Anda di halaman 1dari 251

Farmakognosi

(TEORI 1 SKS)
(PRAKTIKUM 1 SKS)

Farmakognosi - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 1


Bahan Bacaan : Sebagian sudah di upload di Edmodo,
Silahkan download

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 2


Pendekatan Penemuan Obat

Bahan Alam Sintesis


Tumbuhan Sintesis murni
Hewan Semi sintesis
Bakteri
Jamur/ragi
Kompilasi Tumbuhan
Obat Pertama

Kompilasi pertama tercatat pada 2.000 SM


oleh Kerajaan Cina
“The Herball, or Generall History of Plantes”
yang dipublikasi tahun 1597 dikompilasi oleh
John Gerard
Buku ini banyak digunakan sebahai referensi
oleh dokter untuk pengobatan dengan
tumbuh-tunbuhan
Kimia Bahan Alam ?
Makhluk Hidup/ Organisme
(Hewan; Tumbuhan, Mikrorganisme yang hidup di
darat, laut, dan udara )

Proses metabolisme

Metabolit Primer Metabolit Sekunder


(Karbohidrat; lemak, protein, asam (golongan senyawa dengan struktur
nukleat), merupakan molekul bervariasi dan khas untuk setiap
dengan BM tinggi, struktur sama organisme, BM relatif kecil, ditemukan
utk setiap organisme, dan dalam jumlah minor, berfungsi untuk
digunakan sbg penghasil energi/ pertahanan diri organisme, melawan
kelangsungan hidup organisme penyakit, pertumbuhan, atau hormon

Banyak dipelajari di
Bidang Kimia organik
bidang Biokimia
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt bahan alam 5
“Tumbuhan obat
merupakan sumber bahan
obat-obatan”
ASTHMA BRONKIALE -> daun legundi ( Vitex
trifolia ), daun sembung ( Blumea balsamifera ),
daun srawung ( Ocimum gratissimum )
REMATIK -> biji jinten hitam ( Nigella sativa ),
temulawak ( Curcuma xanthoriza ), kunyit (
Curcuma domestica )
HEPATITIS -> daun dewa ( Gynura procumbens
), herba meniran ( Phyllanthus niruri ),
temulawak ( Curcuma xanthoriza )
BATU GINJAL -> ngokilo jejeg (
Strobillanthus crispus )
KANKER -> benalu mangga ( Dendropthoe
pentandra ), herba pegagan ( Centella asiatica )
GASTRITIS -> daun swanggi ( Degluphta alba
)
Obat tradisional

bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan


tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan
sarian (galenik) , atau campuran dari bahan
tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan
sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat
Peran Ekologis bahan alam:
Melindungi tumbuhan dari serangan herbivora
dan infeksi mikroba
Penarik serangga atau hewan penyerbuk dan
penebar biji
Agen alelopati yg berperan dlm kompetisi antar
spesies tumbuhan.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 10


PELUANG PENELITIAN BAHAN ALAM

Tumbuhan transgenik Penentuan Spektroskopi


struktur
Bioteknologi

Bahan tumbuhan
(daun; bunga, akar, Proses isolasi Senyawa murni Modifikasi
kulit batang, dll) struktur

Bioassay

Kultur jaringan (antioksidan; antikanker;


antimalaria; antihepatotoksik;
anti-HIV, dll
Modifikasi Prekursor

Senyawa Baru
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 11
OBAT HERBAL

SELURUH BAGIAN ISOLAT ZAT AKTIF


TANAMAN
(OBAT MODERN)

EMPIRIS NON EMPIRIS HERBAL ASING

OBAT FITOFARMAK
JAMU FITOFARMAKA HERBAL A
STANDART
Obat
Herbal
Terstandar
t
Pembagian obat herbal

OBAT HERBAL
JAMU FITOFARMAKA
TERSTANDAR

•Tidak •Tidak •Tidak


mengandung mengandung mengandung
bahan yang bahan yang bahan yang
dilarang dilarang dilarang
•Uji Preklinik •Uji Preklinik
•Uji Teknologi •Uji Teknologi
Farmasi Farmasi
•Uji Klinik
OBAT TRADISIONAL
(OBAT BAHAN ALAM INDONESIA)
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
tentang Ketentuan Pokok Pengelompokkan dan Penandaan
Obat Bahan Alam Indonesia
No. HK. 00.05.4.2411 Tanggal : 17 Mei 2004
JAMU
(Empirical based herbal medicine)

Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya


dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan
tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara
tradisional.
Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan
leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya cukup
banyak, berkisar antara 5 – 10 macam bahkan lebih.
Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis,
tetapi cukup dengan bukti empiris.
Jamu yang telah digunakan secara turun-menurun selama berpuluh-puluh
tahun bahkan mungkin ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan
manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan tertentu
OBAT HERBAL TERSTANDAR
(Scientific based herbal medicine)

Adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian


bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun
mineral.
Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih
kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang
mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan
ekstrak.
Ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian
pre-klinik seperti standart kandungan bahan berkhasiat, standart
pembuatan ekstrak tanaman obat, standart pembuatan obat
tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis.
FITOFARMAKA
(Clinical based herbal medicine)
Merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat
disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya
yang telah terstandar,
ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada
manusia.
Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk
menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan.
Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal
karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara iLmiah.
LOGO OBAT ASLI INDONESIA
JAMU
JAMU

Bentuk lingkaran
lambang sebuah proses dan aman
Warna hijau dan kuning (KONTRAS)
perwujudan kekayaan sumber daya alam
Indonesia (keanekaragaman hayati)
Stilisasi jari-jari daun
lambang sebuah proses sederhana, sebagai
visualisasi proses pembuatan jamu
JAMU

Jamu harus memenuhi kriteria :


Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan;
Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data
empiris;
Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
OBAT HERBAL TERSTANDAR

 Bentuk lingkaran
lambang proses dan aman
 Warna hijau dan kuning
(KONTRAS)
wujud kekayaan Indonesia
(keanekaragaman hayati)
 Stilisasi jari-jari daun (3 pasang)
lambang serangkaian proses
pembuatan ekstrak tumbuhan
obat (uji lab., uji toksisitas
dan uji praklinis)
OBAT HERBAL TERSTANDAR

harus memenuhi kriteria :


Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan;
Klaim kasiat dibuktikan secara ilmiah/pra klinik;
Telah dilakukan standardisasi terhadap bahan baku
yang digunakan dalam produk jadi;
Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
FITOFARMAKA

 Bentuk lingkaran
lambang sebuah proses dan aman
 Warna hijau dan kuning (KONTRAS)
perwujudan kekayaan sumber daya alam
Indonesia (keanekaragaman hayati)
 Stilisasi jari-jari daun membentuk bintang
lambang sebuah proses yang lebih
kompleks, sebagai visualisasi proses
pembuatan fitofarmaka (uji lab., uji
toksisitas, uji praklinis, uji klinis)
FITOFARMAKA

harus memenuhi kriteria :


Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan;
Klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinik;
Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku
yang digunakan dalam produk jadi;
Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
PENANDAAN

PADA PEMBUNGKUS , WADAH, ETIKET


DAN BROSUR OBAT TRADISIONAL HARUS
DICANTUMKAN KATA “JAMU” YANG
TERLETAK DALAM LINGKARAN DAN
DITEMPATKAN PADA BAG. ATAS
SEBELAH KIRI
PENANDAAN

KATA JAMU HARUS JELAS DAN MUDAH


DIBACA
UKURAN HURUF MIN.TINGGI 5mm, dan
TEBAL 0.5mm
WARNA HITAM DI ATAS WARNA PUTIH
ATAU WARNA LAIN YANG MENYOLOK
PENANDAAN

BERISI INFORMASI TENTANG :


NAMA OBAT TRADISIONAL ATAU NAMA
DAGANG
KOMPOSISI
BOBOT, ISI, ATAU JUMLAH OBAT TIAP
WADAH
DOSIS PEMAKAIAN
KHASIAT ATAU KEGUNAAN
KONTRA INDIKASI (BILA ADA)
KADALUWARSA
NOMOR PENDAFTARAN
NOMOR KODE PRODUKSI
NAMA INDUSTRI ATAU ALAMAT
SEKURANG-KURANGNYA NAMA KOTA
DAN KATA INDONESIA
Tahapan proses pemanfaatan tumbuhan obat
Kering Tumbuhan Obat Segar

Serbuk Kapsul, Ekstrak Pelarut Ekstrak air


tablet, alkohol lain
Kantong, pil, pasta
bungkus Tincture Infusa
obat
Ekstrak
Sajian cair Tablet,
padat
kapsul,
Senyawa kimia salep
Obat
murni Fraksi-fraksi
sintetik

Obat baru, dalam bentuk tablet, kapsul,


KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 30
sirup, injeksi, dll
PENGEMBANGAN OBAT BARU
Kelemahan Penggunaan
Tumbuhan atau Ekstraknya
Kuantitas senyawa aktif bervariasi tergantung
dari letak geografis, musim, bagian tumbuhan,
iklim dan kondisi ekologi

Keberadaan senyawa lain yang tidak diinginkan


yang dapat menyebabkan efek sinergis,
antagonis dan kemungkinan kekuatan obat
yang tak dapat diprediksi

Perubahan atau kehilangan bioaktivitas yang


disebabkan variabilitas pengumpulan,
penyimpanan dan persiapan sampel
Keuntungan Memurnikan
Senyawa Bioaktif
Senyawa bioaktif murni dapat diberikan berulang-ulang
secara tepat, dosisnya akurat dengan manfaat yang jelas
berdasarkan percobaan atau aspek terapeutik.

Dengan adanya senyawa murni maka memungkinkan kita


mengembangkan analisis untuk senyawa tersebut atau
golongannya. Ini diperlukan, sebagai contoh, untuk skrining
potensi toksisitas dan untuk kontrol kualitas dari formula obat
atau makanan untuk digunakan pada manusia atau hewan.

