaan
pertambangan dan kontrak karya.
Tarip 1,50% x Nilai Ekspor yang tercantum dalam
PEB.
Saat terutang/ pelunasan :

 Bersamaan dengan saat pembayaran Bea


Masuk (via Bank Devisa)
 Dalam hal Bea Masuk ditunda /
dibebaskan, terutang dan dilunasi pada
saat penyelesaian dokumen PIB.

* PIB adalah Pemberitahuan Impor untuk dipakai


Tata cara pemungutan, penyetoran
dan pelaporan
 Pemungutan PPh pasal 22 atas impor
barang oleh pemungut ( bank devisa dan
DJBC ) dilakukan dengan cara penyetoran
oleh pengimpor ybs kebank Devisa, atau
bank persepsi atau bendaharawan DJBC
 Pelaporan oleh Bank Devisa 7 hari setelah
akhir masa pajak,
 Pelaporan oleh DJBC 14 hari setelah akhir
masa pajak.
Contoh :

 Pt Sejahtera mengimpor barang pada bulan


Pebruari 2010 senilai $ 10.000,-, asuransi $
1000,-dan Biaya angkut pembelian $ 2000,-.
Bea Masuk 10% dan Bea Masuk Tambahan 5%.
Biaya-biaya dipelabuhan ( biaya sewa gudang,
kuli pelabuhan dll ) Rp 1.000.000,00.
Perhitungan :
Cost……………………………………………….. $ 10.000,-
Insurance……………………………………….. $ 1.000,-
Freight-in……………………………………….. $ 2.000,-
------------------------
CIF ………………………………. ……………… $ 13.000,-
Bea Masuk 10%................................. $ 1.300,-
Bea Masuk Tambahan 5%……… $ 650,-
------------------------

Nilai Impor…………………………………… $ 14.950,-

Kurs BI $1, = Rp 9.200,00


Kurs Menkeu $1, = Rp 9.000,00
PPh pasal 22
 Untuk pajak digunakan kurs Menkeu
 Punya API
= 2.5% x ( 14.950 x Rp 9.000,00) =
Rp 3.363.750,00

 Tidak punya API


= 7,5% x ( 14.950 x Rp 9.000,00) =
Rp 10.091.250,00
KEGIATAN USAHA YANG
PEMBAYARANNYA DARI
APBN / APBD
Pemungut Pajak

 Dirjen Perbendaharaan
 Bendaharawan Pemerintah dan KPA(Kuasa
Pengguna Anggaran)
Tarip dan pelunasan

 Tarip :1,5 % x Harga Pembelian


 Saat terutang/ Pelunasan
 Atas kegiatan pembelian barang, PPh
pasal 22 terutang dan dipungut pada
setiap dilakukan pembayaran
Tata cara pemungutan, penyetoran
dan pelaporan

Pemungutan PPh pasal 22 atas pembelian


barang atau bahan-bahan oleh pemungut
dilaksanakan dengan cara pemungutan
dan penyetoran oleh pemungut pajak atas
nama Wajib pajak kebank persepsi
atau Kantor Pos dan Giro.
 Penyetoran oleh bendaharawan dilakukan
pada hari yang sama dengan pemungutan
dan pelaporan dilakukan 14 hari setelah
akhir masa pajak.
Contoh:

Pada bulan Juni 2010 PT Sejahtera


memenangkan tender pengadaan alat tulis
(ATK) disebuah Bank BUMN. Nilai pengadaan
adalah Rp 100.000.000,00 belum termasuk PPh
pasal 22 dan PPN. Bank BUMN membayar
tagihan PT Sejahtera pada tanggal 20 Juli
2010 .Pada saat pembayaran Bank BUMN akan
memungut PPh pasal 22 dengan memotong
langsung sebesar 1,5% dari nilai tagihan
Perhitungan sbb:

Nilai transaksi……………………Rp 100.000.000,00


PPh pasal 22
(1,5% x Rp 100.000.000,00)………
Rp 1.500.000,00
---------------------.
Diterima…… Rp 98.500.000,00
Rekanan pemerintah akan menerima bukti Surat
Setoran Pajak dari Bendaharawan sesudah
Bendaharawan tersebut menyetorkan kekas
negara PPh ps 22 yang dipungut.
Bidang Usaha tertentu
 Pemungut pajak
Badan usaha yang bergerak dibidang:
 Industri farmasi.
 Industri semen
 Industri kertas
 Industri baja
 Industri otomotif
Yang ditunjuk oleh KPP atas penjualan hasil
produksinya didalam negeri
Pemungut Pajak
 Pertamina dan badan usaha lain yang bergerak
dibidang bahan bakar minyak jenis Premix dan
gas, atas penjualan hasil produksinya lepada
para penyalur/ agennya.
 Bulog, atas penyerahan gula pasir dan tepung
terigu kepada para penyalur /agennya.
 Industri / eksportir yang bergerak dalam
sektor perhutanan, perkebunan, pertanian dan
perikanan atas pembelian bahan-bahan dari
pedagang pengumpul

