Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN KASUS

HERPES ZOSTER OFTALMIKUS DEXTRA


Perseptor : Dian Mardianti, dr., Sp.KK., FINS-DV
Kelompok 64-B

Presentan :
Muhammad Faiz Syakur (4151201437)
Nabilah Parashandy (4151201462)
Emilia Rahmadianty Putri (4151201508)

Partisipan:
Elizabeth Noviana L. R (4151201460)
Nabila Asad (4151201497)
Keterangan Umum
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Sunda
Usia : 49 tahun
Alamat : Jalan Leuwigajah No.81 RT 01/02, Cimahi Selatan, Jawa Barat
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS Guru SMA
Pendidikan Istri : S1
Pekerjaan Istri : PNS Guru SMP
Agama : Islam
Status Marital : Menikah, dengan 5 orang anak
Jaminan Kesehatan: BPJS Kelas I
Keluhan Utama
(Autoanamnesis)
Bintik-bintik berair yang berkelompok dan borok-borok berkeropeng
pada dahi sisi kanan, kelopak atas mata kanan dan batang hidung sisi
kanan yang terasa nyeri dan disertai dengan nyeri kepala.
Penjabaran Keluhan Utama
(Autoanamnesis)
Sejak ± 4 hari yang lalu kelainan kulit bertambah hebat, bintik-bintik berair yang
berkelompok muncul pada dahi sisi kanan yang terasa nyeri. Sejak +3 hari yang lalu
bintik-bintik berair yang berkelompok meluas hingga meliputi dahi sisi kanan,
kelopak atas dan bawah mata kanan, serta batang hidung sisi kanan yang terasa nyeri.
Sejak ± 2 hari yang lalu bintik-bintik berair yang berkelompok sebagian pecah
kemudian mengering menjadi borok-borok berkeropeng dan berdarah terutama pada
dahi sisi kanan disertai dengan adanya nyeri kepala sehingga tidur Os terganggu.
Kerena keluhan nyeri kepala, +1 hari yang lalu Os mengobati sendiri keluhan
nyeri kepala tersebut dengan membeli obat dari apotek yang diminum 3 kali sehari
selama 1 hari, namun keluhan nyeri kepala dan kelainan kulit tidak membaik,
sehingga Os datang untuk berobat ke Poliklinik kulit dan kelamin RS Dustira
Cimahi.
Perjalanan Penyakit
(Autoanamnesis)
Keluhan pertama kali timbul sejak + 7 hari yang lalu berupa bercak-
bercak kemerahan hanya pada dahi sisi kanan yang terasa panas. Sejak + 6
hari yang lalu diatas bercak-bercak kemerahan tersebut timbul bintik-bintik
kemerahan yang terasa panas dan sedikit nyeri.
Sebelum timbul kelainan kulit tersebut + 10 hari yang lalu Os mengeluh
adanya demam yang tidak terlalu tinggi, pegal-pegal seluruh tubuh dan
nafsu makan yang menurun.
Os mengatakan kelainan kulit tersebut dirasakan baru pertama kali.
Os mengeluh kelopak mata kanan susah diangkat karena bengkak, Os
menyangkal adanya keluhan mulut mencong, telinga berdenging, pusing
berputar, pendengaran menurun.
Os menyangkal keluhan serupa pada daerah lain seperti pada mulut,
hidung, dan selaput lendir kelopak mata.
Faktor Etiologi, Predisposisi, Presipitasi
(Autoanamnesis)
Os mengaku pernah menderita cacar air saat berusia ± 10 tahun dan
diobati sampai sembuh.
Sejak + 25 tahun yang lalu Os bekerja menjadi seorang guru fisika
kelas 3 SMA yang bekerja sekitar 6-8 jam/hari selama lima hari dalam
satu minggu, namun sejak ± 2 bulan yang lalu jadwal mengajar OS
menjadi lebih padat + 10-12 jam/hari karena akan berlangsung Ujian
Nasional sehingga waktu istirahat berkurang, OS merasa kelelahan,
kurang tidur, dan makan tidak teratur.
Riwayat Pengobatan
(Autoanamnesis)