Dengan adanya senyawa murni maka memungkinkan strukturnya dan


pada gilirannya dapat disintesis, dimodifikasi dan ditentukan
mekanisme kerjanya. Pada akhirnya hal ini akan mengurangi
ketergantungan terhadap tumbuhan sebagai sumber bahan baku. Hal
ini juga dapat digunakan untuk QSAR untuk pengembangan obat
baru.
Diagram alur proses ekstraksi hingga diperoleh senyawa aktif. Pengujian efek farmakologi harus dilakukan setiap tahap.
Sampel yang aktif yang diteruskan. Itulah inti dari

bioassay guided gractination

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 34


Beberapa penemuan obat dari senyawa alam
H3C
CH3
H3C
H3C
O OH O CH3
O O OH
O O O
O NH O H O NH
O O H
O O
O H O O
OH CH3
O OH H CH3
O O O O
O

Taxol (Taxus brevifolia) Obat kanker Taxotere (derivat taxol) obat kanker

HO H
O OH

H H H
N S
HO CH3
OH O N CH3
H O
H
OH COOH

Penicillin G (Penicillium notatum) sbg antibiotik


OH ditemukan th 1928 oleh Alexander fleming
Balanokarpol (Hopea) anti-HIV
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 35
Taxol is an extensively decorated terpenoid, while Phorbol is
less so (hydroxylations).

(Core terpenoid of Taxol is in yellow/bold).


KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 36
Alkaloids
• Contain a Nitrogen, usually derived from an amino acid (e.g., Tyrosin)
• Long history of usage by people – at least 3000 years

Socrates death in 400 BC from the alkaloid of hemlock – Coniine.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 37


The most used and abused alkaloids,
morphine/heroin and cocaine.

Morphine – is converted to heroin by


acetylation of the hydroxyls.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 38


KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 39
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 40
O
17
CH3
16 O
29 30
9
HO 6
H3C CH3
10 8 7 5
20
19 21
12
CH3
2
18
22 11 N
25
11 26 13 17 13 N 21
CH3 CH3 12 3
1
14
15
16
28
HO 20
9
2 10 8 H 14 H
O 7 CH3
32 3 5
27
15 19
4 6
O
H3C CH3 CH3
23 24

O
17 CH3
HO 16 O
29
9 6
30
H3 C CH3 10 8 7 5
19
20
21
2
CH3
12 11 N 21
22 13
25
11 26 13
18
17
12
N 3
CH3 CH3 CH3
1 9
14
15
16
28 H O 20
H
2 10 8 14
3 5 7 CH3 H3C 15 19
4 6
HO 27
H3C CH3
23 24 CH3

O
17
16
CH3
O
9 HO 6
10 8 7 5

2
11
13
N 21
12 N 3
H O14 20
H
H3C 15 19

CH3

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 41


KULIT BATANG

Ekstraksi dengan pelarut


organik pada suhu kamar

EKSTRAK

Fraksinasi (KVC)

Fraksi A Fraksi B Fraksi C Fraksi D

UJI AKTIVITAS

FRAKSI AKTIF
Uji kemurnian, elusidasi
struktur, data spektroskopi
(UV, FT-IR, NMR, MS)
SENYAWA MURNI
Uji aktivitas S-1, S-2, … dst

SENYAWA STRUKTUR
AKTIF MOLEKUL
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 42
CARA ISOLASI SENYAWA BAHAN ALAM I

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 43


CARA ISOLASI SENYAWA BAHAN ALAM 2

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 44


Kromatogram Hasil Pemisahan Senyawa Alam Secara Kromatografi

1
4

5
2

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 45


IDENTIFIKASI STRUKTUR SECARA SPEKTROSKOPI
HO

HO
HO OH FAB-MS [M+] 680 (C42H32O9)
H
H H
H OH
HO H OH
Spektrum
UV dan IR H
HO
HO

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 46


HO
Spektrum 13C
HO
HO OH
H
H H
H OH
HO H OH

HO
H
HO

C-aromatik (27)
C-oksiaril (9)
C-alifatik (6)

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 47


Spektrum 1H NMR
R
R R R
R
R HO OH
R R Proton pada C-alifatik
HO R
OH OH
HO OH
OH

HO

HO
HO OH
H
H H
H OH
HO H OH

HO
H
HO

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 48


Spektrum (1H-1H) COSY NMR
HO

HO
8b HO OH
7c H
H H
H OH
8b
HO H OH

HO
H
HO

7c

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 49


Beberapa hasil korelasi dari spektrum NMR dua dimensi
OH
OH
4c
4c
HO 5b
C1 HO 5b
3a OH C1 OH
14c 3a
B1 14c
HO 6b 1c HO B1 6b
A1 1c
H 9c
C2 12c A1 1a H 9c C2 12c
1a H
2b 8c 8c
7a H 7c
H
2b H H 7c
8b 10c OH 7a H 10c OH
H 14b
7b H 7b 8b 14b
HO OH OH
10a 10b B2 HO B2
10a 10b
12b 12b
12a A2 12a A2
9a 8a 9a
H HO 8a HO
H
OH
HO HO
4c

HMBC HO 5b C1 OH COSY
14c
B1 6b
3a 1c
H 9c C2 12c
HO
A1 1a 2b H 7c
7a H 8c H
8b 10c OH
14b
H 7b
HO OH
10a 10b B2
12b
12a A2
9a 8a HO
H
HO

NOESY
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 50
Topik 1

Seleksi Tumbuhan dan


Penyiapan Sampel

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 51


PENDAHULUAN

• Penggunaan obat-obatan yang berasal dari alam


telah digunakan secara turun temurun sejak berabad-
abad yang lalu.
• Tanaman/tumbuhan tetap menjadi sumber obat
alami yang paling penting.
• Lebih dari 30% resep obat berasal dari alam.
Lebih dari 60% antikanker dan obat anti infeksi
merupakan produk alami.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 52


Cara Pencarian Sumber Obat Baru

Survei fitokimia
Meneliti tumbuhan pada suatu tempat tanpa menimbang
penggunaan atau familinya
Survei etnobotani
Meneliti penggunaan tumbuhan sebagai obat pada etnik
tertentu
Penapisan (screening) aktivitas biologi
Tumbuhan yang memiliki aktivitas farmakologi
Pendekatan kemotaksonomi
Mecari senyawa baru dengan pendekatan berdasarkan
famili tumbuhan
Penemuan tak disengaja
Sumber Obat-obatan

1.Zat alami:
Dari tumbuhan, mikroorganisme, hewan dll
(benar-benar diperoleh dari alam).

2. Zat semi sintetis

3. Zat sintetis: Ini adalah obat yang diproduksi


dengan sintesis total (yaitu proses atau proses
sintetis lengkap)

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 54


Informasi Sumber Tanaman Obat
Informasi, bagaimanapun dapat
diperoleh dari 1 atau beberapa
sumber berikut :

1- Ramuan tradisional / Herbals


2- Medical botany
3 - Ethnobotany
4 - Herbaria (herbarium)
5 - Eksplorasilapangan
6 – Survey Fitofarmakologi
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 55
Skrining Fitokimia
Untuk Melakukan isolasi Bahan Alam,
Hal berikut harus dipenuhi:

1 - Seleksi bahan tanaman yang potensial.


2 - Koleksi tanaman terpilih yang tepat.
3 – Otentikasi/identifikasi bahan tanaman.
4 - Pengeringan bahan tanaman.
5 - Penggilingan tanaman kering.
6 - Packing, penyimpanan
7 - Ekstraksi dan fraksinasi konstituen.
8 - Metode pemisahan dan pemurnian.
9 - Metode identifikasi senyawa terisolasi
(Elusidasi struktur misalnya UV, IR, MS, H-NMR dan
C-NMR, Kristalografi)
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 56
1 - Seleksi bahan tanaman yang potensial.

Pemilihan tanaman yang potensial


bergantung pada hal-hal berikut:
1 - Tanaman yang memiliki aktivitas
biologis.
2 - Tanaman yang digunakan dalam
obat tradisional.
3 - Tanaman yang menunjukkan
toksisitas tertentu
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 57
Pemilihan Bagian Tumbuhan

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 58


Pemilihan Bagian Tumbuhan

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 59


2. Identifikasi Tanaman

• Identifikasi dapat dilakukan dengan


pemeriksaan makro dan mikroskopis.
• Identifikasi hasil koleksi Spesimen
menggunakan sumber referensi yang valid.
• Wabah penyakit tanaman dapat
menyebabkan perubahan pada tampilan
fisik tanaman dan dapat menyebabkan
identifikasi yang salah.
• Terkadang salah pelabelan bisa menjadi
masalah.
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 60
2 - Koleksi tanaman terpilih yang tepat.
Tumbuhan Obat dapat diperoleh dari:
– Tumbuhan Liar.
– Tanaman Budidaya

Tumbuhan Liar Tanaman Budidaya


Keuntungan dan Kerugian
Tersebar luas dan tidak Hanya terdapat pada
terbatas daerah tertentu
Sulit diperoleh Mudah memperolehnya
Kolektor harus seorang Tidak memerlukan
ahli botanis yang terampil keterampilan khusus
Stok terbatas pada Stok berkesinambungan
situasu dan kondisi
tertentu KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 61
- Otentikasi/identifikasi bahan tanaman

Hal ini dapat dikonfirmasi dengan


cara:
1. Menetapkan identitas oleh ahli
taksonomi.
2. Dengan membandingkan hasil
koleksi dengan spesimen
herbarium

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 62


Pengeringan

Tujuan pengeringan:
1. Memudahkan dalam transportasi.
2. Memudahkan dalam proses penggilingan
3. Menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
4. Pengawet konstituen aktif.

Pengeringan dilakukan dengan cara:


- dibawah sinar matahari (natural drying)/
dikering anginkan.
- Pengeringan udara panas atau dengan
pengeringan beku (pengeringan
buatan)/Freeze - drying

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 63


Proses penyotiran sampel dan penghalusan sebelum proses
ekstraksi
7 - Ekstraksi dan fraksinasi konstituen.

