Anda di halaman 1dari 39

PENANGANAN UGD

Kelompok 1:
Yoga Eka Muharam4151201003
Waldi Ibnu Majah 4151201004
Salsabila Septia Aulia 4151201008
Putri Maulida 4151201027
Azhar Al Rasyid 4151201029
KASUS
 Seorang laki-laki 35 tahun datang pukul 22.05 WIB diantar oleh ambulans dan
polisi ke UGD. Dari keterangan polisi didapatkan pasien kecelakaan terjatuh
dari motor, terlempar ke arah depan, tidak menggunakan helm dan
ditemukan tidak sadar pada pukul 21.40 WIB. Pemeriksaan di TKP oleh
petugas didapatkan luka yang berdarah di sekitar kepala dan lecet di sekitar
luka, terdapat suara gurgling. Pasien telah dilakukan pemasangan neck collar
dan oksigenasi menggunakan nasal kanul 4L/menit.
 Pemeriksaan di RS didapatkan :
 gurgling, TD 100/70mmHg, Respirasi 36x/menit, Saturasi O2 85%
 pasien membuka mata dengan rangsang nyeri, respon verbal tidak ada,
respon motorik menghindar terhadap nyeri. Pupil bulat isokor, refleks cahaya
positif.

 Tindakan apa yang harus diberikan sesuai prioritas urutan yang benar dan
bagaimana prosedur pelaksanannya?
DEFINISI
 Gawat    : Suatu keadaan yang mengancam nyawa pasien.
 Darurat  : Suatu keadaan yang segera memerlukan
pertolongan.
 IGD adalah salah satu unit pelayanan di Rumah Sakit yang
menyediakan penanganan awal (bagi Pasien yang datang
langsung ke Rumah Sakit)/lanjutan (bagi Pasien rujukan
dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan lain ataupun dari PSC
119), menderita sakit ataupun cedera yang dapat
mengancam kelangsungan hidupnya.
 IGD berfungsi memberikan pelayanan kesehatan karena
kondisi gawat darurat dan memerlukan penanganan cepat
dan tepat, meliputi kasus bedah (traumatology dan terkait
dengan organ tubuh bagian dalam) dan non bedah
(penyakit dalam, anak dan syaraf).
 Semua Dokter, Dokter Gigi, tenaga kesehatan lain, dan
tenaga nonkesehatan mampu melakukan teknik
pertolongan hidup dasar (Basic Life Support).
 Memiliki program penanggulangan Pasien massal, bencana
(Disaster Plan) terhadap kejadian di dalam Rumah Sakit
maupun di luar Rumah Sakit.
PELAYANAN IGD

 Standar Minimal Pelayanan


berdasarkan tipe RS
1. Level 1 = RS kelas D
2. Level 2 = RS kelas C
3. Level 3 = RS kelas B
4. Level 4 = RS kelas A
SUMBER DAYA
MANUSIA
Persiapan
Persiapan pasien sebaiknya berlangsung dalam 2 fase yang
berbeda, yaitu :
1. Fase Pra-rumah Sakit (Pre-hospital)
 Terdapat 3 kategori personel pada kegawatdaruratan,
yaitu: penerima pertama, Basic Emergency Medical
Technicians (EMT-B), dan paramedis (EMT-P).
 Penerima pertama: orang yang terlatih untuk memberikan
pertolongan pertama (pembalutan, pembidaian, kontrol
perdarahan, dan resusitasi jantung paru)
 Misal: polisi, pemadam kebakaran, dan relawan lain yang
tiba pertama kali di tempat kejadian.
 EMT-B: orang yang terlatih untuk melakukan bantuan hidup
dasar (penilaian tanda dan gejala, membebaskan tubuh pasien
yang mungkin terperangkap dalam kendaraan, imobilisasi, dan
memberikan terapi non-invasif seperti pemberian oksigen)

 EMT-T: orang yang terlatih untuk melakukan bantuan hidup


lanjutan, termasuk pemasangan intubasi endotrakeal,
interpretasi ritme jantung, defibrilasi, serta pemberian obat
parenteral.