Untuk kelainan kulit saat ini OS belum mengobatinya
Anamnesis Tambahan
(Autoanamnesis)
Os menyangkal memiliki riwayat tekanan darah tinggi, kencing manis,
maag dan penyakit jantung.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
• Kesan Sakit : Tampak Sakit Berat
• Kesadaran : Compos mentis
• Keadaan Umum
Tanda Vital : TD 120/80 mmhg, N 88 x/menit, R 16 x/menit,
S 37.1 0C
Status gizi : BB : 60 kg BMI : 23,4 kg/m2
TB : 160 cm (Normal)
Pemeriksaan Fisik (lanjutan)
Kepala : Mata Kanan : Palpebra superior: Eritema (+), edema (+)
Palpebra inferior: Eritema (+), edema (+)
Aparatus lakrimalis : Lakrimasi(+)
Konjungtiva : Hiperemis (+/-)
Sklera : Ikterik -/-
Mata Kiri : Palpebra superior: Eritema (-), edema (-)
Palpebra inferior: Eritema (-), edema (-)
Aparatus lakrimalis : Lakrimasi(-)
Konjungtiva : Hiperemis (-)
Sklera : Ikterik -/-
Mulut : Gigi geligi : Tidak ada kelainan
Bibir : Mencong (-)
THT : Tonsil : T1 – T1 tenang
Faring : Tidak hiperemis
Telinga : Tinitus (-), Penurunan pendengaran (-)
Pemeriksaan Fisik (lanjutan)
Leher : KGB : Inspeksi : Tidak terlihat membesar
Palpasi : Tidak teraba
Thorax : Bentuk dan gerak simetris
Jantung : Bunyi jantung I dan II murni regular, batas : normal
Paru : VBS kanan=kiri, ronkhi-/-, wheezing-/-
Abdomen : Datar lembut, BU (+) normal, NT (-)
Hati dan Limpa : Tidak teraba
Ekstremitas : KGB Aksila : Inspeksi : tidak terlihat membesar
Palpasi : tidak teraba
KGB Inguinal: Inspeksi : tidak terlihat membesar
Palpasi : tidak teraba
Refleks fisiologis : KPR+/+ , APR+/+
Refleks patologis : -/-
Status dermatologikus
Distribusi : Regioner, unilateral segmental setinggi persarafan nervus
trigeminal cabang 1 oftalmikus dekstra.
A/R : Dahi sisi kanan, kelopak atas mata kanan, kelopak bawah mata
kanan, dan batang hidung sisi kanan.
Lesi : Multipel, sebagian besar konfluens, bentuk tidak teratur, ukuran
plakat, batas sebagian tegas sebagian tidak tegas, menimbul dari
permukaan, sebagian kering sebagian basah
Efloresensi : Di atas makula eritem dan edema terdapat vesikel-vesikel
herpetiformis, sebagian vesikel pecah menjadi krusta
sanguinolenta dan krusta serosa
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan laboratorium
Sediaan langsung dengan pemeriksaan Tzanck Smear dari dasar
vesikula ditemukan Multinucleated Giant Cell (tidak dilakukan)
Resume
Keluhan Utama :
Seorang laki-laki berusia 49 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan
Kelamin RS Dustira Cimahi dengan keluhan vesikel-vesikel
herpetiformis dan krusta meliputi dahi sisi kanan, kelopak mata kanan
dan batang hidung sisi kanan yang terasa nyeri dan disertai nyeri
kepala.
Resume (lanjutan)
Penjabaran Keluhan Utama :
Sejak ± 4 hari yang lalu vesikel bertambah hebat menjadi vesikel
berkelompok di dahi sebelah kanan, kelopak atas mata kanan dan batang
hidung sebelah kanan yang terasa nyeri.
Sejak ± 2 hari yang lalu vesikel berkelompok sebagian pecah dan
mengering menjadi krusta sanginolenta pada dahi sebelah kanan, kelopak
atas mata kanan dan batang hidung sebelah kanan meluas hingga
meliputi kelopak mata kanan, batang hidung sisi kanan yang terasa nyeri
sehingga Os datang ke Poliklinik kulit dan kelamin RS Dustira Cimahi.
Resume (lanjutan)
Perjalanan Penyakit:

Kelainan kulit pertama kali timbul sejak + 7 hari yang lalu berupa
makula eritem hanya pada dahi sebelah kanan yang terasa panas.
Sejak + 3 hari yang lalu vesikel-vesikel berkelompok dan makula
eritem disertai edema meluas hingga meliputi dahi sebelah kanan,
kelopak atas mata kanan dan batang hidung sebelah kanan yang terasa
nyeri.
Resume (lanjutan)
Perjalanan Penyakit:

Sebelum timbul kelainan kulit tersebut, + 10 hari yang lalu Os


mengeluh adanya mialgia seluruh badan dan subfebris. Os mengatakan
kelainan kulit tersebut dirasakan baru pertama kali.
OS menyangkal ptosis mata kiri, Bell’s palsy, tinitus, vertigo,nausea
dan vomitus.
OS menyangkal timbulnya keluhan serupa pada daerah lain seperti
pada mulut, hidung, dan selaput lendir kelopak mata.
Resume (lanjutan)
Faktor Etiologi, Predisposisi, Presipitasi :
OS mengaku pernah menderita varisella ketika berusia ± 10 tahun
dan diobati sampai sembuh.
OS adalah seorang guru matematika SMA kelas 3, berkerja sekitar
6jam/hari pada hari Senin, Rabu dan Jumat dalam seminggu namun
sejak ± 2 bulan yang lalu jadwal mengajar OS menjadi padat karena
akan berlangsung Ujian Nasional sehingga waktu istirahat berkurang,
OS merasa kelelahan, kurang tidur, dan makan tidak teratur.
Untuk keluhan saat ini OS hanya mengobati dengan parasetamol
namun keluhan tidak membaik, Os juga menyangkal memiliki riwayat
hipertensi, DM dan gastritis.
Resume (lanjutan)
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis : Dalam batas normal
Status gizi : Obesitas I
Kepala : Mata : Palpebra superior edema (+/-) , ptosis (-), lakrimasi (+),
Konjungtiva hiperemis (-/+), Kornea jernih
STATUS DERMATOLOGIKUS
Distribusi : Regioner, unilateral segmental setinggi persarafan nervus
trigeminal cabang 1 dextra
A/R : Dahi sebelah kanan, kelopak mata kanan, batang
hidung sisi kanan
Lesi : Multipel, Sebagian besar konfluens, bentuk tidak teratur,
ukuran plakat, batas sebagian tegas sebagian tidak tegas, menimbul dari
permukaan, sebagian kering sebagian basah
Efloresensi : Di atas makula eritem dan edema terdapat vesikel-vesikel
herpetiformis dan sebagian vesikel pecah menjadi krusta
sanginolenta dan krusta serosa
Diagnosis Banding
1. Herpes Zoster Oftalmikus Dekstra
2. Herpes Simpleks Zosteriformis
3. Ramsay Hunt Syndrome
Diagnosis Kerja
Herpes Zoster Oftalmikus Dekstra
Usul Pemeriksaan Lanjutan
Pemeriksaan Serologis IgM anti VVZ/HSV
Sito konsul ke spesialis mata
Konsul ke spesialis THT
Penatalaksanaan
Umum:
- Pasien HARUS DIRAWAT
- Menjaga agar vesikel tidak pecah
- Istirahat dan tidur yang cukup
- Makan makanan yang bergizi dan teratur
- Pengobatan sesuai dengan anjuran dokter dan jangan lupa
kontrol 7 hari kemudian
Penatalaksanaan
Khusus:
Topikal:
• Kompres asam borici 1% (basah)

Sistemik:
• Asiklovir 5 x 800 mg per hari selama 7 hari
• Methylprednisolon 8 mg selama 5 hari
R/As. borici 1 %
aqua ad 100
m.f.l.a sol no. I
ue