Tidak ada metode umum (universal) untuk meng-


ekstraksi bahan tanaman.
Cara ekstraksi yang tepat bergantung pada:
1 - Tekstur bahan tanaman.
2 - Kandungan air dari bahan tanaman.
3 - Jenis zat yang akan diekstraksi atau Konstituen aktif

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 65


EKSTRAKSI: Adalah proses pemisahan bagian aktif obat tumbuhan atau
jaringan hewan melalui penggunaan pelarut tertentu dan metede ekstraksi
yang sesuai.

Metode utama ekstraksi adalah:


1 – Maserasi/perendaman
2 - Perkolasi
3 – infus/infusa
4 – dekokta/rebusan
5 - Digesi
6 - Ektraksi panas berkesinambungan
(Sokletasi)
7 – Ekstraksi Cair-cair
8 - Destilasi
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 66
Proses Ekstraksi

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 67


Tahapan Maserasi
Sampel
(yang telah dikeringkan
dan dihaluskan)

direndam dalam
dipekatkan pelarut organik yang
sesuai minimal 24 jam

Ulangi 3-4 x ,
di saring sambil sekali-kali
diaduk

Pelarut di
dekantasi
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 68
TOPIK 2 (tambahan)

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 69


Pendahuluan

proses pemisahan digunakan untuk mendapatkan dua


atau lebih produk yang lebih murni dari suatu campuran
senyawa kimia.
Sebagian besar senyawa kimia ditemukan di alam dalam
keadaan yang tidak murni. Biasanya, suatu senyawa
kimia berada dalam keadaan tercampur dengan
senyawa lain.
Untuk beberapa keperluan seperti isolasi atau sintesis
senyawa kimia yang memerlukan bahan baku pelarut
(reagent) senyawa kimia dalam keadaan murni.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 70


HETEROGEN

• Campuran heterogen adalah


campuran yang tidak serba sama,
membentuk dua fasa atau lebih dan
terdapat batas yang jelas diantara fasa-
fasa.
CAMPURAN • Contohnya : Campuran tepung beras
dengan air, campuran kapur dengan
pasir,dll.
HOMOGEN

Campuran homogen adalah


campuran homogen antara zat
terlarut (solute) dan zat pelarut
(solvent) dan dapat berwujud cair,
padat, dan gas.
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 71
METODE PEMISAHAN

SEDIMENTASI

CAMPURAN
SENTRIFUGASI
HETEROGEN

FILTRASI

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 72


1. Sedimentasi - Dekantasi

Sedimentasi merupakan
pemisahan padatan dari
suatu suspensi dengan cara
mendiamkan.
Pemisahan ini
berdasarkan perbedaan
berat partikel dalam
suspensi.
Contoh pemisahan
lumpur dari air sungai pada
proses pengolahan air.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 73


2. Sentrifugasi

Sentrifugasi merupakan
pemisahan padatan dari
suatu suspensi dalam
jumlah kecil dengan cara
pemutaran yang sangat
cepat.
Pemisahan ini didasarkan
atas gaya sentrifugal yang
terjadi dan gaya gravitasi.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 74


SENTRIFUGASI

Teknik Sentrifugasi yaitu


metode untuk mempercepat
proses pengendapan dengan
memberikan gaya sentrifugasi
pada partikel‐partikelnya.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 75


3. Penyaringan (filtrasi)

Filtrasi merupakan
pemisahan padatan dari
suatu suspensi dengan
menggunakan alat
penyaring.

Pemisahan ini
berdasarkan pada
perbedaan ukuran
partikel suspensi.
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 76
Filtrasi

metode pemisahan untuk memisahkan zat padat dari


cairannya dengan menggunakan alat berpori (penyaring).
Dasar pemisahan metode ini adalah perbedaan ukuran
partikel antara pelarut dan zat terlarutnya. Penyaring
akan menahan zat padat yang mempunyai ukuran
partikel lebih besar dari pori saringan dan meneruskan
pelarut.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 77


Filtrasi

Proses filtrasi yang dilakukan adalah bahan harus


dibuat dalam bentuk larutan atau berwujud cair
kemudian disaring.
Hasil penyaringan disebut filtrat sedangkan sisa
yang tertinggal dipenyaring disebut residu.
(ampas).

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 78


METODE PEMISAHAN
ABSORPSI

ADSORPSI

DESTILASI
CAMPURAN EKSTRAKSI
HOMOGEN KROMATOGRAFI
EVAPORASI

KRISTALISASI

SUBLIMASI
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 79
Destilasi (Penyulingan)
Destilasi merupakan
pemisahan cairan dari suatu
larutan dengan cara penguapan
dan diikuti dengan proses
kondensasi (pengembunan).
Pemisahan ini berdasarkan
perbedaan titik didih
komponen zat cair dalam
larutan.
Contoh penyulingan minyak
bumi.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 80


DESTILASI
Destilasi merupakan teknik pemisahan
yang didasari atas perbedaan titik didih atau
titik cair dari masing‐masing zat penyusun
dari campuran homogen

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 81


GAMBAR ALAT DESTILASI

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 82


4. Ekstraksi (Leaching)

merupakan pemisahan padatan dari suatu campuran


berbentuk padatan (pemisahan cairan dari suatu
campuran berbentuk cairan), dg cara menambahkan
pelarut tertentu.

Pemisahan ini didasarkan pada keadaan bahwa salah satu


komponen campuran tersebut dapat larut kedalam
pelarut yang ditambahkan tersebut. Selanjutnya proses
ini diikuti dengan proses penyaringan untuk menyaring
zat yang tak larut ke dalam pelarut tersebut.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 83


Kromatografi
Pemisahan campuran dengan cara
kromatografi didasarkan pada perbedaan
kecepatan merambat antara partikel-
partikel zat yang bercampur pada medium
tertentu.

Penerapan kromatografi antara lain untuk


memisahkan dan mengidentifikasi zat-zat
yang kompleks dari zat warna, minuman
beralkohol, dan pestisida dan lain-lain

cara pemisahan, dimana komponen-komponen


yang akan dipisahkan terdistribusi ke dalam
dua fase yaitu fase stationer (tetap) dan fase
mobil (bergerak).
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 84
Kromatografi

Kromatografi terbagi atas 4 jenis yaitu


1) Kromatografi cair padat : fase stasionernya padat dan
fase mobilnya cair
2) Kromatografi gas padat : fase stasionernya padat dan
fase mobilnya gas
3) Kromatografi cair cair : fase stasioner dan fase
mobilnya sama-sama cair
4) Kromatografi gas cair : fase stasionernya cair dan fase
mobilnya gas

Contoh proses kromatografi adalah


kromatografi kertas pada pemisahan zat warna
dalam KBA
tintaII - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 85
6. Penguapan (Evaporasi)
Evaporasi (penguapan)
merupakan pemisahan padatan
dari suatu larutan dengan cara
menguapkan pelarutnya.

Pemisahan ini didasarkan pada


keadaan bahwa titik didih pelarut
lebih rendah dari titik didih zat
padat terlarutnya.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 86


7. Kristalisasi
Kristalisasi merupakan kelanjutan dari
proses evaporasi.

Larutan pekat dari hasil evaporasi


secara perlahan-lahan didinginkan,
sehingga padatan memisah dari larutan
pekat membentuk kristal.
Pemisahan ini didasarkan pada fakta
bahwa jika suhu diturunkan, kelarutan
zat terlarut berkurang sehingga memisah
membentuk kristal.
Contoh pembuatan kristal garam dapur.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 87


Contoh proses kristalisasi

dalam kehidupan sehari‐hari adalah pembuatan garam dapur dari


air laut.
Mula‐mula air laut ditampung dalam suatu tambak, kemudian
dengan bantuan sinar matahari dibiarkan menguap. Setelah
proses penguapan, dihasilkan garam dalam bentuk kasar dan
masih bercampur dengan pengotornya, sehingga untuk
mendapatkan garam yang bersih diperlukan proses rekristalisasi
(pengkristalan kembali)

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 88


Topik 3

EKSTRAKSI, EVAPORASI,
FRAKSINASI, KROMATOGRAFI DAN
PURIFIKASI

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 89


Secara kuantitas ada tiga macam metabolit sekunder

Senyawa utama Senyawa minor


(major compound) (minor compound)
jika ditemukan dalam prosentasi jika ditemukan dalam prosentase
lebih besar dari 0,01 % dari berat kurang dari 0,01-0,0001 % (75-
simplisia(>100 mg/kg simplisia. 20** mg/kg simplisia)

Senyawa kelumit
(trace compound)
jika ditemukan dalam prosentasi
kurang dari 0,0001 % (5-0,5
mg/kg simplisia)

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 90


M E T O D E
E K S T R A K S I

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 91


E Ekstraksi  proses pemisahan suatu zat atau beberapa
dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut
K tertentu yang sesuai

S
Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larutan yang
T berbeda dari komponen-komponen tersebut

R
Ekstraksi biasa digunakan untuk memisahkan dua zat
A berdasarkan perbedaan kelarutan

K
Ekstrak  sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan
S menyaring simplisia nabati dan hewani menurut cara yang
cocok, di luar pengaruh matahari yang langsung.
I
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 92
Ekstraksi
1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya
untuk diekstraksi dari organisme
2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok
senyawa kimia tertentu, misalnya alkaloid,
flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia
sebetulnya dari senyawa ini bahkan
keberadaannya belum diketahui
3. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan
dalam pengobatan tradisional,
4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum
ditentukan sebelumnya dengan cara apapun
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 93
Tujuan Ekstraksi
• mendapatkan zat-zat berkhasiat pengobatan
sebanyak mungkin dari zat-zat yang tidak berfaedah
1

• lebih mudah digunakan dari pada simplisia asal


2

•Terjaminnya penyimpanan dan tujuan pengobatan


3

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 94


Metoda-Metoda Ekstraksi

Ekstraksi
Dengan Destilasi Uap Cara Lainnya
Pelarut

• Cara dingin • Ekstraksi


berkesinambungan
• Cara panas • Superkritikal
karbondioksida
• Ekstraksi ultrasonik
• Ekstraksi energi
listrik

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 95


Ekstraksi Dengan Pelarut
Metoda-Metoda Ekstraksi

Cara • maserasi
Dingin • perkolasi

• refluk
Cara •

Soxhletasi
digesti
Panas • infus
• dekok
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 96
Suhu penarikan juga sangat mempengaruhi
hasil penarikan,

suhu penarikan untuk :


• Maserasi • Digerasi • Infundasi

15 – 25 0C 35 – 45 0C 90 -98 0C

• Mendidih

suhu
mendidih
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 97
Dalam beberapa hal sebelum sediaan yang dimaksud
dibuat, simplisia perlu diolah terlebih dahulu, Misalnya
mengawal lemakkannya (menghilangkan lemak)
seperti: Strychni Semen, Secale cornutum; atau
menghilangkan zat pahitnya seperti Lichen islandicus.

