Anda di halaman 1dari 31

PEMERIKSAAN

JAMU
DOSEN TIM FARMAKOGNOSI 2
Jamu
adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral, sediaan
galenik (sarian) atau campuran dari bahan
tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan sebagai pengobatan
Jamu harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu:
1. Aman
2. Klaim khasiat berdasarkan data empiris
(pengalaman)
3. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
• Sediaan jamu umumnya terdiri dari beberapa jenis simplisia
yang berkhasiat farmakologi, baik berbentuk rajangan kasar
contohnya jamu godog, maupun berbentuk halus atau serbuk,
adapula dalam bentuk ekstrak herbal terstandar, bahkan
beberapa sediaan bahan alam telah berbentuk sediaan
fitofarmaka (seperti temulawak, dan daun jambu).
• Simplisia yang dapat digunakan sebagai jamu seduhan/serbuk atau
campuran jamu godok :
a.Akar alang-alang dipergunakan untuk obat penurun panas.
b.Rimpang temulawak dan rimpang kunyit banyak dipergunakan
untuk obat hepatitis.
c.Batang kina dipergunakan untuk obat malaria.
d.Kulit batang kayu manis banyak dipergunakan untuk obat
tekanan darah tinggi.
e.Buah mengkudu banyak dipergunakan untuk obat kanker.
f. Buah belimbing banyak dipergunakan untuk obat tekanan darah
tinggi.
g.Daun bluntas untuk obat menghilangkan bau badan.
h.Bunga belimbing Wuluh untuk obat batuk
i. dll
Contoh jamu yang di produksi oleh Industri Obat Tradisional
• Jamu dapat berupa gabungan beberapa jenis simplisia yang
berkhasiat farmakologi, bekerja secara sinergis dalam memberikan
aktivitas biologis yang saling mendukung dan dapat menghilangkan
efek samping dari satu jenis tanaman yang terdapat dalam campuran
jamu tersebut.
• contoh TO yang memiliki efek sejenis (sinergis), misalnya untuk
diuretik bisa digunakan daun keji beling, daun kumis kucing, akar
teki, daun apokat, rambut jagung sebagai diuretik.
• Sedangkan efek komplementer (saling mendukung) beberapa zat
aktif dalam satu tanaman, contohnya seperti pada herba timi (Tymus
serpyllum atau T.vulgaris) sebagai salah satu ramuan obat batuk.
Bentuk – Bentuk SEDIAAN Jamu

• Dalam penggunaannya maupun dalam perdagangan ada


beberapa macam bentuk jamu yaitu : rajangan, serbuk, pil,
dodol/jenang, pastiles, kapsul, tablet, cairan obat dalam,
sari jamu, parem, pilis, tapel, koyok, cairan obat luar, dan
salep/krim.

• Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada


resep peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai
tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak, berkisar
antara 5 – 10 macam bahkan lebih.
Misalnya suatu formulasi yang ditujukan untuk menurunkan tekanan darah,
komponennya terdiri dari : daun sledri (sebagai vasodilator), daun apokat atau akar teki (sebagai
diuretika), daun murbei atau besaren (sebagai Ca-antagonis) serta biji pala (sebagai sedatif ringan).

Formulasi lain dimaksudkan untuk pelangsing, komponennya terdiri dari : kulit kayu rapet dan daun
jati belanda (sebagai pengelat), daun jungrahap (sebagai diuretik), rimpang kunyit dan temu lawak
(sebagai stomakik sekaligus bersifat pencahar). Dari formulasi ini walaupun nafsu makan ditingkatkan
oleh temu lawak dan kunyit, tetapi penyerapan sari makanan dapat ditahan oleh kulit kayu rapet dan
jati belanda. Pengaruh kurangnya defakasi dinetralisir oleh temulawak dan kunyit sebagai pencahar,
sehingga terjadi proses pelangsingan sedangkan proses defakasi dan diuresis tetap berjalan
sebagaimana biasa.