 Titik berat diberikan pada penjagaan airway, kontrol


perdarahan dan syok, imobilisasi pasien, dan segera ke rumah
sakit terdekat yang cocok
2. Fase Rumah Sakit
 Harus dilakukan dengan perencanaan sebelum pasien tiba.
 Perlengkapan airway (laringoskop, endotracheal tube, dsb.) sudah
dipersiapkan, dicoba, dan diletakkan di tempat yang mudah terjangkau.
 Cairan kristaloid (misalnya, Ringer Lactate) yang sudah dihangatkan
disiapkan dan diletakkan pada tempat yang mudah dicapai.
 Perlengkapan monitoring yang diperlukan sudah dipersiapkan.
Langkah-langkah pengelolaan pasien trauma :

1. Persiapan 6. Secondary survey (pemeriksaan


2. Triase head to toe dan anamnesis
tambahan)
3. Primary survey (ABC +
anamnesis) 7. Tambahan terhadap secondary
survey
4. Resusitasi
8. Pemantauan dan reevaluasi
5. Tambahan terhadap primary berkesinambungan
survey dan resusitasi
9. Penanganan definitif/
pertimbangkan kemungkinan
rujukan
TRIAGE
- Menseleksi dan memilah pasien dalam
- Tujuan untuk mempercepat dalam memberikan pertolongan terutama pada para
pasien yang dalam kondisi kritis atau emergensi.
- Terapi didasarkan pada prioritas ABC (​Airway dengan kontrol servikal, ​Breathing​,
dan ​Circulation​).
- Pengelolaan pasien meliputi ​primary survey yang cepat dan kemudian resusitasi, ​
secondary survey​,dan akhirnya terapi definitif.
Dua jenis triase dapat terjadi

1. Multiple Casualties = kondisi mengancam jiwa terlebih dahulu

2. Mass Casualties = pasien dengan kemungkinan survival yang terbesar, serta


membutuhkan waktu, perlengkapan dan tenaga paling sedikit
Kategori Pasien dalam Triase
o Triase Merah (Penderita gawat dan darurat)
o Triase Kuning (Penderita darurat tapi tidak gawat)
o Triase hijau (Pasien tidak gawat dan tidak darurat)
o Triase hitam (Pasien meninggal)
Alur Pelaksanaan Triage
Tanda Objektif Sumbatan Airway
▶ Look, lihat, pasien mengalami agitasi atau penurunan kesadaran.
▶ Listen, dengar, adanya suara-suara pernapasan yang abnormal.
▶ Feel, lakukan perabaan pada trakea
AIRWAY

▶ Hal pertama yang harus dinilai pada airway adalah kelancaran jalan napas.
Beberapa tanda objektif sumbatan airway dapat diketahui dengan langkah look,
listen, dan feel.
Pengelolaan Airway
▶ Airway management atau manajemen jalan napas adalah tindakan yang dilakukan
untuk membebaskan jalan napas dengan tetap memperhatikan kontrol servikal.
▶ Dapat dilakukan tanpa alat, dengan alat dan airway definitif
Pengelolaan Airway Tanpa Alat

▶ Chin Lift
Menempatkan jari-jemari salah satu tangan pemeriksa di bawah rahang. Kemudian
secara hati-hati diangkat ke atas untuk membawa dagu ke arah depan. Ibu jari
tangan yang sama menahan bibir bawah untuk membuka mulut.
▶ Jaw-thrust maneuver dilakukan dengan cara memegang sudut rahang bawah pada angulus
mandibula kiri dan kanan.
Setelah itu dorong rahang bawah ke arah depan.
▶ Naso-pharyngeal airway adalah alat yang dimasukkan pada salah satu lubang
hidung dan dilewatkan dengan hati-hati ke orofaring posterior.
Airway Definitif
▶ Airway definitif terdiri atas pipa orotrakeal, pipa nasotrakeal, dan surgical airway. Surgical
airway terdiri atas krikotiroidotomi atau trakeostomi.
Breathing