Supaya zat yang tidak berguna (merusak) tidak ikut


tertarik bersama-sama dengan zat-zat berkhasiat,
maka perlu cara untuk menghilangkan isi simplisia
yang tidak berguna

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 98


Cara menghilangkan isi simplisia yang tidak
berguna :

Dengan memakai bahan pelarut yang tepat


(dimana bahan berkhasiatnya mudah larut, sedangkan yang tidak berguna
sedikit atau tidak larut dalam cairan penyari tersebut)

Dengan menarik/ merendam pada suhu tertentu dimana bahan berkhasiat


terbanyak larutnya.

Dengan menggunakn jarak waktu menarik yang tertentu dimana bahan


berkhasiat dan simplisia lebih banyak larut, sedangkan bahan yang tidak
berguna sedikit atau tidak larut.

Dengan memurnikan / membersihkan memakai cara-cara tertentu baik


secara ilmu alam maupun ilmu kimia.
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 99
Jadi kesimpulan dalam ekstraksi ini adalah memilih
salah satu cara penarikan yang tepat dengan cairan yang
pantas dan memisahkan ampas dengan hasil penarikan
yang akan menghasilkan sebuah preparat galenik yang
dikehendaki.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 100


Cairan-cairan Penarik

Menentukan cairan penarik apa yang akan


digunakan harus diperhitungkan betul-betul
dengan memperhatikan beberapa faktor, antara
lain :

1. Kelarutan zat-zat dalam cairan penarik.


2. Tidak menyebabkan nantinya zat-zat berkhasiat
tersebut rusak atau akibat-akibat yang tidak
dikehendaki (perubahan warna, pengendapan,
hidrolisa).
3. Harga yang murah.
4. Jenis preparat yang akan dibuat.
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 101
Macam-Macam Cairan Penyari

1. Air.

Keuntungan  Kerugian 

1. Termasuk yang mudah dan murah 1. banyak jenis zat-zat yang


dengan pemakaian yang luas tertarik dimana zat-zat tersebut
merupakan makanan yang baik
2. pada suhu kamar adalah pelarut yang
untuk jamur dan bakteri dan
baik untuk bermacam-macam zat
dapat menyebabkan
(garam-garam alkaloida, glikosida, asam
mengembangnya simplisia
tumbuh-tumbuhan, zat warna, dan
sedemikian rupa, sehingga akan
garam-garam mineral)
menyulitkan penarikan pada
3. Umumnya kenaikan suhu dapat perkolasi.
menaikkan kelarutan dengan
pengecualian (condurangin, Ca hidrat,
garam glauber, dll).

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 102


Macam-Macam Cairan Penyari

1. Etanol

1. Etanol juga menyebabkan enzim- 1. Etanol hanya dapat


enzim tidak bekerja termasuk peragian melarutkan zat-zat tertentu
dan menghalangi pertumbuhan jamur (alkaloida, glikosida, damar,
dan kebanyakan bakteri. minyak atsiri).
2. Sehingga disamping sebagai cairan 2. Tidak baik untuk jenis-jenis
penyari juga berguna sebagai pengawet. gom, gula, dan albumin.
3. Campuran air-etanol sebagai cairan
penyari juga berguna sebagai pengawet.
4. Campuran air-etanol/ hidroalkhol
lebih baik daripada air sendiri.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 103


Macam-Macam Cairan Penyari

Gliserin Eter

• Sebagai cairan penambah • Sangat mudah menguap


pada cairan menstrum sehingga cairan ini kurang
untuk penarikan simplisia tepat untuk pembuatan
yang mengandung zat sediaan untuk obat dalam
penyamak/ tanin. atau sediaan yang nantinya
• Gliserin adalah pelarut yang disimpan lama.
baik untuk tanin dan hasil
oksidanya, jenis-jenis gom
dan albumin juga larut
dalam gliserin. Karena
cairan ini tidak atsiri, tidak
sesuai untuk pembuatan
ekstrak-ekstrak kering.
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 104
MACAM-MACAM CAIRAN PENYARI

Hexane
Cairan ini adalah salah satu hasil dari
penyulingan minyak tanah kasar.
Pelarut yang baik untuk lemak-lemak
dan minyak-minyak.
Biasanya dipergunakan untuk
menghilangkan lemak dari simplisia
yang mengandung lemak-lemak yang
tidak diperlukan sebelum simplisia
tersebut dibuat sediaan galenik,
misalnya Strychni Semen, Secale
Cornutum.
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 105
MACAM-MACAM CAIRAN PENYARI

Aseton
Tidak dipergunakan untuk sediaan galenik obat dalam
Pelarut yang baik untuk bermacam-macam lemak, minyak
atsiri, damar.
Baunya kurang enak dan sukar hilang dari sediaan.
Dipakai misalnya pada pembuatan Capsicum Oleoresin
(N.F XI)

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 106


MACAM-MACAM CAIRAN PENYARI

Kloroform
Tidak dipergunakan untuk
sediaan dalam, karena efek
farmakologinya.
Bahan pelarut yang baik untuk
basa alkaloida, damar, minyak
lemak dan minyak atsiri.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 107


Cara-Cara Penarikan
1. Maserasi
Adalah cara penarikan sari dari
simplisia dengan cara merendam
simplisia tersebut dalam cairan
penyari pada suhu biasa yaitu pada
suhunya 15-25 0C.

Maserasi juga merupakan


proses pendahuluan untuk
pembuatan secara perkolasi.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 108


Maserasi
Maserasi  proses pengekstrakan
simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali
pengocokan atau pengadukan
pada suhu kamar

Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia


yang mengandung komonen kimia yang mudah larut
dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin,
tiraks dan lilin.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt


109
Prinsip :

5. Peristiwa tersebut 1. Penyarian zat aktif


berulang sampai yang dilakukan dengan
cara merendam serbuk
terjadi keseimbangan
simplisia dalam cairan
konsentrasi antara penyari yang sesuai pada
larutan di luar sel dan temperatur kamar,
di dalam sel . terlindung dari cahaya.

4. Larutan yang
konsentrasinya tinggi
akan terdesak keluar 2. Cairan penyari akan
dan diganti oleh cairan masuk ke dalam sel
penyari dengan melewati dinding sel.
konsentrasi rendah
(proses difusi).

3 Isi sel akan larut


karena adanya
perbedaan konsentrasi
antara larutan di
dalam sel dengan di
luar sel.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 110


Proses Maserasi 2 X 24 Jam , Ultrasonikasi Dan
Penyaringan
• Keuntungan  Kerugian 

Peralatannya sederhana dan waktu yang diperlukan


murah untuk mengekstraksi
sampel cukup lama, cairan
penyari yang digunakan
lebih banyak, tidak dapat
digunakan untuk bahan-
bahan yang mempunyai
tekstur keras seperti
benzoin, tiraks dan lilin.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 112


Modifikasi metode maserasi :

Modifikasi maserasi melingkar

Modifikasi maserasi digesti

Modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat

Modifikasi remaserasi

Modifikasi dengan mesin pengaduk

Modifikasi dengan ultrasonikasi


KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 113
Cara-Cara Penarikan

2. Digerasi

Cara penarikan simplisia dengan merendam


simplisia dengan cairan penyari pada suhu 35o –
45o. Cara ini sekarang sudah jarang dilakukan
karena disamping membutuhkan alat-alat
tertentu juga pada suhu tersebut beberapa
simplisia menjadi rusak.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 114


Cara-Cara Penarikan

3. Perkolasi

Perkolasi ialah suatu cara


penarikan, memakai alat yang
disebut perkolator, yang
simplisianya terendam dalam
cairan penyari dimana zat-zatnya
terlarut dan larutan tersebut
akan menetes secara beraturan
keluar sampai memenuhi syarat-
syarat yang telah ditetapkan.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 115


Perkolasi Perkolasi
 estraksi dengan pelarut yang selalu baru
sampai sempurna (exhaustive extraction)
umumnya dilakukan pada suhu kamar.
 proses penyarian simplisia dengan jalan
melewatkan pelarut yang sesuai secara
lambat pada simplisia dalam suatu
percolator.
Tujuan
• upaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan
biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat
yang tahan ataupun tidak tahan pemanasan.
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 116
Perkolasi
Proses
Keuntungan: Kerugian
perkolasi :
• Pengembangan • Tidak terjadi • Cairan penyari
bahan kejenuhan lebih banyak
• Tahap maserasi • Pengaliran • Resiko cemaran
antara meningkatkan mikroba u/
• Tahap perkolasi difusi (dengan penyari
sebenarnya dialiri cairan • air karena
(penetasan/pena penyari sehingga dilakukan secara
mpungan ekstrak) zat seperti terbuka
terdorong u/
keluar dari sel)

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 117


KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 118
Cara-Cara Perkolasi

1. perkolasi biasa
2. perkolasi bertingkat/ reperkolasi/
fractional percolation
3. perkolasi dengan tekanan/ pressure
percolation
4. perkolasi persambungan/ continous
extraction/ memakai alat soxhlet.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 119


1. perkolasi biasa

Simplisia yang telah ditentukan derajat


halusnya direndam dengan cairan
penyari, masukkan kedalam perkolator Perkolator
dan diperkolasi sampai didapat perkolat
tertentu.

