Anda di halaman 1dari 19

PEMBINAAN PERKAWINAN

DAN BP-4
OLEH;
DRS, MAHMUN SYARIF NASUTION, M.AP
Widyaiswara Madya

BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEAGAMAAN MEDAN


2012
ARTI PERKAWINAN
Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami isteri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sedangkan menurut KHI perkawinan adalah
pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau
mitsaqan ghalididzan, untuk menaati perintah
Allh dan melaksanakannya merupakan ibadah.
tujuan
Tujuan perkawinan berdasarkan
penjelasan Undang-undang No.1 Tahun
1974 adalah membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal
(mendapatkan keturunan) bedasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Ar-Rum: 21 (Menjadi Keluarga Sakinah)
Na 2 Gabe 1
PENGERTIAN KELUARGA SAKINAH

Keluarga sakinah adalah Keluarga yang dibina atas


perkawinan yang sah mampu memenuhi hajat spiritual
dan meterial secara layak dan seimbang diliputi
suasana kasih sayang antara anggota keluarga dan
lingkungannya dengan selaras serta mampu
mengamalkan, menghayati dan memperdalam nilai-
nilai keimanan ,ketaqwaan dan akhlak mulia
(Keputusan Direktur jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam dan Urusan Haji Nomor : D/71/1999 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Gerakan Keluarga
Sakinah Bab III Pasal 3)
4
Hikmah
Supaya umat manusia itu hidup dalam masyarakat
yang teratur dan tentram, baik lahir maupun batin.
Supaya kehidupan dalam suatu rumah tangga
teratur dan tertib menuju kerukunan anak-anak
yang shaleh, yang berjasa dan berguna kepada
kedua orang tua, agama, masyarakat, bangsa dan
negara.
Supaya terjalin hubungan yang harmonis antara
suami istri, seterusnya hubungan famili, sehingga
akan terbentuk ukhuwah yang mendalam yang
diridhoi Allah swt.
Model Pembinaan Nikah
Pembinaan Usia Nikah
Bimbingan Konseling di Sekolah.
Kursus Calon Pengantin
Seminar dan Lokakarya
Konsultasi
Layanan Contac Person
Layanan Jejaring Sosial
Biro Jodoh
Dll.
Materi Pembinaan N
Pembinaan Agama dalam Keluarga
Gerakan Keluarga Sakinah
Pembinaan Gizi Keluarga
Kesehatan Reproduksi
Psikologi Keluarga/ Perkawinan
Pemberdayaan Ekonomi Keluarga
Hukum Munakahat dan Etika Perkawinan
UU No. 1 Thn 1974 Tentang Perkawinan
Pembinaan BP4
Pertama, pada 1960, BP4 merupakan akronim
dari Badan Penasihatan Perkawinan,
Perselisihan dan Perceraian.
Pada 1977 berubah menjadi Badan
Pembinaan, Penasehatan Perkawinan dan
Perselisihan Rumah tangga. 
Terakhir pada Musyawarah Nasional ke XIV
yang berlangsung pada 1-3 Juni 2009,
berubah menjadi Badan Penasihatan
Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan
Peranan BP-4
Di Munas ke XIV (1-3- Juni 2009) ditegaskan kembali
mengenai posisi BP4 yang merupakan lembaga otonom
(profesional yang bersifat sosial keagamaan) dan
merupakan mitra dari Kementerian Agama RI dengan tugas
membantu dan meningkatkan mutu perkawinan dengan
mengembangkan gerakan keluarga sakinah
Peraturan Mentri Agama No. 3 Tahun 1975 Pasal 28 ayat
(3) menyebutkan bahwa “Pengadilan Agama dalam
berusaha mendamaikan kedua belah pihak dapat meminta
bantuan kepada Badan Penasehat Perkawinan, Perselisihan
dan Perceraian (BP4) agar menasehati kedua suami istri
tersebut untuk hidup makmur lagi dalam rumah tangga”.
(BP-4 Sebagai Mediator dan Advokasi)
Tingginya Angka Perceraian
Badan Peradilan Agama, bahwa pada 2009 lalu
perkara yang diputuskan Pengadilan
Agama/Mahkamah Syari’yah mencapai angka
223.371 perkara. Selama 9 tahun terakhir ini tiap
tahun rata-rata terdapat 161.656 perceraian.
Demikian kalau kita asumsikan 1 tahun terjadi 2
juta peristiwa pernikahan maka, 8% di antaranya