R/ Asiklovir tab 400 mg No. LXX


5 dd tab II pc

R/ Methylprednisolon tab 16 mg No. XII


1 dd tab II (pagi)
1 dd tab II (sore)
Prognosis
• Quo ad vitam : ad bonam
• Quo ad functionam : dubia ad bonam
• Quo ad sanationam : ad bonam
PEMBAHASAN
KASUS KETERANGAN
Seorang laki-laki berusia 49 Keluhan utama berupa bintik-bintik berair yang berkelompok
tahun yang bekerja sebagai dan borok-borok berkeropeng , unilateral pada dahi sebelah
guru PNS SMA datang kanan, kelopak atas mata kanan dan batang hidung sebelah
dengan keluhan bintik-bintik kanan yang terasa nyeri disertai nyeri kepala dapat di diagnosis
berair yang berkelompok dan banding dengan Herpes Zoster Oftalmikus dextra karena lokasi
borok-borok berkeropeng kelainan kulit terjadi pada cabang 1 nervus trigeminus, Herpes
pada dahi sisi kanan, kelopak Zoster fasialis karena kelainan kulit juga terjadi pada daerah
atas mata kanan dan batang nervus fasialis yang mempersarafi bagian kelopak bawah mata
hidung sisi kanan yang terasa kanan dan sebagian batang hidung kanan, Herpes simpleks
nyeri dan disertai dengan zosteriformis karena kelainan menyerang daerah mukokutan
nyeri kepala. dan Sindrom Ramsay Hunt karena komplikasi tersering pada
Herpes zoster Oftalmikus

Sumber : Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 7 Tahun 2021. Halaman 122
KASUS KETERANGAN
Sejak ± 4 hari yang lalu Adanya vesikel-vesikel herpetiformis yang unilateral
kelainan kulit bertambah menunjukan bahwa pasien datang dengan stadium erupsi yang
hebat, bintik-bintik berair sudah berlangsung 3-5 hari yang terasa nyeri.
yang berkelompok muncul Perjalanan penyakit herpes zoster bersifat akut dan meluas sesuai
pada dahi sisi kanan yang percabangan saraf eferen ganglion trigeminal yaitu nervus
terasa nyeri. Sejak +3 hari trigeminus cabang pertama oftalmikus kanan.
yang lalu bintik berair meluas
hingga meliputi dahi sisi
kanan, kelopak atas dan
bawah mata kanan, batang
hidung sisi kanan yang terasa
nyeri.

Sumber : Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 7 Tahun 2021. Halaman 122
KASUS KETERANGAN
Sejak ± 2 hari yang lalu Adanya keluhan nyeri disertai nyeri kepala menunjukan bahwa
bintik-bintik berair yang kelainan meliputi bagian saraf motorik.
berkelompok sebagian pecah
kemudian mengering menjadi
borok-borok berkeropeng dan
berdarah terutama pada dahi
sisi kanan dengan adanya
nyeri kepala sehingga tidur Os
terganggu.

Sumber : Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 7 Tahun 2021. Halaman 175-177
Virus varisella zoster akan berdiam di ganglion sensoris radix dorsalis,
akan keluar dari sel ganglion menuju kulit dan menimbulkan erupsi
kulit vesikuler yang khas berupa vesikula herpetiformis.
Lokasi kelainan kulit sesuai dengan daerah persarafan ganglion tersebut,
diperkirakan merupakan daerah dimana terdapat lesi yang paling
banyak. Virus ini juga menyerang ganglion bagian anterior, bagian
motorik cranialis sehingga memberikan gejala gangguan motoric yaitu
nyeri kepala.
Virus varisella zoster akan berdiam di ganglion kranialis yaitu pada
ganglion trigeminal, ganglion genikulatum, ganglion pterygopalatine,
dan ganglion submandibular dalam keadaan laten sampai bertahun-
tahun. Reaktivasi terjadi bila imunitas hospes menurun. Virus varisella
zoster akan keluar dari sel ganglion menuju kulit dan menimbulkan
erupsi kulit vesikuler yang khas berupa vesikula herpetiformis. Lokasi
kelainan kulit sesuai dengan daerah persarafan ganglion tersebut,
diperkirakan merupakan daerah dimana terdapat lesi yang paling
banyak. Virus ini juga menyerang ganglion bagian anterior, bagian
motorik cranialis sehingga memberikan gejala gangguan motoric yaitu
nyeri kepala.
KASUS KETERANGAN
Kerena keluhan nyeri kepala, Riwayat pengobatan menggunakan analgetik antipiretik (PCT)
+1 hari yang lalu Os namun hanya mengobati gejalanya saja.
mengobati sendiri keluhan
nyeri kepala tersebut dengan
membeli obat dari apotek
yang diminum 3 kali sehari
selama 1 hari, namun keluhan
nyeri kepala dan kelainan kulit
tidak membaik sehingga Os
datang untuk berobat ke
Poliklinik kulit dan kelamin
RS Dustira Cimahi.
KASUS KETERANGAN
Sebelum timbul kelainan kulit 10 hari yang lalu Os mengeluh adanya pegal-pegal diseluruh
tersebut, + 10 hari yang lalu badan, demam yang tidak terlalu tinggi,mmerupakan tanda dari
Os mengeluh adanya mialgia stadium prodormal (1-10 hari) Herpes Zoster.
seluruh badan dan subfebris.
Os mengatakan kelainan kulit
Kelainan baru pertama kali dapat menyingkirkan diagnosis
tersebut dirasakan baru
banding Herpes Simpleks Zosteriformis karena pada Herpes
pertama kali. Simpleks Zosteriformis bersifat kronik rekuren.
OS menyangkal ptosis mata Palpebra superior pada mata kanan yang sulit dinilai dan keluhan
kiri, Bell’s palsy, tinitus,
Bell’s palsy, tinitus, vertigo, nausea dan vomitus menunjukan
vertigo,nausea dan vomitus.bahwa pasien belum mengalami komplikasi Sindroma Ramsay
Hunt.
OS menyangkal timbulnya Menyingkirkan diagnosis banding herpes simpleks
keluhan serupa pada daerah
lain seperti pada mulut,
hidung, dan selaput lendir
kelopak mata.