Terhadap ramuan tersebut seringkali masih diberi bahan-bahan tambahan (untuk memperbaiki warna,
aroma dan rasa) dan bahan pengisi (untuk memenuhi jumlah/volume tertentu). Bahan tambahan sering
disebut sebagai Coringen, yaitu c.saporis (sebagai penyedap rasa, misalnya menta atau kayu legi),
c.odoris (penyedap aroma/bau, misalnya biji kedawung atau buah adas) dan c.coloris (memperbaiki
warna agar lebih menarik, misalnya kayu secang, kunyit atau pandan). Untuk bahan pengisi bisa
digunakan pulosari atau adas, sekaligus ada ramuan yang disebut ‘adas-pulowaras’ atau ‘adas-pulosari’.
PEMERIKSAAN KEBENARAN KOMPONEN
PENYUSUN JAMU
• Analisis suatu obat tradisional / jamu harus menyertakan uji subyektif, meskipun uji
ini memerlukan praktek dan pengalaman yang luas.
• Hal ini perlu dilakukan untuk membandingkan kesan subyektif dengan sifat khas yang
disimpan dan diklasifikasikan sebelumnya.
• Penentuan identifikasi berbagai sifat yang demikian merupakan suatu langkah yang
penting pada identifikasi.
• pemeriksaan jamu meliputi Makroskopik, Mikroskopik dan
kandungan kimia
1. PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK JAMU
• Untuk menjamin kebenaran dari simplisia penyusun sediaan jamu dilakukan
pemeriksaan awal secara makroskopik dengan mengamati bentuk organoleptik
simplisia penyusun.
• Pemeriksaan organoleptik dilakukan menggunakan pancaindra :
1. Bentuk : Padat, serbuk, kering, kental , cair
2. Warna : warna dan ciri luar, dan warna bagian dalam
3. Bau : aromatik, tidak berbau, dan lain – lain
4. Rasa : Pahit ,manis , khelat dan lain – lain
5. Ukuran : panjang, lebar, dan diameter sediaan dalam satuan m, mm, cm,
inci, dan mesh.
• Agar dapat mendukung hasil pemeriksaan, maka simplisia yang telah diidentifikasi
dikelompokkan berdasarkan jenisnya (spesies) dan khasiatnya.
Pemeriksaan makroskopik dapat menentukan Ketepatan pemilihan bahan secara benar
• Berdasarkan pustaka, tanaman lempuyang ada 3 jenis, yaitu
• lempuyang emprit (Zingiber amaricans L).
• lempuyang gajah (Zingiber zerumbert L.) dan
• Lempuyang wangi (Zingiber aromaticum L.).

Lempuyang emprit dan lempuyang gajah berwarna kuning berasa pahit dan secara empiris
digunakan untuk menambah nafsu makan;

sedangkan lempuyang wangi berwarna lebih putih (kuning pucat) rasa tidak pahit dan berbau
lebih harum, banyak digunakan sebagai komponen jamu pelangsing.