berakhir dengan perceraian. Sungguh data-data
ini menimbulkan berbagai pertanyaan dan
kekhawatiran terhadap keberlangsungan lembaga
keluarga di Indonesia.
Isu Aktual Perkawinan
Masalah-masalah yang muncul akhir-akhir ini terkait
dengan perkawinan dan keluarga berkembang pesat
antara lain; tingginya angka perceraian, kekerasan
dalam rumah tangga, kasus perkawinan sirri,
perkawinan mut’ah, poligami, dan perkawinan di
bawah umur meningkat tajam yang  sangat
berpengaruh terhadap eksistensi kehidupan sebuah
keluarga.
Oleh sebab itu, dan seiring dengan meningkatnya
populasi penduduk dan keluarga, maka BP4 perlu
menata kembali peran dan fungsinya agar lebih sesuai
dengan kondisi dan perkembangan terkini
Penataan Kelembagaan BP-4
Untuk  menjawab persoalan tersebut, BP4 harus
menyiapkan seluruh perangkat pelayanan termasuk
SDM, sarana dan prasarana yang memadai.
Tuntutan BP4 ke depan  peran dan fungsinya tidak
sekadar  menjadi lembaga penasihatan tetapi juga
berfungsi sebagai lembaga mediator dan advokasi.
Selain itu BP4 perlu mereposisi organisasi demi
kemandirian organisasi secara profesional,
independent, dan bersifat profesi sebagai pengemban
tugas dan mitra kerja Kementarian Agama dalam
mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah, warahmah
Pemberdayaan Organisasi
Peraturan Direktur Jenderal Bimas Islam
Nomor Dj.II/491 Tahun 2009 Kursus Calon
Pengantin sekurang-kurangnya 24 jam
pelajaran
meliputi materi: tatacara dan prosedur
perkawinan, pengetahuan agama, peraturan
perundangan di bidang perkawinan dan
keluarga, hak dan kewajiban suami isteri,
kesehatan reproduksi, manajemen keluarga,
dan psikologi perkawinan dan keluarga
?
Bisakah BP-4 menjadi lembaga
profesional….?
Setiap tahun ada dua juta perkawinan,
tetapi yang memilukan perceraian
bertambah menjadi dua kali lipat, setiap
100 orang yang menikah, 10 pasangannya
bercerai, dan umumnya mereka yang baru
berumah tangga
 Berdasarkan data, di Jakarta dari 5.193 kasus, sebanyak 3.105 (60
persen) adalah kasus isteri gugat cerai suami dan sebaliknya suami
gugat cerai isteri 1.462 kasus.
 Di Surabaya dari 48.374 kasus sebanyak 27.805 (80 persen) adalah
kasus isteri gugat cerai suami, sedangkan suami gugat cerai isteri
mencapai 17. 728 kasus. Di Bandung dari 30.900 kasus perceraian,
sebanyak 15.139 (60 persen) adalah kasus isteri gugat cerai suami
dan suami gugat cerai isteri sebanyak 13.415 kasus.
 Selanjutnya, di Medan dari 3.244 kasus sebanyak 1.967 (70 persen)
adalah isteri gugat cerai suami dan suami gugat cerai isteri hanya
811 kasus.
 Di Makassar dari 4.723 kasus sebanyak 3.081 (75 persen) adalah
isteri gugat cerai suami, dan suami gugat cerai isteri hanya 1.093
kasus.
 Sedangkan di Semarang dari 39.082 kasus sebanyak 23.653 (70
persen) adalah isteri gugat cerai suami dan suami gugat cerai isteri
hanya 12.694 kasus.
Penyebab perceraian tersebut antara lain karena
ketidakharmonisan rumah tangga mencapai 46.723
kasus, faktor ekonomi 24.252 kasus, krisis keluarga
4. 916 kasus, cemburu 4.708 kasus, poligami 879
kasus, kawin paksa 1.692 kasus, kawin bawah umur
284 kasus, penganiayaan dan kekerasan dalam rumah
tangga (KDRT) sebanyak 916 kasus. Suami atau
isteri dihukum lalu kawin lagi 153 kasus, cacat
biologis (tidak bisa memenuhi kebutuhan biologis)
581 kasus, perbedaan politik 157 kasus, gangguan
pihak keluarga 9. 071 kasus, dan tidak ada lagi
kecocokan (selingkuh) sebanyak 54. 138 kasus.
Diskusi
Susunan Pengurus BP-4 Kecamatan
Program Kerja BP-4 (Sesuai Bidang)
Konseling Keluarga Sakinah
Pemberdayaan ekonomi keluarga.
‫‪THANKS‬‬

‫ب‬ ‫ا‬‫و‬ ‫ص‬ ‫ال‬


‫ُ ِ َّ َ ِ‬‫ب‬ ‫م‬‫َ‬ ‫ل‬‫ع‬‫ْ‬ ‫َأ‬ ‫وهللا ُ‬

Anda mungkin juga menyukai