 Tarip ditentukan oleh Dirjen Pajak


Pedagang pengumpul/eksportir
 Tarif 0,25% dari harga pembelian (tidak
termasuk PPN)
atas pembelian bahan-bahan untuk
keperluan industri atau ekspor dari pedagang
pengumpul oleh industri dan eksportir
yang bergerak dalam sektor perhutanan,
perkebunan, pertanian, dan perikanan.
Pungutan PPh ps 22 merupakan kredit pajak
bagi pedagang pengumpul.
PPh Pasal 22 atas penjualan hasil
produksi oleh Pertamina serta badan
usaha lainnya
SPBU SWASTA SPBU PERTAMINA

Solar 0,3% x DPP PPN 0,25% x DPP PPN

Premix/SuperTT 0,3% x DPP PPN 0,25% x DPP PPN

Minyak Tanah 0,30 0,25% x DPP PPN

Gas LPG 0,30 0,30% x DPP PPN

Pelumas 0,30 0,30% x DPP PPN


 Pemungutan PPh ps 22 oleh pemungut
pajak atas penjualan bahan bakar minyak,
gas dan pelumas kepada :
- Penyalur/Agen bersifat final
- Selain penyalur dan agen bersifat tidaak
final
Bidang industri tertentu

Industri semen 0,25% DPP PPN


Industri farmasi 0,3% DPP PPN/

Industri kertas 0,1% DPP PPN

Industri Otomotif 0,45% DPP PPN

Industri besi beton 0,3% Dpp PPN

Industri baja lembaran 0,3% DPP PPN


 Atas penjualan kendaraan bermotor di dalam
negeri oleh Agen Tunggal Pemegang Merek
(ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan
importir umum kendaraan bermotor sebesar
0,45% (nol koma empat puluh lima persen) dari
dasar pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.
Saat terutang/ pelunasan

 Penjualan hasil produksi industri semen,kertas


baja,da otomotif terutang pada saat penjualan
 penjualan hasil bahan bakar minyak,gas dan
pelumas adalah pada saat penerbitan Surat
Perintah Pengeluaran Barang (Delivery Order)
 Pembelian bahan-bahan dari pedagang
pengumpul , adalah pada saat pembelian.
Pph pasal 22 yang dipungut atas
penjualan Pertamina dan Bulog kepada para
agen/ penyalurnya bersifat final.
Tata cara Pemungutan, penyetoran
dan pelaporan
 Pemungutan PPh pasal 22 atas penjualan hasil
produksi oleh pemungut dilaksanakan dengan
cara pemungutan dan penyetoran oleh
pemungut pajak atas nama Wajib pajak kebank
persepsi atau Kantor Pos dan Giro.Penyetoran
dilakukan secara kolektif dengan menggunakan
SSP
 (industri semen,kertas,farmasi,baja dan
otomotif) .
 Pemungutan PPh pasal 22 atas penjualan
hasil produksi oleh pemungut
dilaksanakan dengan cara penyetoran oleh
penyalur, agen dan atau pembeli lainnya
kebank persepsi atau Kantor Pos dan Giro.
 ( Pertamina )
 Pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
ayat (1) huruf e, huruf f, huruf g, huruf h, dan huruf i,
wajib menerbitkan Bukti Pemungutan Pajak Penghasilan
Pasal 22 dalam rangkap 3 (tiga), yaitu 
 a.lembar kesatu untuk Wajib Pajak yang dipungut; 
 b.lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan
kepada Kantor Pelayanan Pajak (dilampirkan pada Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 22); dan
c.lembar ketiga sebagai arsip pemungut pajak yang b
Penyetoran dan pelaporan

Penyetoran
Selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya setelah
masa pajak berakhir dengan menggunakan Surat
Setoran Pajak.

Pelaporan
Selambat-lambatnya 20 hari bulan berikutnya setelah
masa pajak berakhir.dengan menggunakan SPM PPh
pasal 22
Penjualan barang yang tergolong
mewah
 Berlaku mulai tanggal 1 Januari 2009.
PMK -253/PMK03/2008
Meliputi:
1. Pesawat dara pribadi dengan harga jual >20 milyar
2. Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual >
10 milyar
3. Rumah dan tanahnya dengan harga jual /harga
pengalihannya > dari 10 Milyar dan banguna >
dari 500 m2
Penjualan emas batangan oleh produsen
emas batangan dalam negeri.