Kenyataannya banyak penjual simplisia yang kurang memperhatikan hal tersebut, sehingga
kalau ditanya jenisnya hanya mengatakan yang dijual lempuyang tanpa mengetahui apakah
lempuyang wangi atau yang lain.
• Kerancauan serupa juga sering terjadi antara tanaman ngokilo yang
dianggap sama dengan keji beling, daun sambung nyawa dengan daun
dewa, bahkan akhir-akhir ini terhadap tanaman kunir putih, dimana 3
jenis tanaman yang berbeda (Curcuma mangga, Curcuma zedoaria
dan Kaempferia rotunda) seringkali sama-sama disebut sebagai ‘kunir
putih’
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK JAMU
• Uji mikroskopik dilakukan dengan mikroskop yang derajat perbesarannya
disesuaikan dengan keperluan.
• Uji mikroskopik serbuk jamu tidak hanya dapat dilakukan melihat bentuk anatomi
jaringan yang khas, tetapi dapat pula menggunakan uji histokimia dengan
penambahan pereaksi tertentu pada serbuk sediaaan jamu uji, dan zat kandungan
simplisia uji akan memberikan warna spesifik, sehingga mudah dideteksi.
• Pemeriksaan anatomi serbuk dari suatu simplisia memiliki karakteristik tersendiri,
dan merupakan pemeriksaan spesifik suatu simplisia atau penyusun jamu.
• Sebelum melakukan pemeriksaan mikroskopik harus dipahami bahwa masing-
masing jaringan tanaman berbeda bentuknya.
2. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK JAMU
Pemeriksaan Mikroskopik, yaitu memuat paparan anatomis, penampang melintang
simplisia, fragmen pengenal serbuk simplisia (fragmn spesifik), meliputi uraian mengenai:
• Jaringan pada batang,akar dan rimpang, terdiri dari :
a.Jaringan primer (epidermis, corteks, endodermis, caspari, perisikel, silender pusat dan
empelur). Tipe Berkas pengangkutan umumnya mengacu pada kelas tanaman seperti
monokotil memiliki tipe berkas pengangkutan terpusat (konsentris), dan pada dikotil
tersebar (kolateral).
b.Jaringan sekunder (periderm, felogen, dan ritidom)
c.Perubahan susunan silinder pusat atau pertumbuhan sekunder.
• Jaringan pada daun, terdiri dari : 1. Tipe stomata dan 2. Jenis Rambut (rambut penutup,
dan rambut kelenjar)
• Jaringan pada daun, batang, dan akar, terdiri dari Tipe sel Idioblas dan Tipe sel
Sklerenkim.
• Pemeriksaan mikroskopik dengan melihat jaringan dapat dilakukan setelah penetesan
pelarut tertentu, misalnya Chloral hydrat, untuk menghilangkan kandungan sel seperti
amilum dan protein, sehingga jaringan akan dapat terlihat jelas di bawah mikroskop.
Fragmen – fragmen lainnya dapat digunakan sebagai penanda
untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif, adalah :
Fragmen daun Saga, terdapat :
a. sel palisade yang berbentuk buah jambu
b. berkas pembuluh yang berdampingan
c. sel – sel epidermis dengan tipe stomata tipe anomositik atau aktinositik
Fragmen daun Sariawan
d. Fragmen epidermis dengan tipe stomat parasitic.
e. Epidermis dengan dinding – dinding berkelak – kelok.
Fragmen buah Mungsi
a. Fragmen embrio
b. Endocarp
c. Parenkim mesokarp bernoktasi
d. Fragmen endosperm dengan butir aleuron
e. Perikarp yang terlihat melintang
3. Analisis kimia Simplisia
• Meliputi penetapan jenis konstituen (zat kandungan), kadar konstituen (kadar abu, kadar
sari, kadar air , kadar logam), dan standardisasi simplisia.
a.Fluoresensi,
Untuk melihat panjang gelombang serapan Sinar UV ( = 350-366 nm) yang berflourosensi.
Beberapa simplisia yang memperlihatkan flouresensi dengan warna yang khas :
 Kayu hidratis  kuning emas
 Rauwolfia serpentina  merah rose
 Akar Rheum officinale  kecoklatan
 Rheum rhaponticum  ungu
 Ekstrak Tanaman klorofil  merah intensif
 Ekstrak Klika Aesculus hippocastanum  biru (glikosida Kumarin)
 Fraxinus ornus  infus biru intensif
 Fraxinus excelsor  infus biru kurang intensif
 Kulit kina  H2SO4 biru (kinin)
 Aloe dalam air dapar borat  kuning kehijauan (aloin)
b. Kelarutan
Terutama simplisia yang diperoleh dalam bentuk eksudat.
Gom arab  seluruh larut dalam air dingin
Tragakan  mengembang tanpa larut
Gom sterculia  larut sebagian.
Baik Gom dan tragakan ketiganya tidak larut dalam alkohol,
sedangkan resin dan balsem larut dalam etanol, eter, CS2, dan
pelarut organik lain.
c. Uji Kimia (Reaksi Warna, Reaksi Pengendapan dan KLT),
1. Uji dengan reaksi warna
Uji dilakukan terhadap hasil penyarian zat berkhasiat baik sebagai hasil mikrosublimasi atau langsung
terhadap irisan serbuk simplisia (Uji Histokimia) dan ekstrak, meliputi uji lignin, suberin, kutin, minyak lemak,
minyak atsiri, getah dan resin, pati dan aleuron, lendir dan pectin, selulosa, zat samak / tannin dan katekol,
dioksiantrakinon bebas, fenol, saponin, flavanoid, karbohidrat, glikosida, glikosida antrakinon,dan steroid.
Contohnya : Asam sinamat dipisahkan dalam bentuk kristal dari tolu balsam setelah didihkan dengan air
kapur + HCl + Kalium permanganat terbentuk benzaldehid.
2. Uji reaksi pengendapan
dilakukan dengan melihat warna endapan yang terjadi, contohnya Uji Alkaloida
Uji sederhana dengan penambahan H2SO4 80 %, dapat diketahui simplisia dengan pembentukan warna dan
endapan yang terjadi. Contohnya:
• Strophantus kombe  hijau
• Strophanthus gratus  merah rose
• Cassia angustifolia  larutan alkali merah (antrakinon)
• Cassia auriculata  warna merah (leukoantasianin, reaksi pengendapan ekstrak tempak jernih