Untuk pembuatan tingtur disari sampai


diperoleh bagian tertentu, untuk ekstrak cair
Perkolator
disari sampai tersari sempurna.
Perkolasi umumnya digunakan untuk Biasa
pengambilan sari zat-zat yang berkhasiat keras.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 120


2. Perkolasi Bertingkat / Reperkolasi

Reperkolasi adalah suatu cara perkolasi biasa,


tetapi dipakai beberapa perkolator.
Dengan sendirinya simplisia di bagi-bagi dalam
beberapa porsi dan ditarik tersendiri dalam
tiap perkolator.

Biasanya simplisia dibagi dalam tiga bagian dalam tiga


perkolator, perkolat-perkolat dari tiap perkolator diambil
dalam jumlah yang sudah ditetapkan dan nantinya
dipergunakan sebagai cairan penyari untuk perkolasi
berikutnya pada perkolator yang kedua dan ketiga.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 121


3. Perkolasi dengan Tekanan

Digunakan jika simplisia mempunyai derajat halus yang


sangat kecil sehingga cara perkolasi biasa tidak dapat
dilakukan. Untuk itu perlu ditambah alat penghisap
supaya perkolat dapat turun ke bawah.
Alat tersebut dinamakan diacolator

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 122


Hal-hal yang harus mendapat perhatian pada perkolasi

1. mempersiapkan simplisianya: derajat halusnya.


2. melembabkan dengan cara penyari: maserasi I
3. jenis perkolator yang dipergunakan dan
mempersiapkannya
4. cara memasukkannya ke dalam perkolator dan
lamanya di maserasi dalam perkolator: maserasi II
5. pengaturan penetapan cairan keluar dalam jangka
waktu yang ditetapkan.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 123


Perkolasi Daun Kumis Kucing

• Alat dan Bahan


– Alat :
1. Tabung perkolator
2. Corong pisah 250 ml
3. Batang pengaduk
4. Gelas ukur 50 ml
5. Cawan penguapan
6. Erlenmeyer 250 ml
7. Gelas kimia 300 ml
8. Sendok tanduk
– Bahan :
1. Serbuk simplisia kumis kucing sebanyak 20 gram
2. Cairan penyari etanol 50% sebanyak 150 ml
3. Glas wool secukupnya

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 124


• Cara Kerja
1. Buatlah cairan penyari etanol 50% sebanyak 150 ml dari etanol 70%
dengan cara menghitung terlebih volume etanol 70% dan volume
aquades yang harus dikonsentrasikan.
C etanol yang tersedia x V etanol yang dibutuhkan = C alkohol diinginkan x V alkohol diingikan
70 x V etanol yang dibutuhkan = 50 x 150
V etanol yang dibutuhkan = 50 x 150
70
V etanol yang dibutuhkan = 107 ml
V aquades yang ditambahkan = 150 ml – 107ml = 53 ml
Dari hasil perhitungan diatas, yang harus lakukan untuk membuat
etanol 50% sebanyak 50 ml adalah dengan cara mengkonsentrasikan
atau mencapur sebanyak 107 ml etanol 70% dengan aquades sebanyak
53 ml dalam gelas kimia yang tersedia.
2. Timbang 20 gr serbuk simplisia kumis kucing dan masukkan ke dalam
gelas kimia.
3. Serbuk bahan dibasahiKBA dengan cairan
II - Haiyul penyari
Fadhli, sebanyak 50 ml.
M.Si, Apt 125
3. Tutup rapat dan diamkan selama 1jam.
4. Ditempatkan pada bejana silinder. Bagian bawah bejana
diberi sekat berpori untuk menahan serbuk. Cairan penyari
dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk tersebut. Cairan
penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel yang dilalui
sampai keadaan jenuh.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 126


Refluks
Refluks  ekstraksi dengan pelarut pada
temperatur titik didihnya, selama waktu
tertentu dan jumlah pelarut yang relatif
konstan dengan adanya pendingin balik

Ekstraksi refluks digunakan untuk


mengektraksi bahan-bahan yang tahan
terhadap pemanasan

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 127


Prinsip :
Penarikan komponen kimia yang dilakukan
dengan cara sampel dimasukkan ke dalam
labu alas bulat bersama-sama dengan
cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap
cairan penyari terkondensasi pada
kondensor menjadi molekul-molekul
cairan penyari yang akan turun kembali
menuju labu alas bulat, akan menyari
kembali sampel yang berada pada labu
alas bulat, demikian seterusnya
berlangsung secara berkesinambungan
sampai penyarian sempurna, penggantian
pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-
4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan
dan dipekatkan.
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 128
• Keuntungan  Kerugian 

digunakan untuk butuh volume


mengekstraksi total pelarut
sampel2 yang yang besar
memiliki tekstur
kasar

Refluks
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 129
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 130
Sokletasi
• Soxhlet  ekstraksi Soxhlet
menggunakan pelarut yang
selalu baru yang umumnya
dilakukan dengan alat khusus
sehingga terjadi ektraksi kontiniu
dengan jumlah pelarut yang
relatif konstan dengan adanya
pendingin balik.

• Prinsip  ekstraksi
menggunakan pelarut yang
selalu baru yang umumnya
sehingga terjadi ekstraksi
kontiyu dengan jumlah pelarut
konstan dengan adanya
pendingin balik.
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 131
• Keuntungan :
– Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak
dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung.
– Digunakan pelarut yang lebih sedikit
– Pemanasannya dapat diatur

• Kerugian :
– Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada
wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga
dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.
– Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan
melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga
dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume
pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.
– Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok
untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang
terlalu tinggi,

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 132


ALAT SOKLET

SOKLET

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 133


Pengambilan Minyak Atsiri Dari Daun
Sambung Nyawa

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 134


KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 135
TAHAP EKSTRAKSI DAUN SAMBUNG NYAWA

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 136


Diges
ti
• Digesti  maserasi kinetik (dengan pengadukan
kontiniu) pada temperatur yang lebih tinggi dari
suhu kamar
• Secara umum dilakukan pada suhu 40-50 C

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 137


Digest
• i pemanasan :
Keuntungan dari
 Kekentalan pelarut brkurang, sehingga dapat
mengakibatkan berkurangnya lapisan2 batas
 Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat
 Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolut
dan berbanding terbalik dengan kekentalan

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 138



Infus dan Dekok
Infus  ekstraksi dengan pelarut air pada
temperatur penangas air (benjana infus tercelup
dalam penangas air mendidih, temperatur terukur
96-98 C) selama waktu tertentu (15-20 menit)

• Dekok  infus pada waktu yang lebih lama


dan (>30 C) dan temperatur sampai titik didih
air

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 139


Destilasi uap
• Destilasi uap  ekstraksi senyawa dengan
kandungan yang mudah menguap (minyak atsiri) dari
bahan (segar atau simplisia) dengan uap air
berdasarkan peristiwa tekanan parsial.

• dapat menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu


mendekati 100 °C dalam tekanan atmosfer dengan
menggunakan uap atau air mendidih.

• digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang


memiliki titik didih mencapai 200 °C atau lebih.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 140


• Sifat yang fundamental dari distilasi uap
adalah dapat mendistilasi campuran
senyawa di bawah titik didih dari masing-
masing senyawa campurannya.

• dapat digunakan untuk campuran yang


tidak larut dalam air di semua
temperatur, tapi dapat didistilasi
dengan air.
• Campuran dipanaskan melalui
uap air yang dialirkan ke dalam
campuran dan mungkin
ditambah juga dengan
pemanasan. Uap dari campuran
akan naik ke atas menuju ke
kondensor dan akhirnya masuk
ke labu distilat.

Destilasi uap
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 141
Prinsip :
Penyarian minyak menguap dengan
cara simplisia dan air ditempatkan
dalam labu berbeda. Air dipanaskan
dan akan menguap, uap air akan
masuk ke dalam labu sampel sambil
mengekstraksi minyak menguap yang
terdapat dalam simplisia, uap air dan
minyak menguap yang telah
terekstraksi menuju kondensor dan
akan terkondensasi, lalu akan
melewati pipa alonga, campuran air
dan minyak menguap akan masuk ke
dalam corong pisah, dan akan
memisah antara air dan minyak atsiri.
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 142
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 143
Ekstraksi
Berkesinambungan

Superkritikal
Karbondioksida
Cara Ekstraksi
Lainnya
Ekstraksi
Ultrasonik

Ektraksi Energi
Listrik
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 144
EkstraksiEkstraksi
Berkesinambungan
Berkesinambungan

• Proses ekstraksi dilakukan berulang dengan


pelarut yang berbeda atau resirkulasi pelarut
dan prosesnya tersusun berurutan beberapa
kali
• Dilakukan guna meningkatkan efisiensi
(jumlah pelarut) dan dirancang untuk bahan
dalam jumlah besar yang terbagi dalam
beberapa benjana ekstraksi
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 145
Superkritikal Karbondioksida
Superkritikal Karbondioksida

• Digunakan untuk ekstraksi serbuk simplisia


dan umumnya digunakan gas karbondioksida

• Dengan variabel tekanan dan temperatur akan


diperoleh spesifikasi kondisi polaritas tertentu
yang sesuaui untuk melarutkan senyawa
dengan kandungan tertentu

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 146


Ektraksi Ultrasonik
Ekstraksi Ultrasonik

• Menggunakan getaran ultrasonik > 20000 Hz


• Prinsipnya meningkatkan permibelitas dinding
sel, menimbulakn gelembung spontan
(cavitation) sebagai stres dinamik serta
menimbulkan fraksi interfase
• Hasil ektraksi tergantung pada :
– Frekuensi getaran
– Kapasitas alat
– Proses ultrasonik
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 147
EktraksiEkstraksi
Energi Listrik
Energi Listrik

• Energi listrik yang digunakan dalam bentuk


medan listrik, medan magnet, dan electric
discharger
• Energi listrik ini dapat mempercepat dan
meningkatkan hasil dengan prinsip
menimbulkan gelembung spontan den
menyebarkan gelombang tekanan
berkecepatan ultrasonik
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 148
E V A P O R A S I

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 149


Pengentalan/Pengeringan:

Pada dasarnya pengeringan dilakukan setelah tiap


tahap ekstraksi, fraksinasi, dan pemurnian. Ada
beberapa metode pengeringan:

1. Diuapkan di atas water bath (penguapan):


Baik sistem terbuka maupun tertutup. Sistem
tertutup mencegah solven meracuni ke mana-mana

2. Dialiri dengan gas N2:


Untuk bahan yang termolabil, harga mahal, jumlah
rendemen kecil.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 150


Pengentalan/Pengeringan:

3. Diuapkan dengan rotaroy evaporator:


Digunakan untuk semua pelarut organik. Tidak
cocok untuk bahan berair. Air membutuhkan
waktu penguapan yang sangat lama. Saat ini
beredar multirotaroty evaporator. Lebih efisien
karena enam sampel dikeringkan bersamaan.