Tarip 0,45 x harga jual emas batangan.


4. Apartemen, kondominium dan sejenisnya
dengan harga jual > !0 milyar dan luas
bangunan > 400 m2.
5. Kendaraan bermotor roda 4
pengangkutan orang kurang dari…..

Tarip PPh psl 22 : 5% dari harga jual tidak


termasuk PPN
Dikecualikan dari pemungutan PPh
pasal 22:
 Impor barang dan atau penyerahan barang yang
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan tidak terutang Pajak Penghasilan
 Impor barang yang dibebaskan dari pungutan
Bea Masuk dan atau PPN
Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea
Masuk dan atau Pajak Pertambahan Nilai
1. barang perwakilan negara asing beserta para
pejabatnya yang bertugas di Indonesia berdasarkan
asas timbal balik;
2. barang untuk keperluan badan internasional beserta
pejabatnya yang bertugas di Indonesia dan tidak
memegang paspor Indonesia yang diakui dan terdaftar
dalam peraturan menteri keuangan yang mengatur
tentang tata cara pemberian pembebasan bea masuk
dan cukai atas impor barang untuk keperluan badan
internasional beserta para pejabatnya yang bertugas
di Indonesia
3. barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum,
amal, sosial, atau kebudayaan;
4. barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan
tempat lain semacam itu yang terbuka untuk umum
5. barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan
ilmu pengetahuan;
6. barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan
penyandang cacat lainnya;
7. peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu
jenazah;
8. barang pindahan;
9. barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut,
pelintas batas, dan barang kiriman sampai batas jumlah
tertentu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
pabean;
10. barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau
pemerintah daerah yang ditujukan untuk kepentingan
umum.
11. persenjataan, amunisi, dan perlengkapan militer,
termasuk suku cadang yang diperuntukan bagi
keperluan pertahanan dan keamanan negara; barang
dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan
barang bagi keperluan pertahanan dan keamanan
negara
12. Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan
program Pekan Imunisasi Nasional (PIN);
13. buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku
pelajaran agama
14. barang dan bahan yang dipergunakan untuk
menghasilkan barang bagi keperluan pertahanan dan
keamanan negara;
15. Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan
program Pekan Imunisasi Nasional (PIN);
16. buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku
pelajaran agama;
17.kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan
danau, kapal angkutan penyeberangan, kapal pandu,
kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang, dan
suku cadang serta alat keselamatan pelayaran atau alat
keselamatan manusia yang diimpor dan digunakan oleh
Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional atau Perusahaan
Penangkapan Ikan Nasional, Perusahaan Penyelenggara
Jasa Kepelabuhanan Nasional atau Perusahaan
Penyelenggara Jasa Angkutan Sungai, Danau dan
Penyeberangan Nasional, sesuai dengan kegiatan
usahanya
18. pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan
penerbangan atau alat keselamatan manusia, peralatan
untuk perbaikan atau pemeliharaan yang diimpor dan
digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga
Nasional dan suku cadang serta peralatan untuk
perbaikan atau pemeliharaan pesawat udara yang
diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh Perusahaan
Angkutan Udara Niaga Nasional yang digunakan dalam
rangka pemberian jasa perawatan atau reparasi pesawat
udara kepada Perusahaan Angkutan Udara Niaga
nasional;
19. kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk
perbaikan atau pemeliharaan serta prasarana yang
diimpor dan digunakan oleh PT Kereta Api Indonesia
(Persero), dan komponen atau bahan yang diimpor oleh
pihak yang ditunjuk oleh PT Kereta Api Indonesia
(Persero), yang digunakan untuk pembuatan kereta api,
suku cadang, peralatan untuk perbaikan atau
pemeliharaan, serta prasarana yang akan digunakan
oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero);
20.peralatan berikut suku cadangnya yang digunakan oleh
Kementerian Pertahanan atau TNI untuk penyediaan
data batas dan photo udara wilayah Negara Republik
Indonesia yang dilakukan untuk mendukung pertahanan
Nasional, yang diimpor oleh Kementerian Pertahanan,
TNI atau pihak yang ditunjuk oleh Kementerian
Pertahanan atau TNI;
21. Dan atau barang untuk kegiatan hulu minyak dan gas
bumi yang importasinya dilakukan oleh Kontraktor
Kontrak Kerja Sama
22. Dalam hal impor sementara jika pada waktu impornya
nyata-nyata dimaksudkan untuk diekspor kembali;
23. Impor kembali (re-impor), yang meliputi barang-
barang yang telah diekspor kemudian diimpor kembali
dalam kualitas yang sama atau barang-barang yang
telah diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan
dan pengujian, yang telah memenuhi syarat yang
ditentukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;
24. . pembayaran yang jumlahnya paling banyak
Rp.2.000.000,00 (satu juta rupiah) dan tidak
merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
25. pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf e
(BUMN) yang jumlahnya paling banyak
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan tidak
merupakan pembayaran yang terpecah-pecah
25. Pembayaran untuk 
a)pembelian bahan bakar minyak, bahan bakar gas,
pelumas, benda-benda pos; 
b)pemakaian air dan listrik.
26. Emas batangan yang akan diproses untuk
menghasilkan barang perhiasan dari emas untuk tujuan
ekspor
27. Dalam hal impor sementara jika pada waktu impornya
nyata-nyata dimaksudkan untuk diekspor kembali;
27. .pembayaran yang jumlahnya paling banyak
Rp.2.000.000,00 (satu juta rupiah) dan tidak
merupakan pembayaran yang terpecah-pecah
28. pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf e
yang jumlahnya paling banyak Rp10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah) dan tidak merupakan
pembayaran yang terpecah-pecahPembayaran
29. untuk pembelian barang sehubungan dengan
penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS).
Pencatatan oleh pihak yang
dipungut PPh ps 22
Contoh :
Pada tgl 2 Des 2010 PT Yosi melakukan
penjualan kain seragam pegawai kepada Dinas
Pendidikan & Kebudayaan Pemkot Bandung
sebesar Rp 110.000.000,00
(termasuk PPN)
Jurnal:
1.pada saat penjualan
D Piutang………………………..Rp 100.000.000,00
K Penjualan……………………Rp 100.000.000,00
2.Pada saat pengajuan tagihan
D Piutang PPN (PK) –pemungut….Rp 10.000.000,00
K Utang PPN (PK)…………………….Rp 10.000.000,00
(SSP belum diterima, PK dilaporkan di SPM PPN sesuai
tgl FP)
3.Pada saat diterima pelunasan tagihan
D Kas ………………………Rp 98.500.000,00
D Pajak dibayar
dimuka(PPh ps 22)...Rp 1.500.000,00
K Piutang…………………………..Rp 100.000.000,00
4.Pada saat SSP diterima rekanan, sesudah bendaharawan
menyetorkan PPN :
D Utang PPN(PK)………Rp 10.000.000,00
K Piutang PPN (PK)…………..Rp 10.000.000,00
Latihan soal 1
 PT Perdana adalah importir barang-barang elektronik ,
pada bulan April 2010 melakukan impor barang dari
Jepang dengan harga faktur US $ 100,000.Biaya
asuransi yang dibayar di LN dan biaya angkut
pengapalan (Freight-in) masing-masing sebesar 2% dan
5% dari harga faktur .Tarip Bea Masuk 20%,Bea Masuk
Tambahan 10%.PPN 10%, PPnBM 20%.Biaya gudang
dipelabuhan untuk 2 hari Rp 600.000,00.Kurs BI (pada
saat terjadinya transaksi) $1= Rp 9.200,00 dan Kurs
Menkeu $1= Rp 9100,00
 Hitunglah PPh pasal 22 yang terutang.
 Hitunglah harga pokok barang yang diimpor.
Latihan soal 2
PT Andi adalah importir yang sudah memiliki API.Pada bulan Agustus
2008 mengimpor mesin pabrik dari Korea dengan data2 sbb :
- Harga barang (cost) = US $ 12,800
- Biaya Asuransi ((Insurance)=5% dr harga barang
- Biaya Angkut (Freight) = US $ 1,500
- Bea Masuk = 10% dri CIF
- Bea Masuk Tambahan = 10% dr CIF
- PPN = 10%
- Biaya angkut di pelabuhan = Rp 600.000,00
- Kurs yang berlaku(kurs riil/BI) per US $ 1 = Rp 8.775,00,
- Kurs Menkeu per US $ 1 = Rp 8.625,00
Biaya pemasangan dan ujicoba Rp
2.300.000,00.
Pertanyaan:
1. Hitung PPh pasal 22 terutang
2. Hitung harga pokok mesin.

Anda mungkin juga menyukai