3. Mikrosubmasi untuk konstituen mudah menyublin dalam bentuk kristal dilakukan uji KLT dan reaksi
warna.
BKO PADA JAMU
BKO PADA JAMU
Obat-obat keras yang sering ditambahkan
pada jamu/OT (BKO)
1. fenilbutazon, antalgin, deksametason (untuk jamu pegel linu);
2. parasetamol, CTM, coffein (untuk jamu masuk angin dan sejenisnya);
3. teofilin, prednison (untuk sesak nafas),
4. furosemid (untuk pelangsing) dan lain sebagainya.

dampak negatif yang membahayakan kesehatan;


5. fenilbutazon bisa menyebabkan pendarahan lambung dan merusak hati,
6. antalgin bisa menyebabkan granulositosis atau kelainan darah dan
7. prednison menyebabkan pembengkakan wajah dan gangguan ginjal.
Dasar Hukum
• UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 
• Pasal 196  setiap orang yang sengaja memproduksi/ mengedarkan obat tradisional yang tidak memenuhi
standar dan persyaratan keamanan  Pidana 10 tahun dan denda paling banyak 1 milyar Rupiah.
• Pasal 197  setiap orang yang sengaja memproduksi/ mengedarkan sediaan farmasi / alkes tidak memiliki izin
edar diancam Pidana 15 tahun dan denda paling banyak 1,5 miliar Rupiah.
• UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 37
Setiap industri dan usaha obat tradisional dilarang membuat:
a.Segala jenis obat tradisional yang mengandung bahan kimia hasil isolasi atau sintetik yang berkhasiat obat. b.Obat
tradisional dalam bentuk intravaginal, tetes mata, sediaan parenteral, supositoria kecuali untuk wasir, dan/atau
c.Obat tradisional berupa cairan obat dalam yang mengandung etanol dengan kadar lebih dari 1%.

PERMENKES NO.006 th 2012


tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional Pasal 37 Setiap industri dan usaha obat tradisional berkewajiban:
menjamin keamanan, khasiat/manfaat dan mutu produk obat tradisional yang dihasilkan. Pasal 37 Setiap industri dan
usaha obat tradisional berkewajiban: menjamin keamanan, khasiat/manfaat dan mutu produk obat tradisional yang
dihasilkan. 

Anda mungkin juga menyukai