4. Liofilisasi (freeze dryer): Digunakan untuk


bahan yang berair tidak untuk pelarut organik.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 151


KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 152
Fraksinasi Kasar

Fraksinasi dengan Partisi


Ekstrak (metanol, etanol 70%, atau etanol 96%)
yang diperoleh masih kasar dan sangat kompeks
isinya.
Untuk itu perlu dilakukan fraksinasi cair-cair atau
partisi.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 153


F R A K S I N A S I

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 154


Fraksinasi dengan Partisi

Lazimnya untuk ekstrak Sebaiknya heksana digunakan terakhir untuk


metanol atau etanol mencegah pengambilan metabolit sekunder
70% dilarutkan ke yang kurang selektif.
dalam air hingga tepat Untuk semua pelarut organik akan berada fase
larut. Kemudian atas kecuali kloroform akan berada di bawah
dipartisi bertingkat air.
mulai
Masing-masing fraksi kental harus diperoleh
dari: setidaknya 10 gram agar bisa dilakukan tahap
1. Butanol fraksinasi lanjut.
2. Etilasetat
Selain itu semua fraksi partisi
3. Kloroform/ tersebut juga harus segera diuji kembali
diklorometana aktifitasnya.
4. Heksan

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 155


Pemantauan Kandungan
Kimia Ekstrak dengan KLT

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 156


Fase Diam

Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap


berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30 μm.

Semakin kecil ukuran rata-rata partikel


fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran
fase diam, maka semakin baik kinerja KLT
dalam hal efisiensi dan resolusinya.

Penjerap yang paling sering digunakan


adalah silika dan serbuk selulosa, sementara
mekanisme sorpsi yang utama pada KLT adalah
adsorpsi dan partisi

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 157


Fase Gerak
Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka,
tetapi lebih sering dengan mencoba-coba
karena waktu yang diperlukan hanya sebentar.

Sistem yang paling sederhana ialah campuran 2


pelarut organik karena daya elusi campuran
kedua pelarut ini dapat mudah diatur
sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat
terjadi secara optimal.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 158


memilih dan mengoptimasi fase gerak

1. Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena


KLT merupakan teknik yang sensitif.
2. Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf
terletak antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan.
3. Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silika
gel, polaritas fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solut
yang berarti juga menentukan nilai Rf. Penambahan pelarut yang
bersifat sedikit polar seperti dietil eter ke dalam pelarut non polar
seperti metil benzene akan meningkatkan harga Rf secara signifikan
(Gandjar & Rohman, 2007).

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 159


Beberapa Sistem Pemisahan dengan KLT dari Bahan
Alam (Gibbons, 2006)

Eluen Fase Diam Keterangan


Heksan : Etil asetat Silika Gel Sistem umum yang digunakan
Petrol : Dietileter Silika Gel Sistem umum yang digunakan untuk senyawa nonpolar seperti terpen dan asam
lemak

Petrol : Kloroform Silika Gel Berguna untuk pemisahan derivat asam sinamat dan kumarin

Toluen : Etil asetat : Asam asetat Silika Gel Komposisi 80:18:2 v/v atau 60:38:2 v/v baik untuk pemisahan metabolit asam
(TEA)

Kloroform : Aseton Silika Gel Sistem umum untuk produk dengan polaritas sedang

n-Butanol : Asam Asetat : Air Silika Gel Sistem polar untuk flavonoid dan glikosida

Metanol : Air C18 Dimulai dengan metanol 100% dilanjutkan dengan penambahan konsentrasi air

Asetonitril : Air C18 Sistem umum Reverse phase


Metanol : Air Selulosa Memisahkan senyawa dengan kepolaran tinggi seperti gula dan glikosida

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 160


Penotolan Sampel

Untuk memperoleh roprodusibilitas, volume


sampel yang ditotolkan paling sedikit 0,5 μl.
Jika volume sampel yang ditotolkan lebih besar
dari 2-10 μl, maka penotolan harus dilakukan
secara bertahap dengan dilakukan pengeringan
antar totolan

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 161


Pengembangan

Bila sampel telah ditotolkan maka tahap selanjutnya adalah


mengembangkan sampel dalam bejana kromatografi yang sebelumnya
telah dijenuhi dengan uap fase gerak. Tepi bagian bawah lempeng tipis
yang telah ditotoli sampel dicelupkan kedalam fase gerak kurang lebih
0,5-1 cm. Tinggi fase gerak dalam bejana harus dibawah lempeng yang
telah berisi totolan sampel.

Bejana kromatografi harus tertutup rapat dan sedapat mungkin volume


fase gerak sedikit mungkin, akan tetapi harus mampu mengelusi
lempeng sampai ketinggian lempeng yang telah ditentukan. Untuk
melakukan penjenuhan fase gerak, biasanya bejana dilapisi dengan
kertas saring. Jika fase gerak telah mencapai ujung dari kertas saring,
maka dapat dikatakan bahwa fase gerak telah jenuh

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 162


Deteksi Bercak

Ekstrak berwarna

Ekstrak tidak Berwarna

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 163


Reagen Penampak Noda KLT

Reagen Penampak Noda KLT


Bagi mereka yang bekerja dalam sintesis organik dan ataupun isolasi senyawa-senyawa
metabolit sekunder bahan alam sangat terbantu sekali dengan kromatografi lapis tipis
(KLT).
Namun demikian terkadang noda KLT tidak semuanya terlihat dengan lampu uv (254;
366 nm). Maka reagen penampak noda sangat bermanfaat.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 164


Reagen Penampak Noda KLT

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 165


Reagen Penampak Noda KLT

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 166


Reagen Penampak Noda KLT

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 167


Reagen Penampak Noda KLT

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 168


Reagen Penampak Noda KLT

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 169


Reagen Penampak Noda KLT

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 170


Beberapa Jenis Pereaksi Semprot untuk KLT (Gibbons,
2006)
Pereaksi semprot Komposisi Perlakuan Keterangan

Vanilin asam sulfat 1 gram vanilin dalam asam sulfat pekat Disemprot dan dipanaskan hingga Pereaksi umum yang digunakan. Terpen
muncul warna akan menghasilkan warna merah atau biru

Asam fosfomolibdat Asam fosfomolibdat 5% b/v dalam etanol Disemprot dan dipanaskan hingga Untuk mendeteksi terpen dengan bercak
muncul warna biru berlatar kuning

Reagen Dragendorff 10 mL larutan KI 40% ditambahkan dengan 10 Jika reaksi tidak spontan maka Deteksi alkaloid menghasilkan warna
mL larutan 0,85 gram bismuth subnitrat dalam diperlukan pemanasan oranye pekat hingga merah
10 mL asam asetat dan 50 mL air. Larutan
tersebut diencerkan dalam 10 mL asam asetat
dan 50 mL air

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 171


K R O M A T O -
G R A F I

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 172


Cara Pengklasifikasian Kromatografi :

1. Berdasarkan macam fasa gerak.


2. Berdasarkan pasangan fasa gerak dan
fasa diam.
3. Berdasarkan mekanisme pemisahan.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 173


Pembagian Kromatografi Berdasarkan fase gerak

Kromatografi

Fase gerak gas Fase gerak cair

Kromatografi Gas Krom. KLT Krom. KCKT Kroma-


Kolom Kertas totron

KK. KK.
Terbuka Vakum

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 174


KLASIFIKASI

Berdasakan Pasangan Fasa Gerak dan Fasa Diam

Fasa Fasa Jenis Kromatografi


Gerak Diam
Cair Padat K. Cair-Padat (KCP)

Cair Cair K. Cair-Cair (KCC)

Gas Padat K. Gas-Padat (KGP)

Gas Cair K. Gas-Cair (KGC)

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 175


KLASIFIKASI

Berdasakan Mekanisme Pemisahan

1. Kromatografi Adsorpsi
2. Kromatografi Partisi
3. Kromatografi Penukar Ion
4. Kromatografi Ekslusi

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 176


KLASIFIKASI

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 177


KLASIFIKASI

Kromatografi Berdasakan
Pasangan Fasa Gerak dan Fasa Diam

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 178


KLASIFIKASI

Kromatografi Gas-Cair

 Disebut juga sebagai kromatografi fasa uap.


 Metode ini paling banyak digunakan karena
efisien, serba guna, cepat dan peka.
 Cuplikan dengan ukuran beberapa microgram
sampai dengan ukuran 10 x 10-15 gram
masih dapat dideteksi.
 Kelemahannya, komponen cuplikan harus
mempunyai tekanan beberapa torr pada
suhu kolom.
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 179
Kromatografi Gas-Padat

 Kromatografi jenis ini pada awalnya kurang


berkembang.
 Penemuan jenis-jenis padatan baru sebagai
hasil riset memperluas penggunaan metode
ini.
 Kelemahan metode ini mirip dengan
kromatorafi cair-padat.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 180


KLASIFIKASI

Kromatografi Cair-Cair

 Menggunakan fasa diam berupa lapisan tipis


cairan yang terserap pada padatan inert
berpori, yang berfungsi sebagai fasa
pendukung.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 181


KLASIFIKASI

Kromatografi Cair-Cair

 Keuntungan metode ini ialah


a. pilihan kombinasi cairan yang
digunakan cukup banyak;
b. koefisien distribusinya tidak
tergantung pada konsentrasi, sehingga
hasil pemisahannya cukup tajam.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 182


KLASIFIKASI

Kromatografi Cair-Padat

 Metode kromatografi ini banyak


digunakan untuk analisis biokimia dan
organik.
 Teknik pelaksanaanya dilakukan dengan
kolom kaca, dimana fasa diam dapat dipilih
silica gel atau alumina.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 183


KLASIFIKASI

Kromatografi Cair-Padat

 Kekurangan metode ini ialah:


a. pilihan fasa diam (adsorben)
yang digunakan terbatas;
b. koefisien diatribusi untuk serapan
seringkali tergantung pada kadar total,
sehingga pemisahannya kurang sempurna.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 184


KLASIFIKASI

Kromatografi Berdasakan
Mekanisme Pemisahan

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 185


ADSORBSI

KCKT
PARTISI

KLT PERTUKARAN ION

KROM. ION
Krom. Kertas Mekanisme

PASANGAN ION
Krom Kolom
SIZE EXCLUSION

Kolom
FILTRASI GEL

PERMEASI GEL
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt
Mengapa begitu banyak mekanisme?
Apakah dalam satu perangkat alat kromatografi mempunyai
bermacam mekanisme?

Jawab
Tidak, dalam satu kromatografi “hanya” terdapat satu
mekanisme saja
Misal 1. kita bisa memilih KLT dengan mekanisme
Adsorbsi
Misal 2. kita bisa memilih KLT dengan mekanisme
partisi
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 187
KLASIFIKASI

Kromatografi Adsorpsi

 Mengunakan fasa diam berupa zat


padat dan fasa gerak berupa zat cair
atau gas.
 Dalam cara ini zat terlarut diadsorpsi
pada permukaan partikel padat.
 Contoh kromatografi adsorpsi ini yaitu
berupa kromatografi lapis tipis (KLT).

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 188


KROMATOGRAFI DENGAN MEKANISME ADSORBSI ATAU DIKENAL
DENGAN KROMATOGRAFI ADSORBSI

Untuk analit yang bagaimana?


Jawab: untuk analit yang polar

Bagaimana prinsipnya:
Adsorbsi dan desorbsi

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 189


Bagaimana maksudnya adsorbsi - desorbsi

Jawab
Anda ingat like disolve like, seperti itulah mekanismenya

Perjanjian: dalam kromatografi adsorbsi: fase diam selalu polar


(contoh Silika, Alumina, dll)

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 190


Berdasarkan perjanjian tersebut
Jika fase diam Polar, kemudian Ada
campuran analit, dengan sifat Polar dan
lainnya non polar, maka yang bersifat
polar akan disukai oleh fase diam (dengan
kata lain teradsorbsi lebih kuat) dibanding
analit lain yang kurang polar.

Analit Lebih m = fase gerak


polar s = fase diam (polar)
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 191
Cerita mekanisme adsorbsi

Campuran analit pertama-tama dijerapkan pada fase diam, selanjutnya


aliran fase gerak akan memaksa analit-analit tersebut untuk bermigrasi
(terdesorbsi). Analit yang lebih polar akan lebih terikat kuat pada fase diam
yang juga polar, akibatnya kecepatan migrasinya lambat, dibanding analit
yang kurang polar.

Sehingga => terjadi pemisahan

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 192


Jadi Kromatografi dengan mekanisme adsorbsi
1. Digunakan untuk pemisahan analit yang
bersifat polar
2. Fase diam yang digunakan bersifat polar:
misal Silika dan Alumina
3. Mekanismenya adsorbsi dan desorbsi
4. Jadi kalau kita menggunakan fase diam silika
pada KLT atau pun KCKT dll maka
mekanismenya adalah adsorbsi

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 193


Kasus: Suatu Campuran berisi

Dilakukan KLT dengan fase diam silika (polar) dan fase gerak heksan.
Mana yang akan mempunyai nilai Rf lebih tinggi??

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 194


Jawab

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 195


Ikatan hidrogen
Non-polar

Silica gel (polar)


KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 196
Tugas

Bahas KLT 1 Arah dan 2 Arah

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 197


Tipe kromatografi kolom

1. Kolom tradisional atau open column.


2. Kolom Flash
3. Kromatografi cair bertekanan medium:
4. Vaccum Column
5. HPLC preparative (p-High Performance
Liquid Chromatography)

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 198


Types of columns:
1- Kolom tradisional atau open column.:

Fase gerak bergerak


melalui fase diam
dengan gaya gravitasi

2- Flash Columns (Udara / nitrogen pressure)/


Kolom Flash

Fase gerak didorong oleh aliran udara atau


nitrogen menggunakan alat khusus
(Adapter).

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 199


KROMATOGRAFI KOLOM

Mekanisme pemisahan kromatografi kolom


merupakan kromatografi serapan atau
adsorpsi.

Digolongkan ke dalam kromatografi cair-


padat (KCP) kolom terbuka.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 200


Kromatografi kolom:

digunakan untuk memisahkan/fraksinasi


ekstrak kasar maupun halus.

Sedangkan pemisahan halus biasanya


melibatkan fase diam non polar misal
okta desil silika atau polikasakarida
misal sephadex

Untuk pemisahan kasar, fase diam


umumnya terbuat dari serbuk silika
yang dikepak/dimasukkan ke dalam
kolom dalam bentuk larutan dalam
pelarut organik atau serbuk kering.
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 201
KROMATOGRAFI KOLOM

Gambar Kromatografi cair-padat (KCP) kolom terbuka.


KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 202
Fasa diam:
KROMATOGRAFI KOLOM

Berupa adsorben yang tidak boleh larut


dalam fasa gerak,
ukuran partikel fasa diam harus seragam.

Contoh: alumunium, silica gel, arang, bauksit,


magnesium karbonat, talk, pati,
dan selulosa.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 203


Ukuran Partikel:

Khusus untuk kromatografi kolom silika, Ukuran


partikel silika yang digunakan untuk tahap
fraksinasi adalah:

Ukuran Partikel Silika

40-63 µm Lazim digunakan untuk fraksinasi


(230-400 Mesh)

63-200 µm untuk kolom yang mengandalkan


(70-230 Mesh) gravitasi

< 40 µm untuk KLT

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 204


KROMATOGRAFI KOLOM

Fase Gerak:

Dapat berupa pelarut tunggal atau


campuran beberapa pelarut dengan
komposisi tertentu.
Pelarut dapat merupakan pelarut polar dan
pelarut non polar.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 205


Pengepakan adsorben:

Pengepakan kering: serbuk adsorben dimasukkan ke dalam


kolom yang ujungnya sudah disumbat dengan kapas atau
glasswool.

pengepakan secara basah: fase diam dilarutkan dengan solven


paling awal kemudian dituang ke dalam kolom. Untuk selulosa
karbohidrat sebaiknya direndam terlebih dahulu semalam agar
cukup mengembang.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 206


Pipet
tetes

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 207


Teknik elusi fase gerak:

Fase gerak dipilih berdasarkan


orientasi atau uji pendahuluan.
Misalnya salah satu dari kombinasi
antara kloroform-metanol,
diklorometane-metanol, dll

Meski demikian hendaknya tidak


memilih fase gerak isokratik yakni fase
gerak dengan rasio tetap. Sistem
isokratik tidak bisa digunakan untuk
pemisahan ekstrak kasar atau sub fraksi.
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 208
Elusi fase gerak harus menggunakan sistem
gradien yakni dimulai dari pelarut non polar
terlebih dahulu kemudian bertingkat pada
kombinasi yang paling polar jika penjerapnya
silika.

Sebaliknya jika fase diamnya non polar dimulai


dengan kombinasi yang paling polar terlebih
dahulu misalnya metanol-air (1:2).

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 209


Permasalahan dalam elusi:
1. Cracking: Pada kromatografi kolom klasik,
seringkali setelah beberapa waktu elusi dilakukan,
susunan fase diam terlihat pecah dan berpori
(cracking)

hal ini terjadi karena masuknya udara ke dalam


sistem atau elusi fase gerak tidak kontinyu
(kekeringan karena teledor). Walaupun
cracking terjadi proses kromatografi kolom
tetap dilanjutkan sampai akhir.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 210


Permasalahan dalam elusi:

2. Adsorben masih berwarna:

Seringkali walau dieluasi dengan solven terakhir yang paling polar, fase
gerak masih berwarna dan terkesan masih mengandung senyawa. Silika
seringkali menjerap senyawa polifenol atau ODS seringkali mengikat kuat
senyawa yang sangat tidak polar. Untuk itu tidak ada cara lain membiarkan.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 211


Dalam perkembangan selanjutnya, terutama
untuk sampel yang sangat kecil metode
kromatografi kolom dikembangkan untuk :

1. kromatografi gas (GC) dan


2. kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT).