▶ Penilaian breathing dilakukan secara simultan ketika kita menilai apakah


korban masih respon atau tidak.
▶ Pernapasan buatan adalah memberikan udara bertekanan positif yang
mengandung oksigen. Kemudian membiarkan udara mengalir keluar seacara
pasif, seperti layaknya proses inspirasi dan ekspirasi.
▶ Volume udara yang diberikan sebesar yaitu 6-7ml/kgBB atau sampai dengan
dada korban terlihat mengembang.
Terdapat berbagai cara yaitu sebagai berikut:
▶ Pernapasan buatan mulut-mulut
▶ Penapasan buatan mulut-masker/ sungkup muka
▶ BVM (Bag Valve Mask)
Circulation

1. Volume darah dan cardiac output


Perdarahan → sebab utama kematian pasca-trauma
Dapat diatasi → terapi yang cepat & tepat
a. Tingkat kesadaran
Volume darah menurun → perfusi otak dapat berkurang → penurunan
kesadaran

b. Warna kulit
Pasien trauma kulit kemerahan (wajah dan ekstremitas): jarang hipovolemia.
Wajah pucat keabu-abuan & kulit ekstremitas pucat → tanda hipovolemia.

c. Nadi
Periksa nadi besar: a. femoralis / a.karotis (kiri-kanan) → kekuatan nadi,
kecepatan, irama.
2. Perdarahan
Perdarahan eksternal dikenali dan dikelola pada primary survey.
• Perdarahan eksternal dihentikan → penekanan luka.
• Sumber perdarahan internal (tidak terlihat) : perdarahan rongga toraks,
abdomen, fraktur dari tulang panjang, retro-peritoneal, atau pelvis.
Disability
• Menjelang akhir primary survey → evaluasi cepat.
Nilai: tingkat kesadaran,
ukuran dan reaksi pupil,
tanda-tanda lateralisasi & tingkat/level cedera.
• GCS (Glasgow Coma Scale): sistem skoring sederhana dan dapat meramal
outcome pasien terutama motorik terbaiknya.
• Penurunan kesadaran → penurunan oksigenasi atau/dan penurunan perfusi ke
otak, atau trauma langsung otak.
Jenis Pemeriksaan Nilai
Respon buka mata (Eye opening, E)
Spontan 4
Terhadap suara 3
Terhadap nyeri 2
Tidak ada 1

Respon motorik (M)


Ikut perintah 6
Melokalisir nyeri 5
Fleksi normal (menarik anggota tubuh yang dirangsang) 4
Fleksi abnormal (dekortikasi) 3
Ekstensi normal (deserebrasi) 2
Tidak ada (flasid) 1

Respon verbal (V)


Berorientasi baik 5
Berbicara mengacau (bingung) 4
Kata-kata tidak teratur 3
Suara tidak jelas 2
Tidak ada 1
Exposure/Kontrol Lingkungan

1. Pasien dibuka keseluruhan pakaiannya → gunting guna memeriksa dan


evaluasi pasien.
2. Pasien diselimuti agar tidak hipotermia. Selimut hangat, ruangan cukup
hangat dan diberikan cairan intra-vena yang sudah dihangatkan.
Alur Triase
• Warna merah  Pasien yang bila tidak diberikan penanganan
dengan cepat maka pasien pasti akan meninggal, dengan
syarat pasien tersebut masih memiliki kemungkinan untuk
dapat hidup. Co/ pasien dengan gangguan pernapasan,
trauma kepala dengan ukuran pupil mata yang tidak sama,
dan perdarahan hebatt
• Warna kuning  Pasien yang memerlukan perawatan segera,
namun masih dapat ditunda karena ia masih dalam kondisi
stabil. Pasien dengan kode kuning masih memerlukan
perawatan di rumah sakit dan pada kondisi normal akan
segera ditangani. Co/ patah tulang di beberapa tempat, patah
tulang paha atau panggul, luka bakar luas, dan trauma kepala,
• Warna hijau  Pasien yang memerlukan perawatan namun
masih dapat ditunda. Biasanya pasien cedera yang masih
sadar dan bisa berjalan masuk dalam kategori ini. Ketika
pasien lain yang dalam keadaan gawat sudah selesai
ditangani, maka pasien dengan kode warna hijau akan
ditangani
• Warna hitam  Pasien yang setelah diperiksa tidak
menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
Prioritas Kegawatdaruratan
Waktu Respon: 0-10 menit

Waktu Respon: 10-30 menit

Waktu Respon: >30 menit


Secondary Survey
 Pemeriksaan dari kepala sampai kaki pada pasien terdiri
dari anamnesis lanjutan, pemeriksaan fisik, dan juga
menilai fungsi vital
 Riwayat AMPLE digunakan untuk melengkapi anamnesis,
tdd:
A : Alergi
M : Medikasi (Obat yg saat ini diminum)
P : Past Illness (Penyakit Penyerta)/Pregnancy
L : Last Meal
E : Event/Environment (Lingkungan) yang
berhubungan dengan kejadian perlukaan
KASUS
 Seorang laki-laki 35 tahun datang pukul 22.05 WIB diantar oleh ambulans dan
polisi ke UGD. Dari keterangan polisi didapatkan pasien kecelakaan terjatuh
dari motor, terlempar ke arah depan, tidak menggunakan helm dan
ditemukan tidak sadar pada pukul 21.40 WIB. Pemeriksaan di TKP oleh
petugas didapatkan luka yang berdarah di sekitar kepala dan lecet di sekitar
luka, terdapat suara gurgling. Pasien telah dilakukan pemasangan neck collar
dan oksigenasi menggunakan nasal kanul 4L/menit.
 Pemeriksaan di RS didapatkan :
 gurgling, TD 100/70mmHg, Respirasi 36x/menit, Saturasi O2 85%
 pasien membuka mata dengan rangsang nyeri, respon verbal tidak ada,
respon motorik menghindar terhadap nyeri. Pupil bulat isokor, refleks cahaya
positif.

 Tindakan apa yang harus diberikan sesuai prioritas urutan yang benar dan
bagaimana prosedur pelaksanannya?
TRAUMA MAKSILOFASIAL DENGAN
CEDERA KEPALA BERAT
TATALAKSANA

• PROTEKSI DIRI
• AIRWAY
1. Terdapat obstruksi parsial jalan napas karena cairan (gurgling) 
suction
2. Saat suction dicari pula sumber perdarahan di mulut/wajah
3. Penurunan kesadaran, GCS 7 (E2V1M4) dan saturasi oksigen 85% 
pasang ETT
• BREATHING
1. Oksigenasi melalui ETT 4L/menit
2. Cek adakah gangguan pada pernapasan: pergerakan thoraks kanan dan
kiri, perbandingan thoraks kanan dan kiri, suara tambahan pada thoraks
kanan dan kiri
• CIRCULATION
1. Pasang IV line dengan cairan RL hangat
2. Reevaluasi airway dan breathing
3. Evaluasi keadaan sirkulasi, adakah kemungkinan perdarahan di tempat
lain? Adakah multiple trauma atau internal bleeding?
• DISABILITY
1. GCS 7, susp cedera kepala berat, cegah cedera kepala sekunder dan
pertahankan keadaan stabil
• EXPOSURE
 Memeriksa kemungkinan trauma lain dengan membuka seluruh pakaian,
log roll dan cari jejas di tempat lain
 Cegah hipotermia dengan menyelimuti pasien
SECONDARY SURVEY

 Pemeriksaan head to toe


 Reevaluasi
 Rujuk Sp.BS, sebelumnya foto thoraks dan CT-SCAN kepala
Daftar pustaka

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2018 Tentang


Pelayanan Kegawatdaruratan
2. WHO; The ABCDE and SAMPLE History Approach Basic Emergency Care Course
3. Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana Komprehensif Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI. Depkes, 2016.
4. Permenkes ri nomor 47 tahun 2018 tentang pelayanan kegawat daruratan
5. Los angeles fire department. Disaster Preparedness Section. Los Angeles. 2005.
6. Bresler M, Sternbach GL. Manual kedokterann darurat. ed 6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2007.

Anda mungkin juga menyukai