Sumber : Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 7 Tahun 2021. Halaman 122
• Saat imunitas turun, virus yang berada di ganglion akan tereaktivasi
kemudian bereplikasi dan terjadi retrograde axonal transport yang
dapat menyebabkan rusaknya mielin pada serabut saraf tepi. Hal
tersebut menyebabkan pada stadium inisial terdapat rasa nyeri yang
digambarkan dengan rasa panas. Saat virus memasuki lapisan
epidermis akan menyebabkan respon imun seluler dan pengeluaran
sitokin-sitokin sehingga terjadi hipervaskularisasi yang ditandai
dengan makula eritema. Selanjutnya sel-sel radang akan menuju ke
keratinosit yang terinfeksi sehingga terbentuklah papula-papula
eritema.
KASUS KETERANGAN
Os mengaku pernah menderita Varisella dapat terjadi gejala klinis dan subklinis, pada OS
cacar air saat berusia ± 10 yang terjadi adalah gejala klinis karena menunjukan adanya
tahun dan diobati sampai gejala varisella pada riwayat penyakit sebelumnya.
sembuh. Pada varisella virus akan masuk melalui mukosa saluran
pernafasan atas dan orofaring, kemudian terjadi replikasi, lalu
menyebar melalui pembuluh darah dan limfe (viremia pertama)
ke sistem retikuloendotelial lainnya seperti hati, limfa, paru-paru
dan organ lain. Pada organ ini virus akan berkembang biak. Pada
stadium ini perkembangan virus Varisella zoster ditekan oleh
respon imun non spesifik dan spesifik. Bila respon imun berhasil
menekan virus Varisella zoster (VVZ), maka akan menyebabkan
varisela subklinis. Bila respon imun tidak berhasil menekan
VVZ, maka akan terjadi Viremia kedua yang menyebabkan
timbulnya erupsi kulit berupa vesikula generalisata, kemudian
VVZ akan masuk ke saraf sensorik di sekitarnya untuk dorman
di ganglia kranialis dan ganglia dorsalis.

Sumber : Fitzpatrick’s Dermatology 9th Edition.