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 212


Pengembangan ini dilakukan antara lain dengan
digunakannya:

 adsorben yang lebih kecil dan lebih halus


 cara-cara baru pengemasan adsorben
dalam kolom
 tekanan dari suatu pompa
 detector untuk mendeteksi senyawa yang
terelusi

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 213


3-Low and Medium Pressure Columns (pumped):
Pergerakan fase gerak dipercepat dengan
menggunakan pompa yang menghasilkan tekanan
rendah atau sedang. Kenaikan laju alir memperpendek
waktu pemisahan

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 214


Kolom dengan Tekanan

Peralatan modern MPLC


(medium pressured Liquid
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt
Chromatography) 215
4-Vacuum Columns [Vacuum
liquid chromatography (VLC)]:
Silika (fase diam) kering dimasukkan ke
dalam corong kaca. Lalu Sampel
dimasukkan dengan metode kering atau
sebagai larutan. Kemudian fasa gerak
ditambahkan sebagian atau keseluruhan
(dengan berbagai perbandingan) kemudian
di vakum sehingga didapat masing-masing
fraksi perbandingan eluen

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 216


5- High pressure Columns (HPLC):
Pada kolom ini kita menggunakan silika gel yang sangat halus
sehingga sangat meningkatkan kekuatan pemisahan. Namun,
laju alir fase gerak sangat menurun. Pompa bertekanan tinggi
digunakan untuk mendorong pelarut melalui kolom yang dalam
hal ini harus terbuat dari stainless steel.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 217


Kolom HPLC fase normal

Silica gel : pemakaian umum


Cyano : pemakaian umum
Amino : analisa gula
Diol : analisa protein

-Si-CH2CH2CH2CN
Si -Si-CH2CH2CH2NH2
-Si-CH2CH2CH2OCH(OH)-CH2(OH)
Si
Silica gel
Modifikasi
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, AptSi 218
Apa yang terjadi jika campuran analit tersebut dipisahkan dengan KCKT
dengan kolom berisi silika?

kuat
HO
SiOH

SiOH

lemah

OH

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 219


Acuan antara rasio dimensi kolom versus bobot sampel
Dimensi kolom Bobot sampel Volume elusi fase gerak

Kolorm tradisional/open 1-5 % dari berat


column silika
VLC/MPLC (fase normal)

3 x volume adsorben

4 x 7 cm 1-5 g

4 x 15 cm 5-10 g

4 x 30 cm 15-20 g

VLC/MPLC (fase terbalik)


2 x 15 cm 0,25 g 3 x volume adsorben

3 X 15 cm 0.5-1 g
4 x 15 cm 2g
HPLC preparatif 50 -300 mg
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 220
Kromatografi Sistem Radial (Kromatotron)

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 221


Prinsip
Kromatotron memiliki prinsip sama seperti kromatografi klasik dengan
aliran fase gerak yang dipercepat oleh gaya centrifugal. Kromatografi
jenis ini menggunakan rotor yang dimiringkan dan terdapat dalam ruang
tertutup oleh plat kaca kuarsa, sedangkan lapisan penyerapnya berupa
plat kaca yang dilapisi oleh silika gel. Plat tersebut dipasang pada motor
listrik dan diputar dengan kecepatan 800rpm.

Pelarut pengelusi dimasukkan ke bagian tengah pelarut melalui pompa torak sehingga
dapat mengalir dan merambat melalui lapis tipis karena gaya sentrifugal. Untuk
mengetahui jalannya proses elusi dimonitor dengan lampu UV. Gas Nitrogen dialirkan
kedalam ruang plat untuk mencegah pengembunan pelarut pengelusi dan mencegah
oksidasi sampel. Pemasukan sampel itu diikuti dengan pengelusian menghasilkan
pita2 komponen berupa lingkaran sepusat. Pada tepi plat, pita2 akan terputr keluar
dengan gaya sentrifugal dan ditampung dalam botol fraksi..cek dg KLT

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 222


Pemantauan hasil Kromatografi Kolom:

Secara klasik, fraksi pekat hasil pemisahan dengan kolom tersebut dipantau profilnya
dengan menggunakan KLT. Agar ekonomis, untuk pemantauan dengan KLT ini
digunakan dimensi plate 5 x 8 cm dengan jarak penotolan 0.4 cm sehingga diperlukan
kapiler untuk menotolkan dengan diameter sekecil mungkin.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 223


Akan tetapi perlu diingat bahwa tidak semua fraksi
akan terpisah dengan penjerap silika. Sehingga
perlu juga dipikirkan untuk penggunaan adsorben
non polar (C-18). Hasil tampungan yang memiliki
pola kromatogram yang sama dijadikan satu dan
dipekatkan kemudian ditimbang.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 224


Pemantauan Kemurnian
dengan KLT

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 225


berwarna

Tidak Berwarna

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 226


Purifikasi

Tahap purifikasi ini dilakukan setelah dihasilkan


beberapa sub fraksi dengan bobot antara 0.1-4 g
pada tahap sub fraksinasi dengan kromatografi
kolom.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 227


Berikut ini adalah beberapa metode dasar
untuk pemurnian:

1. Kromatografi preparatif

Jika hanya memiliki sub fraksi dengan bobot


100-300 mg sebaiknya langsung dimurnikan
dengan KLT preparative. Sedangkan kapasitas
maksimal per plat KLT adalah 10-25 mg untuk
fase terbalik. 10-50 mg untuk fase normal.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 228


Purifikasi dengan KLT Preparatif

Fraksi yang kurang dari 0.6 gram


dipisahkan/dimurnikan kandungan senyawanya
dengan KLT preparatif, tetapi harus diperhatikan
aspek berikut:
Untuk KLT preparatif dengan penjerap silika
dengan ketebalan 0.5 mm kapasitas maksimal
sampel adalah 50 mg, sedangkan

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 229


KLT RP kapasitas maksimal sampel adalah 25
mg. Biasanya 250 mg akan dibutuhkan 5 buah
plate KLT.

Jika lebih dari 0.8 gram biasanya


dipurifikasi/pisahkan kembali dengan
kromatografi kolom dengan dimensi yang lebih
kecil,

namun juga tergantung jumlah bercak yang


ada, jika ternyata sudah cukup sederhana
cukup dengan KLT preparatif.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 230


KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 231
Purifikasi dengan kromatografi kolom kembali

Jika fraksi aktif yang dihasilkan berbobot lebih


dari 1 gram dan berdasarkan profil KLT-nya
masih kompleks sebaiknya dilakukan kromatografi
kolom kembali baik normal atau fase terbalik
tergantung dari profiling kLT yang dilakukan.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 232


Purifikasi dengan kromatografi eksklusi

Sephadex 20-LH (GE)

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 233


Kromatografi Ekslusi

 Disebut juga kromatografi permeasi


gel atau filtrasi gel.
 Cara pemisahan didasarkan pada
ukuran molekul zat terlarut.
 Molekul-molekul zat terlarut dengan
ukuran lebih besar dari pori-pori padatan
fasa diam akan tertahan.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 234


Mekanisme pemisahan berdasarkan ukuran molekul

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 235


Apakah SEC ?

Size Exclusion Chromatography


(SEC)
GPC (Gel Permeation Chromatography)
terutama untuk sampel polimer
GFC (Gel Filtration Chromatography)
terutama untuk sampel biologi

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 236


Prinsip SEC

Tidak ada kekuatan interaksi


Perbedaan waktu tempuh

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 237


KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 238
SEC

Fase diam: partikel berpori


Molekul ber BM besar
Molekul relatif besar tidak dapat dijebak oleh fase
diam, akibatnya waktu tambat singkat
Molekul relatif kecil dapat dijebak oleh fase diam,
akibatnya waktu tambat lama

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 239


Hubungan antara
Bobot molekul & waktu tambat
Batas eksklusi
Berat molekul (LogMW)

Batas permeasi
Kolom
GPC

Waktu

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 240


KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 241
KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 242
Purifikasi dengan HPLC Preparatif

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 243


Rekristalisasi

Adalah .......................................
upaya pemurnian dengan solven yang sedikit larut,
penurunan suhu pelarut, atau penguapan pelarut.
Rekristalisasi ditempuh jika hasil isolasi senyawa
target lebih dari 50 mg. Jika terlalu rendah beresiko
senyawa target hilang.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 244


Kombinasi klorofom-MeOH, heksana-klorofom,
heksana-etilasetat, aseton-klorofom seringkali
dipilih untuk melakukan rekristalisasi. Rekristalisasi
dilakukan beberapa kali. Dengan cara menambahkan
solven tepat larut kemudian didinginkan pada suhu
4oC. Seringkali proses rekristalisasi jarang dilakukan
sebab rendeman senyawa target ditemukan dalam
jumlah yang kecil.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 245


Uji Kemurnian

Uji purity atau kemurnian adalah upaya untuk


menunjukkan senyawa terisolasi sudah tunggal
atau belum.

Kemurnian sangat penting untuk meminimalkan


gangguan pada uji farmakologis. Seringkali impurities
atau senyawa pencemar ikut memberikan aktifitas
farmakologis.

Elusidasi Struktur

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 246


Berikut ini adalah beberapa metode uji pemurnian:

Uji kemurnian dengan KLT kembali dengan


berbagai fase gerak dan adsorben yang berbeda.

• Metode paling klasik dan murah.


• Fase diam sebaiknya tidak hanya tunggal atau satu tipe.
• Untuk golongan glikosida sebaiknya
• setelah dicek dengan plat silika kemudian dicek dengan
fase diam selulosa.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 247


UJI Titik Leleh

Selisih max

KRISTAL
20C

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 248


Uji kemurnian berdasarkan HPLC.
HPLC sistem terbalik adalah metode paling
baik untuk mengecek kemurnian.

Metode ini untuk menunjukkan indikator


kemurnian melihat berupa puncak tunggal, tajam
dan simetrisnya puncak dan keberadaan impurities
yang masih ada bersama senyawa target.

• Detektor HPLC kebanyakan menggunakan UV dan


sebagian kecil menggunakan RI (refraktif index) untuk
senyawa target yang miskin/tidak memiliki kromofor.
• Untuk memastikannya dilakukan analisis berdasarkan
sistem gradient fase gerak atau flow rate fase gerak.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 249


Uji kemurnian berdasarkan 1H NMR.

Jika suatu lab memiliki mesin NMR maka uji


kemurnian 1 dan 2 di atas tidak perlu dilakukan.
Metode ini paling cepat dan otentik. Senyawa
dikeringkan dan langsung dimasukkan pada
pelarut terdeuteronasi (tidak mengandung proton)
kemudian langsung dibaca dengan mesin.
Senyawa target dan kadar pencemar akan langsung
terlihat.

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 250


TERIMA KASIH

KBA II - Haiyul Fadhli, M.Si, Apt 251

Anda mungkin juga menyukai