Menurut Fitzpatrick (2018) varisella dapat terjadi gejala klinis dan subklinis, pada OS
yang terjadi adalah gejala klinis karena menunjukan adanya gejala varisella pada riwayat
penyakit sebelumnya.
Pada varisella virus akan masuk melalui mukosa saluran pernafasan atas dan orofaring,
kemudian terjadi replikasi, lalu menyebar melalui pembuluh darah dan limfe (viremia
pertama) ke sistem retikuloendotelial lainnya seperti hati, limfa, paru-paru dan organ lain.
Pada organ ini virus akan berkembang biak. Pada stadium ini perkembangan virus
Varisella zoster ditekan oleh respon imun non spesifik dan spesifik. Bila respon imun berhasil
menekan virus Varisella zoster (VVZ), maka akan menyebabkan varisela subklinis. Bila
respon imun tidak berhasil menekan VVZ, maka akan terjadi Viremia kedua yang
menyebabkan timbulnya erupsi kulit berupa vesikula generalisata, kemudian VVZ akan
masuk ke saraf sensorik di sekitarnya untuk dorman di ganglia kranialis dan ganglia dorsalis.
• Virion akan berinteraksi dengan reseptor pada permukaan sel inang
melalui glikoprotein yang terdapat pada envelope. Perlekatan tersebut
akan mentriger fusi antara envelope virus dengan membrana sel. Fusi
tersebut menyebabkan pelepasan nukleokapsid virus kedalam
sitoplasma sel kemudian dilanjutkan dengan mentransfer nukleokapsin
tersebut pada nukleus.
• Pada sel inang yang memiliki kemampuan untuk mensupport replikasi
virus proses tersebut akan berlanjut dengan sintesis protein virus,
replikasi genom, dan penyusunan struktur-struktur virus membentuk
virus baru. Jika pada infeksi laten virus tetap berada pada nulkeus dan
melakukan transkripsi menyilang kemudian virus akan menuju ujung
saraf pada epidermis dan menuju badan sel saraf pada ganglia->
infeksi laten
• Proses replikasi diawali dari pembentukan immediete early gene yang
ditranskripsi dari protein yang terdapat pada tegumen. Gen ini akan
memproduksi selusin gen awal yang dibutuhkan pada proses replikasi
DNA virus.
• Proses dilanjutkan dengan pembentukan late gene yang akan
membentuk bagian struktur dari virus
• Dilanjutkan dengan perakitan membentuk nukleokapsid virus baru dan
kemudian dibawa ke membran nukleus dan fusi dengan membran luar
dari nukleus.
• Selanjutnya envelope dibentuk dari budding dengan vakuola pada
sitoplasma yang dibentuk dari apparatus golgi, yang kemudian
mentranspor virion baru ke permukaan sel dan dikeluarkan dengan
cara eksitosis
KASUS KETERANGAN
Sejak + 25 tahun yang lalu Os Kelelahan fisik merupakan faktor presipitasi herpes zoster.
bekerja menjadi seorang guru Herpes Zoster merupakan suatu reaktivasi dan multiplikasi dari
matematika kelas 3 SMA yang Virus Varicella Zoster yang sebelumnya dorman pada ganglion
bekerja sekitar 6-8 jam/hari dorsalis dan kranialis setelah infeksi Virus Varicella Zoster
selama lima hari dalam satu sebelumnya. Pada saat respon imunitas seluler dan titer antibody
minggu, namun sejak ± 2 spesifik terhadap Virus Varisela Zoster menurun sampai tidak
bulan yang lalu jadwal lagi efektif mencegah infeksi virus disertai dengan adanya faktor
mengajar OS menjadi lebih presipitasi berupa kelelahan fisik, maka virus akan mengalami
padat + 10-12 jam/hari karena reaktivasi.
akan berlangsung Ujian
Nasional sehingga waktu
istirahat berkurang, OS merasa
kelelahan, kurang tidur, dan
makan tidak teratur.
Saat imunitas turun, virus yang berada di ganglion akan tereaktivasi
kemudian bereplikasi dan terjadi retrograde axonal transport yang
membawa virus ke ujung saraf bebas yang berada di dermis. Dari ujung
saraf bebas, virus dilepaskan dan menginfeksi sel T lalu di presentasikan
ke lapisan epidermis. Virus akan mengakibatkan sel-sel keratinosit lisis
bergabung dan membentuk multinucleated giant cell (MGC). MGC
menyebabkan tight junction pada stratum spinosum hingga stratum
korneum meregang sehingga ekstravasasi cairan dari intrasel dan
interstitial akan mendorong MGC naik hingga stratum korneum
menyebabkan timbulnya vesikula.
Serabut saraf sensorik yang berdekatan menyebabkan munculnya vesikula
herpetiformis. Vesikula yang bergabung akan membentuk bula.
Anamnesis Tambahan KETERANGAN
Os menyangkal memiliki Pada pasien tidak terdapat kontraindikasi pemberian
riwayat tekanan darah tinggi, kortikosteroid.
kencing manis, maag dan Pada kasus ini kortikostreroid bekerja sebagai antiinflamasi yang
penyakit jantung. bekerja menghambat enzim Phospolipase sehingga tidak
terbentuknya mediator-mediator inflamasi. Kortikosteroid
sistemik memiliki efek samping ulkus peptikum, hipertensi ,
penyakit jantung , dan diabetes melitus.
Pemeriksaan Fisik KETERANGAN
Status Generalis Pasien tampak sakit berat sehingga perlu dirawat.
Kesan sakit : Tampak sakit berat Keluhan palpebra dextra yang Eritema (+) terjadi
Tanda Vital : TD 120/80 mmhg, N 88 x/menit, R 16 karena hipervaskularisasi, edema (+) terjadi karena
x/menit, S 37.1 0C ekstravasasi cairan akibat permeabilitas kapiler
yang meningkat, dan lakrimasi (+) terjadi karena
Kepala : adanya inflamasi yang merangsang glandula
Mata Kanan : lakrimalis untuk mensekresi air mata.
Palpebra superior : eritema (+/-), edema Maderosis sulit dinilai karena palpebra edema,
sehingga pasien perlu dirujuk ke dokter spesialis
(+/-) mata
Palpebra inferior : eritema (+/-), edema
(+/-)
Aparatus lakrimalis : lakrimasi(+)
Konjungtiva : hiperemis (+/-)
Sklera : ikterik -/-
Mata Kiri : Dalam batas normal

Sumber : Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 7 Tahun 2021. Halaman 175-177
KASUS KETERANGAN
Distribusi regioner unilateral, dahi sisi kanan,
kelopak atas mata kanan, dan batang hidung
sisi kanan merupakan predileksi Herpes Zoster
Oftalmikus karena predileksi tersebut
dipersarafi oleh nervus trigeminus cabang
pertama. Selain itu, pada Herpes Zoster
distribusi unilateral karena infeksi virus secara
neurogen. Vesikel herpetiformis terjadi karena
penyebarannya neurogen dan dermatom,
berbeda pada varisela yang penyebarannya
melaui sirkulasi sehingga vesikel vesikelnya
menyebar secara diskret. Bula terbentuk
akibat vesikel-vesikel herpetiformis yang
bergabung.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan TZANCK Smear tidak dilakukan.
Sediaan langsung dengan pewarnaan TZANCK Smear (Giemsa) dengan
pembesaran 400 x didapatkan

Pada pemeriksaan Tzanck Smear diharapkan akan ditemukan sel datia berinti
banyak (Multinucleated Giant Cell +). Glikoprotein milik Virus Varicella Zoster
akan menginduksi keratinosit sekitar yang sudah terinfeksi sehingga terbentuk
vakuolisasi dan degenerasi balloning yang terpisah untuk bergabung membentuk
Multinucleated giant cell.
Diagnosis Banding
1. Herpes Zoster Oftalmikus Dekstra
2. Herpes Simpleks Zosteriformis
3. Ramsay Hunt Syndrome

• Herpes zoster karena pada Os di temukan vesikel hepetiformis


unilateral segmental yang di awali dengan gejala prodormal
• Herpes simplek zosteriformis karena vesikel berkelompok berada di
dekat mata dan lubang hidung yang merupakan daerah mukokutan
• Sindroma Ramsay Hunt (RSH) karena pada anamesis ditemukan
keluhan nyeri kepala yang merupakan salah satu gejala RSH.
Diagnosis Kerja
Herpes Zoster Oftalmikus Dekstra

Diagnosis kerja Herper Zoster Oftalmikus dekstra ditegakan karena


perjalanan dan gejala yang timbul berupa vesikel herpetiformis yang
diawali gejala prodormal.
Usul Pemeriksaan Lanjutan
Pemeriksaan IgG dan IgM anti HSV-1
Pada pasien Herpes Simpleks zosteriformis perlu dilakukan
pemeriksaan IgG dan IgM anti HSV 1 karena penyebab tersering
Herpes Simpleks zosteriformis yaitu virus HSV-1 bertujuan untuk
menyingkirkan diagnosis Herpes Simpleks Zosteriformis pada kasus.
Jika didapatkan hasil reaktif pada pasien maka diagnosis kerja pada
kasus ini yaitu Herpes Simpleks zosteriformis sehingga tatalaksana yang
diberikan sesuai dengan penyakit Herpes Simpleks Zosteriformis

Sito konsultasi ke spesialis mata dan THT


Penatalaksanaan
Umum:
- Pasien diharuskan dirawat
- Konsul sito ke dokter spesialis Mata
- Konsul spesialis THT

Os harus di rawat karena memerlukan sito konsul ke dokter spesialis


mata untuk mencegah terjadinya komplikasi keratitis akibat
terinfeksinya lapisan kornea sehingga menimbulkan jaringan sikatrik
yang mengganggu penglihatan.
TERAPI
Topikal:
Kompres Asam Borici 1%

Efek as. Borici 1% memiliki efek untuk membersihkan,


mendinginkan, protektif, anti pruritus, epitelisasi dan antiseptik
sehingga cocok digunakan pada pada herper zoster oftalmikus dekstra
TERAPI
Sistemik:
• Asiklovir 5 x 800 mg selama 7 hari
• Methylprednisolon selama 8 mg 5 hari
Sistemik:

Asiklovir 5 x 800 mg selama 7 hari
Waktu paruh asiklovir 2,5-3 jam pada pasien dengan fungsi ginjal normal dan 20 jam pada
pasien anuria. Terapi asiklovir secara bermakna mengurangi jumlah lesi, lama gejala dan
viral shedding pada pasien herpes zoster jika dimulai dalam 72 jam setelah munculnya ruam,
namun VVZ kurang rentan terhadap asiklovir dibandingkan dengan HSV sehingga
diperlukan dosis yang lebih tinggi.
Efek samping: asiklovir umumnya ditoleransi dengan baik tetapi terkadang dapat
menimbulkan mual, muntah, dan nyeri kepala, infus intravena dapat menyebabkan toksisitas
ginjal reversibel atau gangguan neurologik. Asiklovir dosis tinggi menyebabkan kerusakan
kromosom dan atrofi testis pada tikus.
Kontraindikasi: Pemberian asiklovir bersamaan dengan obat nefrotoksik akan
meningkatkan risiko nefrotoksisitas. Probenesid dan simetidin mengurangi klirens asiklovir
dan meningkatkan pajanan. Dapat terjadi somnolen dan letargi pada pasien yang mendapat
zidovudin dan asiklovir secara bersamaan.
Mekanisme kerja asiklovir
Mekanisme kerja antivirus
Asiklovir memerlukan tiga tahap
fosforilasi untuk menjadi aktif.
Asiklovir mula-mula diubah
menjadi turunan monofosfat oleh
timidin kinase lalu menjadi
senyawa difosfat dan trifosfat.
Asiklovir trifosfat menghambat
pembentukan DNA virus.
Pada kasus diberikan asiklovir sistemik dikarenakan masih
berlangsungnya fase erupsi (3 hari), fase erupsi pada herpes zoster
berlangsung 3-5 hari sehingga apabila diberikan asiklovir dapat
menghambat replikasi virus yang masih berlangsung dan mencegah
postherpetic neuralgia yang lebih berat.
FOSFOLIPID MEMBRAN
KORTIKOSTEROID
Fosfolipase A2

NSAID
ASAM ARACHIDONAT

lipoksigenase siklooksigenase (Cox)

5-HPETE sikloendoperoksid

(+)
Leukotrien (-) (+)

PGI2 PG TXA2

Inflamasi, nyeri, demam


* PG = Prostaglandin, PGI2 = Prostasiklin, TXA2 = Tromboxan A2
Prognosis
• Quo ad vitam : ad bonam karena herpes zoster tidak
menyebabkan kematian
• Quo ad functionam : dubia ad bonam karena herpes zoster
oftalmikus dapat menyebabkan post herpetic neuralgia jika
pengobatannya tidak adekuat
• Quo ad sanationam : ad bonam karena penyakit ini tidak akan
berulang.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai