Anda di halaman 1dari 101

Badan Kepegawaian Negara

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 11 TAHUN 2017


MANAJEMEN PEGAWAI NEGERI SIPIL

Oleh: Drs. Mahmun Syarif Nasution, M.AP


Widyaiswara Madya
MANAJEMEN PNS

1. penyusunan dan penetapan kebutuhan;


2. pengadaan;
3. pangkat dan Jabatan;
4. pengembangan karier;
5. pola karier;
6. promosl;
7. mutasi;
8. penilaian kinerja;
9. penggajian dan tunjangan;
10. penghargaan;
11. disiplin;
12. pemberhentian;
13. jaminan pensiun dan jaminan hari tua; dan
14. perlindungan.
PEJABAT PEMBINA KEPEGAWAIAN

• Presiden.
• Menteri di kementerian;
• Pimpinan lembaga di LPNK;
• Sekjen di sekretariat lembaga negara dan LNS;
• Jaksa Agung
• Kepala POLRI;
• Kepala BIN;
• Sekretaris MA
• Gubernur di provinsi;
• Bupati/Walikota di kabupaten/kota; dan
• Pejabat lain yang ditentukan Presiden
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN KEBUTUHAN
Setiap Instansi Pemerintah ANALISIS
menyusun kebutuhan jenis jabatan JABATAN
dan jumlah PNS berdasarkan Anjab
PETA
dan ABK, peta jabatan, dan JABAT
ketersediaan pegawai AN

Dilakukan untuk jangka waktu 5


ANALISIS
tahun dan diperinci setiap tahun BEBAN KERJA
berdasarkan prioritas kebutuhan
dan Renstra
KEBUTUHAN ASN
Penetapan kebutuhan PNS secara
nasional setiap tahun anggaran
ditetapkan oleh Menteri, setelah
KEKURANGAN
memperhatikan pendapat Menteri
Keuangan dan pertimbangan teknis
Kepala BKN
KEBUTUHAN
4 PNS
PENGADAAN
Dilakukan secara nasional untuk menjamin kualitas hasil

1 Panitia Seleksi Nasional Pengadaan Calon PNS


Ketua Kepala BKN

Diumumkan secara terbuka paling lambat 15 hari


2 kalender sblm tgl penerimaan lamaran

3 Harus memenuhi persyaratan administrasi


Pendaftaran dengan online

• Seleksi administrasi, seleksi kompetensi dasar dan


4 seleksi kompetensi bidang dilakukan dengan CAT
• Pengumuman hasil seleksi secara terbuka
• Pengangkatan Calon PNS oleh PPK setelah

5 mendapat persetujuan teknis dari Kepala BKN


• Calon PNS wajib menjalani masa percobaan selama
1 tahun
PENGADAAN

• Dilaksanakan oleh Panselnas yang diketuai Kepala BKN dan Pansel Inst

ansi yang diketuai oleh Pejabat yang berwenang

• Persyaratan pelamar usia s/d 35 tahun dimungkinkan s/d 40 tahun untu

k jabatan tertentu yang ditetapkan Presiden

• Substansi Seleksi : Administrasi, Test TKD, TKB, dapat melakukan uji fi

sik, psikologis, dan/atau kesehatan jiwa

• Bagi pelamar yang lulus diangkat oleh PPK setelah ada pertimbangan t

eknis dan NIP oleh BKN

• Masa percobaan adalah 1 tahun dan wajib ikut prajab terintegrasi 1x

• PNS wajib mengucapkan sumpah sesuai agama & aturan kepegawaian

kecuali yang harus mengucapkan janji


BKN

 Pangkat : kedudukan yang menunjukan tingkatan jabatan berdasarkan tingkat


kesulitan, tanggungjawab, dampak dan persyaratan kualifikasi pekerjaan yang
digunakan sebagai dasar penggajian.

JABATAN PIMPINAN TINGGI

UTAMA

MADYA
PRATAMA

JABATAN FUNGSIONAL
JABATAN ADMINISTRASI

Utama
Utama 
Penyelia
Penyelia
ADMINSTRATOR

Madya
Madya 
Mahir
Mahir

Muda
Muda 
Terampil
Terampil
PENGAWAS  
Pertama
Pertama Pemula
Pemula
PELAKSANA
KEAHLIAN KETERAMPILAN
SYARAT JABATAN ADMINISTRATOR

• Berstatus PNS;
• Memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan paling rendah sarjana ata
u diploma IV;
• Memiliki integritas dan moralitas yang baik;
• Memiliki pengalaman pada Jabatan pengawas paling singkat 3 (tig
a) tahun atau JF yang setingkat dengan Jabatan pengawas sesuai
dengan bidang tugas Jabatan yang akan diduduki;
• Setiap unsur penilaian prestasi kerja paling sedikit bernilai baik dala
m 2 (dua) tahun terakhir;
• Memiliki Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial, dan Kompeten
si Sosial Kultural sesuai standar kompetensi yang dibuktikan berdas
arkan hasil evaluasi oleh tim penilai kinerja PNS di instansinya; dan
• Sehat jasmani dan rohani
SYARAT JABATAN PENGAWAS

• Berstatus PNS;
• Memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan paling rendah sarjana ata
u diploma III;
• Memiliki integritas dan moralitas yang baik;
• memiliki pengalaman pada Jabatan pelaksana paling singkat 4 (em
pat) tahun atau JF yang setingkat dengan Jabatan pelaksana sesua
i dengan bidang tugas Jabatan yang akan diduduki;
• setiap unsur penilaian prestasi kerja paling sedikit bernilai baik dala
m 2 (dua) tahun terakhir;
• memiliki Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial, dan Kompeten
si Sosial Kultural sesuai standar kompetensi; dan
• sehat jasmani dan rohani
SYARAT JABATAN PELAKSANA

• berstatus PNS;
• memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan paling rendah sekolah lan
jutan tingkat atas atau yang setara;
• telah mengikuti dan lulus pelatihan terkait dengan bidang tugas dan
/ atau lulus pendidikan dan pelatihan terintegrasi;
• memiliki integritas dan moralitas yang baik;
• memiliki Kompetensi Teknis, Kompetensi manajerial, dan Kompeten
si Sosial Kultural sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapka
n;
• setiap unsur penilaian prestasi kerja paling sedikit bernilai baik dala
m 2 (dua) tahun terakhir; dan
• sehat jasmani dan rohani
PELANTIKAN DAN PENGAMBILAN SUMPAH

• Setiap PNS yang diangkat menjadi pejabat administrator


dan pejabat pengawas wajib dilantik dan diambil sumpah
/janji menurut agama atau kepercayaannya kepada Tuha
n Yang Maha Esa.
• Sumpah/janji Jabatan diambil oleh PPK dilingkungannya
masing-masing
• PPK dapat menunjuk pejabat lain di lingkungannya untuk
mengambil sumpah/janji Jabatan.
PEMBERHENTIAN
JABATAN ADMINISTRASI

• Mengundurkan diri dari Jabatan (dapat ditunda paling la


ma 1 tahun);
• Diberhentikan sementara sebagai PNS;
• Menjalani cuti di luar tanggungan negara;
• Menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan;
• Ditugaskan secara penuh di luar JA; atau
• Tidak memenuhi persyaratan Jabatan.
JABATAN FUNGSIONAL

• JF memiliki tugas memberikan pelayanan fungsional yang berdasar


kan pada keahlian dan keterampilan tertentu.
• JF dikelompokkan dalam klasifikasi Jabatan berdasarkan kesamaan
karakteristik, mekanisme, dan pola kerja.
• Penetapan JF dilakukan oleh Menteri berdasarkan usulan dari pimpi
nan Instansi Pemerintah dengan mengacu pada klasifrkasi darr krite
ria JF.
• Pejabat Fungsional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
secara langsung kepada pejabat pimpinan tinggi pratama, pejabat a
dministrator, atau pejabat pengawas yang memiliki keterkaitan deng
an pelaksanaan tugas JF.
PENGANGKATAN JABATAN FUNGSIONAL

Pengangkatan PNS ke dalam JF keahlian d


an JF keterampilan dilakukan melalui :
 Pengangkatan Pertama
 Perpindahan dari Jabatan lain;
 Penyesuaian/inpassing
 Promosi
PERSYARATAN PENGANGKATAN PERTAMA

• Berstatus PNS
• Memiliki integritas dan moralitas yang baik.
• sehat jasmani dan rohani;
• berijazah paling rendah sarjana atau diploma IV sesuai d
engan kualifrkasi pendidikan yang dibutuhkan.
• mengikuti dan lulus uji Kompetensi Teknis, Kompetensi
Manajerial, dan Kompetensi Sosial Kultural sesuai stand
ar kompetensi yang telah disusun oleh instansi pembina;
• nilai prestasi kerja paling sedikit bernilai baik dalam 1 (sa
tu) tahun terakhir; dan
• syarat lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.
PERSYARATAN PENGANGKATAN DARI
PERPINDAHAN DARI JABATAN

• Berstatus PNS
• Memiliki integritas dan moralitas yang baik.
• sehat jasmani dan rohani;
• berijazah paling rendah sarjana atau diploma IV sesuai dengan kualifrkasi pe
ndidikan yang dibutuhkan.
• mengikuti dan lulus uji Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial, dan Kom
petensi Sosial Kultural sesuai standar kompetensi yang telah disusun oleh in
stansi pembina;
• memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas di bidang JF yang akan didu
duki paling kurang 2 (dua) tahun;
• nilai prestasi kerja paling sedikit bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir;
• Berusia paling tinggi :
a. 53 (lima puluh tiga) tahun untuk JF ahli pertama dan JF ahli muda
b. 55 (lima puluh lima) tahun untuk JF ahli madya; dan
c. 60 (enam puluh) tahun untuk JF ahli utama bagi PNS yang telah men
duduki JPT;
• syarat lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.
PERSYARATAN PENGANGKATAN
MELALUI INPASSING

• Berstatus PNS
• Memiliki integritas dan moralitas yang baik.
• Sehat jasmani dan rohani;
• Berijazah paling rendah sarjana atau diploma IV sesuai d
engan kualifrkasi pendidikan yang dibutuhkan.
• Memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas di bidan
g JF yang akan diduduki paling kurang 2 (dua) tahun;
• Nilai prestasi kerja paling sedikit bernilai baik dalam 1 (s
atu) tahun terakhir; dan
• Syarat lainnya yang ditetapkan oleh menteri.
PELANTIKAN DAN PENGAMBILAN SUMPAH

• Setiap PNS yang diangkat menjadi pejabat fung


sional wajib dilantik dan diambil sumpah/janji me
nurut agama atau kepercayaannya kepada T\rha
n Yang Maha Esa.
• Sumpah/janji Jabatan diambil oleh PPK dilingku
ngannya masing-masing
• PPK dapat menunjuk pejabat lain di lingkungann
ya untuk mengambil sumpah/janji Jabatan.
PERSYARATAN PENGANGKATAN MELALU PROMOSI

• mengikuti dan lulus uji Kompetensi Teknis, K


ompetensi Manajerial, dan Kompetensi Sosia
l Kultural sesuai standar kompetensi yang tel
ah disusun oleh instansi pembina;
• nilai prestasi kerja paling sedikit bernilai baik
dalam 1 (satu) tahun terakhir; dan
• syarat lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.
RANGKAP JABATAN

• Dalam rangka optimalisasi pelaksanaan tugas dan pencapaian kine


da organisasi, pejabat fungsional dilarang rangkap Jabatan dengan
JA atau JPT, kecuali untuk JA atau JPT yang kompetensi dan bidan
g tugas Jabatannya sama dan tidak dapat dipisahkan dengan kom
petensi dan bidang tugas JF.
• Pengecualian yang dimaksud dalam Pasal ini seperti:
a. Jaksa yang diangkat menjadi kepala kejaksaan tinggi, wakil ke
pala kejaksaan tinggi, kepala kejaksaan negeri, atau kepala caban
g kejaksaan negeri;
b. Perancang peraturan perundang-undangan ahli madya yang
diangkat menjadi Direktur Perancangan Peraturan Perundang-
undangan ada Direktorat Jenderal Peraturan Perundang- un
dangan; atau
c. Diplomat ahli utama yang diangkat menjadi Direktur Jenderal Amerik
a Eropa
PENGEMBANGAN KARIER, PENGEMBANGAN
KOMPETENSI, POLA KARIER, PROMOSI DAN
MUTASI
• Dilakukan dengan menerapkan prinsip sistem merit untuk meningkatkan
kompetensi, kinerja dan profesionalitas PNS.
• Setiap instansi wajib memiliki Sistem Informasi Manajemen Karier yg
merupakan bagian terintegrasi dari Sistem Informasi ASN
PENGEMBANGAN KARIER

• dilakukan berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian kinerja, da


n kebutuhan Instansi Pemerintah.
• dilakukan melalui manajemen pengembangan karier dengan memp
ertimbangkan integritas dan moralitas
• dilakukan melalui manajemen pengembangan karier dalam rangka
penyesuaian kebutuhan organisasi, kompetensi dan pola karier PN
S
• Manajemen pengembangan melalui:
a. mutasi; dan/ atau
b. promosi.
c. penugasan khusus
POLA KARIER

• merupakan pola dasar mengenai urutan penempatan da


n/ atau perpindahan PNS dalam dan antar posisi di setia
p jenis Jabatan secara berkesinambungan.
• Pola karier PNS terdiri atas:
a. pola karier instansi; dan
b. pola karier nasional
• Pola karier nasional disusun dan ditetapkan oleh Menteri
.
• Setiap Instansi Pemerintah menyusun pola karier instans
i secara khusus sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
pola karier nasional
MUTASI

• Instansi Pemerintah menyusun perencanaan mutasi PN


S di lingkungannyaPola karier PNS terdiri atas:
• Mutasi dilakukan paling singkat 2 (dua) tahun dan paling
lama 5 (lima) tahun
• Mutasi PNS dilakukan dengan memperhatikan prinsip lar
angan konflik kepentingan.
• Selain mutasi karena tugas dan /atau lokasi, PNS dapat
mengajukan mutasi tugas dan/atau lokasi atas perminta
an sendiri.
KEWENANGAN MUTASI

• Mutasi dalam 1 (satu) Instansi Pusat atau dalam 1 (satu)


Instansi Daerah dilakukan oleh PPK, setelah memperole
h pertimbangan tim penilai kinerja PNS
• Mutasi PNS antar-kabupaten/kota dalam satu provinsi dit
etapkan oleh gubernur setelah memperoleh pertimbanga
n Kepala BKN.
• Mutasi PNS antar kabupaten / kota antar provinsi, dan a
ntar provinsi ditetapkan oleh menteri dalam negeri setela
h memperoleh pertimbangan Kepala BKN.
• Mutasi PNS provinsi/kabupaten/kota ke Instansi Pusat at
au sebaliknya, ditetapkan oleh Kepala BKN.
• Mutasi PNS antar-Instansi Pusat ditetapkan oleh Kepala
BKN
PROMOSI

• PNS dapat dipromosikan di dalam dan/atau antar JA dan


JF keterampilan, JF ahli pertama, dan JF ahli muda sepa
njang memenuhi persyaratan Jabatan, dengan memperh
atikan kebutuhan organisasi.
• PNS yang menduduki Jabatan administrator dan JF ahli
madya dapat dipromosikan ke dalam JPT pratama sepa
njang memenuhi persyaratan Jabatan, mengikuti, dan lul
us seleksi terbuka, dengan memperhatikan kebutuhan or
ganisasi.
• PNS yang menduduki JF ahli utama dapat dipromosikan
ke dalam JPT madya sepanjang memenuhi persyaratan
Jabatan, mengikuti, dan lulus seleksi terbuka, dengan m
emperhatikan kebutuhan organisasi.
TIM PENILAI KINERJA PNS

• Tim penilai kinerja PNS pada Instansi Pemerintah dibent


uk oleh PyB
• Tim penilai kinerja PNS pada Instansi pemerintah sebag
aimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. PyB;
b. pejabat yang menangani bidang kepegawaian;
c. pejabat yang menangani bidang pengawasan intern
al;
d. pejabat pimpinan tinggi terkait.
• Tim penilai kinerja PNS berjumlah gasal paling sedikit 5
(lima) orang
PENGEMBANGAN KOMPETENSI

• Pengembangan kompetensi merupakan upaya untuk pe


menuhan kebutuhan kompetensi PNS dengan standar k
ompetensi Jabatan dan rencana pengembangan karier.
• Pengembangan kompetensi dilakukan pada tingkat:
a. instansi; dan
b. nasional
• Pengembangan kompetensi bagi setiap PNS dilakukan p
aling sedikit 20 (dua puluh) jam pelajaran dalam 1 (satu)
tahun.
• Pengembangan kompetensi menjadi dasar pengembang
an karier dan menjadi salah satu dasar bagi pengangkat
an Jabatan.
PNS YANG DIANGKAT MENJADI PEJABAT NEGARA
DAN PIMPINAN ATAU ANGGOTA LEMBAGA
NONSTRUKTURAL
• Ketua, Wakil Ketua, dan
Anggota MA, MK, BPK, KY,
KPK
• Menteri dan jabatan
setingkat menteri,
• Kepala perwakilan Republik
Indonesia di Luar Negeri
yang berkedudukan
sebagai Duta Besar Luar
Biasa dan Berkuasa Penuh

• Presiden dan Wakil


Presiden,
• Ketua, Wakil Ketua, dan
Anggota DPR, DPD;
• Gubernur dan Wakil
Gubernur;
• Bupati/Walikota dan Wakil
Bupati/Wakil Walikota.
PENILAIAN KINERJA DAN DISIPLIN
PENILAIAN KINERJA
DISIPLIN
PENGHARGAAN

Didasarkan atas kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran, kedisiplinan, dan


prestasi kerja dalam melaksanakan tugasnya

Penghargaan berupa :
a. Tanda Kehormatan
b. Kenaikan pangkat istimewa
c. kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi
d. kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara kenegaraan

• Kenaikan pangkat istimewa diberikan kepada PNS berdasarkan pada


penilaian kinerja dan keahlian yang luar biasa dalam menjalankan tugas
jabatannya
• Kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi diberikan kepada
PNS yang mempunyai nilai prestasi kerja yang sangat baik, memiliki dedikasi
dan loyalitas yang tinggi pada organisasi
PEMBERHENTIAN

• Pemberhentian atas permintaan sendiri


• Pemberhentian karena mencapai batas usia pensiun
• Pemberhentian karena perampingan organisasi atau kebijakan pem
erintah
• Pemberhentian karena tidak cakap jasmani dan/ atau rohani
• Pemberhentian karena meninggal dunia, tewas, atau hilang
• Pemberhentian karena melakukan pemberhentian karena melakuka
n
• Tindak pidana/ penyelewengantindak pidana/ penyelewengan
• Pemberhentian karena pelanggaran disiplin
• Pemberhentian karena mencalonkan menjadi pejabat negara yang
dipilih
• Pemberhentian karena menjadi anggota dan/atau pengurus partai p
olitik
• Pemberhentian karena tidak menjabat lagi sebagai pejabat negara
• Pemberhentian karena hal lain
Pemberhentian Atas Permintaan Sendiri

• PNS yang mengajukan permintaan berhenti, diberhentikan dengan


hormat sebagai PNS.
• Permintaan berhenti dapat ditunda untuk paling lama 1 (satu) tahun
, apabila PNS yang bersangkutan masih diperlukan untuk kepenting
an dinas.
• Permintaan berhenti ditolak apabila:
a. sedang dalam proses peradilan karena diduga melakukan tin
dak pidana kejahatan;
b. terikat kewajiban bekerja pada Instansi Pemerintah
c. dalam pemeriksaan pejabat yang berwenang memeriksa karen
a diduga melakukan pelanggaran disiplin PNS;
d. sedang mengajukan upaya banding administratif karena dijatuhi
hukuman disiplin berupa pemberhentian dengan hormat tidak
atas permintaan sendiri sebagai PNS;
e. sedang menjalani hukuman disiplin; dan/ atau
f. alasan lain menurut pertimbangan PPK.
Pemberhentian Karena Mencapai
Batas Usia Pensiun

• PNS yang telah mencapai Batas Usia Pensiun diberhentikan denga


n hormat sebagai PNS.
• Batas Usia Pensiun PNS yaitu:
a. 58 (lima puluh delapan) tahun bagi pejabat administrasi, pejabat
fungsional ahli muda, pejabat fungsional ahli pertama, dan pej
abat fungsional keterampilan;
b. 60 (enam puluh) tahun bagi pejabat pimpinan tinggi dan pejabat
fungsional madya; dan
c. 65 (enam puluh lima) tahun bagi PNS yang memangku pejabat
fungsional ahli utama.
• Batas Usia Pensiun bagi PNS yang menduduki JF yang ditentukan
dalam undang-undang, berlaku ketentuan sesuai dengan Batas Usi
a Pensiun yang ditetapkan dalam undang-undang yang bersangkut
an.
Pemberhentian karena Perampingan Organisasi
atau Kebijakan Pemerintah

• Dalam hal terjadi perampingan organisasi atau kebijakan pemerinta


h yang mengakibatkan kelebihan PNS maka PNS tersebut terlebih
dahulu disalurkan pada Instansi Pemerintah lain
• Apabila tidak dapat disalurkan dan pada saat terjadi perampingan or
ganisasi sudah mencapai usia 50 (lima puluh) tahun dan masa kerja
l0 (sepuluh) tahun, diberhentikan dengan hormat dengan mendapat
hak kepegawaian.
• Apabila belum mencapai usia 50 (lima puluh) tahun dan masa kerja
l0 (sepuluh) tahun, diberikan uang tunggu paling lama 5 (lima) tahun
.
• Apabila sampai dengan 5 (lima) tahun tidak dapat disalurkan maka
PNS tersebut diberhentikan dengan hormat dan diberikan hak kepe
gawaian.
• Apabila pada saat berakhirnya pemberian uang tunggu belum berus
ia 50 (lima puluh) tahun, jaminan pensiun bagi PNS mulai diberikan
pada saat mencapai usia 50 (lima puluh) tahun.
Pemberhentian Karena Tidak Cakap
Jasmani dan/ atau Rohani

• PNS yang tidak cakap jasmani dan/atau rohani diberhentikan dengan


hormat apabila:
a. tidak dapat bekerja lagi dalam semua karena kesehatannya;
b. menderita penyakit atau kelainan yang berbahaya bagi dirinya
sendiri atau lingkungan kerjanya; atau
c. tidak mampu bekerja kembali setelah berakhirnya cuti sakit.
• Ketentuan mengenai tidak cakap jasmani dan/atau rohani berdasark
an hasil pemeriksaan tim penguji kesehatan yang dibentuk oleh ment
eri kesehatan dan beranggotakan dokter pemerin tah
• PNS yang diberhentikan dengan hormat mendapat hak kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Pemberhentian Karena Meninggal Dunia,

• PNS yang meninggal dunia atau tewas diberhentikan de


ngan hormat sebagai PNS dengan mendapat hak kepeg
awaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-u
ndangan
• PNS dinyatakan meninggal dunia apabila :
a. meninggalnya tidak dalam dan karena menjalankan tuga
s;
b. meninggalnya sedang menjalani masa uang tunggu; ata
u.
c. meninggalnya pada waktu menjalani cuti di luar tanggun
gan negara
Pemberhentian Karena Tewas (1)

• PNS dinyatakan tewas apabila meninggal:


a. dalam dan karena menjalankan tugas dan kewajiba
nnya;
b. dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan
dinas, sehingga kematian itu disamakan dengan ke
adaan sebagaimana dimaksud pada huruf a;
c. meninggalnya pada waktu menjalani cuti di luar tangg
ungan negara
• langsung diakibatkan oleh luka atau cacat rohani atau ja
smani yang didapat dalam dan karena menjalankan tuga
s kewajibannya atau keadaan lain yang ada hubunganny
a dengan kedinasan; dan/ atau
• karena perbuatan anasir yang tidak bertanggung jawab
atau sebagai akibat tindakan anasir itu
Pemberhentian Karena Tewas (2)

• Apabila PNS meninggal dunia atau tewas t


elah berkeluarga, kepada janda/duda atau
anaknya diberikan hak kepegawaian sesu
ai dengan ketentuan peraturan perundan
g-undangan.
• Apabila PNS meninggal dunia atau tewas t
idak berkeluarga, kepada orang tuanya dib
erikan hak kepegawaian sesuai dengan ke
tentuan peraturan perundang-undangan
Pemberhentian Karena Hilang (1)

• Seorang PNS dinyatakan hilang di luar kemampuan dan ke


mauan PNS yang bersangkutan apabila:
a. Tidak diketahui keberadaannya;
b. Tidak diketahui masih hidup atau telah meninggal dunia
• PNS yang hilang dianggap telah meninggal dunia dan dap
at diberhentikan dengan hormat sebagai PNS pada akhir b
ulan ke-12 (dua belas) sejak dinyatakan hilang.
• Pernyataan hilang dibuat oleh PPK atau pejabat lain yang
ditunjuk berdasarkan surat keterangan atau berita acara pe
meriksaan dari pihak Kepolisian Negara Republik Indonesi
a.
• Janda/duda atau anak PNS diberikan hak kepegawaian se
suai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemberhentian Karena Hilang (2)

• Dalam hal PNS yang hilang ditemukan kembali dan masih


hidup, dapat diangkat kembali sebagai PNS sepanjang yan
g bersangkutan belum mencapai BUP.
• Pengangkatan kembali dilakukan setelah PNS yang bersan
gkutan diperiksa oleh PPK dan pihak Kepolisian Negara R
epublik Indonesia.
• Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan terbukti hilang k
arena kemauan dan kemampuan yang bersangkutan, PNS
yang bersangkutan dijatuhi hukuman disiplin sesuai denga
n ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemberhentian Karena Hilang (3)

• Dalam hal PNS yang hilang ditemukan kembali dan telah


mencapai BUP, PNS yang bersangkutan diberhentikan den
gan hormat dan diberikan hak kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Pemberhentian setelah dilakukan pemeriksaan oleh PPK d
an pihak Kepolisian Negara Republik Indonesia.
• Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan terbukti hilang k
arena kemauan dan kemampuan yang bersangkutan, PNS
yang bersangkutan wajib mengembalikan hak kepegawaia
n yang telah diterima oleh janda/duda atau anaknya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemberhentian karena Melakukan
Tindak Pidana/ Penyelewengan (1)

• PNS dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak diberhentikan kare


na dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memi
liki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan hu
kuman pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang di
lakukan tidak berencana.
• PNS yang dipidana dengan pidana penjara 2 (dua) tahun atau lebih be
rdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tet
ap karena melakukan tindak pidana tidak dengan berencana, tidak dib
erhentikan sebagai PNS apabila :
a. perbuatannya tidak menurunkan harkat dan martabat dari PNS;
b. mempunyai prestasi kerja yang baik;
c. tidak mempengaruhi lingkungan kerja setelah diaktifkan kembali;
dan
d. tersedia lowongan Jabatan.
Pemberhentian karena Melakukan
Tindak Pidana/ Penyelewengan (2)

• PNS dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak diberhentikan kare


na dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memi
liki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan hu
kuman pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang di
lakukan tidak berencana.
• PNS yang dipidana dengan pidana penjara 2 (dua) tahun atau lebih be
rdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tet
ap karena melakukan tindak pidana tidak dengan berencana, tidak dib
erhentikan sebagai PNS apabila :
a. perbuatannya tidak menurunkan harkat dan martabat dari PNS;
b. mempunyai prestasi kerja yang baik;
c. tidak mempengaruhi lingkungan kerja setelah diaktifkan kembali;
dan
d. tersedia lowongan Jabatan.
Pemberhentian karena Melakukan
Tindak Pidana/ Penyelewengan (3)

• PNS yang dipidana dengan pidana penjara kurang dari 2 (dua) tahun b
erdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum t
etap karena melakukan tindak pidana tidak dengan berencana, tidak di
berhentikan sebagai PNS apabila tersedia lowongan Jabatan.
• PNS yang tidak diberhentikan, selama yang bersangkutan menjalani pi
dana penjara maka tetap bersatus sebagai PNS dan tidak menerima h
ak kepegawaiannya sampai diaktifkan kembali sebagai PNS.
• PNS diaktilkan kembali sebagai PNS apabila tersedia lowongan Jabat
an.
• Dalam hal tidak tersedia lowongan jabatan dalam jangka waktu paling l
ama 2 (dua) tahun, PNS yang bersangkutan diberhentikan dengan hor
mat.
• PNS yang menjalani pidana penjara dan sudah berusia 58 (lima puluh
delapan) tahun, diberhentikan dengan hormat.
Pemberhentian karena Melakukan
Tindak Pidana/ Penyelewengan (4)

PNS diberhentikan tidak dengan hormat apabila :


a. melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. dipidana dengan pidana penjara atau kurungan berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakuk
an tindak pidana kejahatan Jabatan atau tindak pidana kejahatan yang
ada hubungannya dengan Jabatan dan/ atau pidana umum;
c. menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; atau
d. dipidana dengan pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yan
g telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidan
a dengan hukuman pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pi
dana yang dilalukan dengan berencana.
Pemberhentian karena Melakukan
Tindak Pidana/ Penyelewengan (5)

• PNS yang dipidana dengan pidana penjara kurang


dari 2 (dua) tahun berdasarkan putusan pengadila
n yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karen
a melakukan tindak pidana dengan berencana, dib
erhentikan dengan hormat tidak atas permintaan s
endiri sebagai PNS.
• Pemberhentian karena melakukan tindak pidana d
itetapkan terhitung mulai akhir bulan sejak putusa
n pengadilan atas perkaranya yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap.
Pemberhentian karena Pelanggaran Disiplin

• PNS diberhentikan dengan hormat tidak ata


s permintaan sendiri apabila melakukan pel
anggaran disiplin PNS tingkat berat.
• Pemberhentian dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan y
ang mengatur mengenai disiplin PNS.
Pemberentian Karena Menjadi
Pejabat Negara yang Dipilh (1)

PNS wajib mengundurkan diri sebagai PNS p


ada saat ditetapkan sebagai calon Presiden d
an Wakil presiden,Ketua, Wakil Ketua, dan An
ggota Dewan perwakilan Rakrat, Ketua, Wakil
Ketua, dan Anggota Dewan Perwakilan Daera
h, Gubernur dan Wakil Gubernur, atau Bupati/
Walikota dan Wakil Bupati/Wakil Walikota oleh
lembaga yang bertugas melaksanakan pemili
han umum.
Pemberentian Karena Menjadi
Pejabat Negara yang Dipilh (2)

• Pernyataan pengunduran diri yang diajukan oleh


PNS tidak dapat ditarik kembali.
• PNS yang mengundurkan diri diberhentikan denga
n hormat sebagai PNS.
• PNS yang melanggar kewajiban sebagaimana dim
aksud pada ayat (1) diberhentikan dengan hormat
sebagai PNS.
• Pemberhentian dengan hormat sebagai PNS berla
ku terhitung mulai akhir bulan sejak PNS yang ber
sangkutan ditetapkan sebagai calon pejabat negar
a tersebut.
Pemberhentian karena Menjadi
Anggota dan/atau Pengurus Partai Politik

• PNS dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai p


olitik.
• PNS yang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politi
k wajib mengundurkan diri secara tertulis.
• PNS yang mengundurkan diri diberhentikan dengan horma
t sebagai PNS terhitung mulai akhir bulan pengunduran diri
PNS yang bersangkutan.
• PNS yang melanggar larangan sebagaimana dimaksud dib
erhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS.
• PNS yang menjadi anggota dan/ atau pengurus partai politi
k diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS terhitun
g mulai akhir bulan PNS yang bersangkutan menjadi angg
ota dan/ atau pengurus partai politik.
Pemberhentian karena Tidak Menjabat Lagi
Sebagai Pejabat Negara (1)

PNS yang tidak menjabat lagi sebagai ketua, wakil k


etua, dan anggota Mahkamah Konstitusi, ketua, wak
il ketua, dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan, k
etua, wakil ketua, dan anggota Komisi Yudisial, ketu
a dan wakil ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, m
enteri dan jabatan setingkat menteri, kepala perwakil
an Republik Indonesia di Luar Negeri yang berkedud
ukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa
Penuh, diberhentikan dengan hormat sebagai PNS a
pabila dalam waktu paling lama 2 (dua) tahun tidak t
ersedia lowongan Jabatan.
Pemberhentian karena Tidak Menjabat Lagi
Sebagai Pejabat Negara (2)

• Selama menunggu tersedianya lowongan Jabatan


sesuai dengan kompetensi dan kualilikasi PNS, di
aktifkan kembali sebagai PNS dan diberikan peng
hasilan sebesar 50% (lima puluh persen) dari pen
ghasilan Jabatan terakhir sebagai PNS sebelum di
angkat sebagai pejabat negara sesuai dengan ket
entuan peraturan perundang-undangan.
• Pemberhentian dengan hormat sebagai PNS terhit
ung mulai akhir bulan sejak 2 (dua) tahun tidak ter
sedia lowongan Jabatan.
Pemberhentian Karena Hal Lain (1)

• PNS yang telah selesai menjalankan cuti di luar tanggunga


n negara wajib melaporkan diri secara tertulis kepada insta
nsi induknya.
• Batas waktu melaporkan diri secara tertulis paling lama 1
(satu) bulan setelah selesai menjalankan cuti di luar tangg
ungan negara.
• PNS yang tidak melaporkan diri secara tertulis sebagaiman
a dimaksud pada ayat (1), diberhentikan dengan hormat se
suai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• PNS yang melaporkan diri, tetapi tidak dapat diangkat dala
m Jabatan pada instansi induknya, disalurkan pada instans
i lain.
Pemberhentian Karena Hal Lain (2)

• Penyaluran pada instansi lain dilakukan oleh PPK


setelah berkoordinasi dengan Kepala BKN
• PNS yang melaporkan diri diaktifkan kembali seba
gai PNS sesuai Jabatan yang tersedia..
• PNS yang tidak dapat disalurkan dalam waktu pali
ng lama I (satu) tahun diberhentikan dengan horm
at sebagai PNS.
• PNS yang diberhentikan dengan hormat karena tid
ak dapat disalurkan diberikan hak kepegawaian se
suai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemberhentian Karena Hal Lain (3)

• PNS yang terbukti menggunakan ijazah palsu dalam p


embinaan kepegawaian diberhentikan dengan hormat
• PNS yang telah selesai menjalankan tugas belajar waj
ib melapor kepada PPK paling lama 15 (lima belas) ha
ri kerja sejak berakhirnya masa tugas belajar.
• Dalam hal PNS tidak melapor kepada PPK, PNS yang
bersangkutan diberhentikan dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri dan dikenakan sanksi sesuai deng
an ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sistem Informasi Manajemen
Pemberhentian dan Pensiun

• Sistem informasi manajemen pemberhentian dan pensiun


secara nasional dikelola oleh BKN berdasarkan informasi d
an data pengelolaan
• Instansi Pemerintah wajib memutakhirkan informasi dan da
ta PNS melalui sistem informasi manajemen pemberhentia
n dan pensiun
• BKN melakukan verifikasi terhadap informasi dan data pen
gelolaan pensiun untuk pemberian pertimbangan teknis pe
nsiun PNS kepada Instansi Pemerintah.
• Sistem informasi manajemen pemberhentian dan pensiun
merupakan bagian dari Sistem Informasi ASN.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi manajem
en pemberhentian dan pensiun diatur dengan Peraturan K
epala BKN.
PEMBERHENTIAN
SEMENTARA
• DIANGKAT MENJADI PEJABAT NEGA
RA
• DIANGKAT MENJADI KOMISIONER/AN
GGOTA LNS
• DITAHAN KARENA MENJADI TERSAN
GKA TINDAK PIDANA
PEJABAT NEGARA DIBEREHENTIKAN SEMENTARA (1)

a. Ketua, wakil ketua, dan anggota mahkamah konstitus


i;
b. Ketua, wakil ketua, dan anggota badan pemeriksa ke
uangan;
c. Ketua, wakil ketua, dan anggota komisi yudisial;
d. Ketua dan wakil ketua komisi pemberantasan tindak
pidana korupsi;
e. Menteri dan jabatan setingkat menteri; dan
f. Kepala perwakilan republik indonesia di luar negeri y
ang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa da
n Berkuasa penuh,kecuali berasal dari JF Diplomat
PEJABAT NEGARA DIBEREHENTIKAN SEMENTARA (2)

• Pemberhentian sementara bagi pejabat negara, komisioner, ata


u anggota lembaga nonstruktural berlaku sejak yang bersangkut
an dilantik dan berakhir pada saat selesainya masa tugas sebag
ai pejabat negara, komisioner, atau anggota lembaga nonstruktu
ral.
• PNS yang telah selesai masa tugas sebagai pejabat negara, ko
misioner, atau anggota lembaga nonstruktural melapor kepada
PPK paling lama 1 (satu) bulan sejak selesainya masa tugas.
• PNS yang diberhentikan sementara sebagai pejabat negara, ko
misioner, atau anggota lembaga nonstruktural tidak diberikan pe
nghasilan sebagai PNS pada bulan berikutnya sejak dilantik seb
agai pejabat negara, komisioner, atau anggota lembaga nonstru
ktural
PEMBERHENTIAN SEMENTARA KARENA
MENJADI TERSANGKA TINDAK PIDANA

• Pemberhentian sementara berlaku akhir bulan sejak PNS ditahan


• Apabila dinyatakan tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan ya
ng mempunyai kekuatan hukum tetap, melapor kepada PPK paling la
ma 1 (satu) bulan sejak putusan pengadilan yang mempunyai kekuata
n hukum tetap.
• selama diberhentikan sementara tidak diberikan penghasilan
• Diberikan uang pemberhentian sementara sebesar 50% (lima puluh pe
rsen) dari penghasilan jabatan terakhir sebagai PNS sebelum diberhen
tikan sementara pada bulan berikutnya sejak ditetapkannya pemberhe
ntian sementara.
• Pemberhentian sementara berlaku sejak dikenakan penahanan sampa
i dengan:
a. dibebaskannya tersangka dengan surat perintah penghentian pen
yidikan atau penuntutan oleh pejabat yang berwenang; atau
b. ditetapkannya putusan pengadilan yang telah mempunyai keku
atan hukum tetap
.
PEMBERHENTIAN SEMENTARA KARENA
MENJADI TERSANGKA TINDAK PIDANA

• Pemberhentian sementara berlaku akhir bulan sejak PNS ditaha


n
• PNS yang dinyatakan tidak bersalah berdasarkan putusan peng
adilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap, melapor kepada
PPK paling lama 1 (satu) bulan sejak putusan pengadilan yang
mempunyai kekuatan hukum tetap.
• PNS selama diberhentikan sementara tidak diberikan penghasil
an
• PNS yang diberhentikan sementara diberikan uang pemberhenti
an sementara sebesar 50% (lima puluh persen) dari penghasila
n jabatan terakhir sebagai PNS sebelum diberhentikan sementar
a sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
PEMBERHENTIAN SEMENTARA KARENA
MENJADI TERSANGKA TINDAK PIDANA

• PNS yang dikenakan pemberhentian sementara pada saat mencapai


Batas Usia Pensiun:
a. apabila belum ada putusan pengadilan yang telah mempunyai kek
uatan hukum tetap, diberikan penghasilan sebesar 75% (tujuh pulu
h lima persen) dari hak pensiun;
b. apabila berdasarkan putusan pengadilan dinyatakan tidak bersala
h, diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan mendapat h
ak kepegawaian dengan memperhitungkan uang pemberhentian s
ementara yang sudah diterima, terhitung sejak akhir bulan dicapai
nya Batas Usia Pensiun;
c. apabila berdasarkan putusan pengadilan dinyatakan bersalah mel
akukan tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (du
a) tahun dan tidak berencana, diberhentikan dengan hormat sebag
ai PNS dengan mendapat hak kepegawaian terhitung sejak akhir b
ulan yang bersangkutan mencapai BUP dan hak atas pensiun diba
yarkan mulai bulan berikutnya; dan
PEMBERHENTIAN SEMENTARA KARENA
MENJADI TERSANGKA TINDAK PIDANA

d. apabila berdasarkan putusan pengadilan dinyatakan bersalah melaku


kan tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun
dan tidak berencana, diberhentikan dengan hormat sebagai PNS den
gan mendapat hak kepegawaian terhitung sejak akhir bulan yang ber
sangkutan mencapai Batas Usia Pensiun dan hak atas pensiun dibay
arkan mulai bulan berikutnya; dan
e. apabila berdasarkan putusan pengadilan dinyatakan bersalah melaku
kan tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun
dan berencana, diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS den
gan mendapat hak kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, terhitung sejak akhir bulan yang bersangkutan
mencapai Batas Usia Pensiun dan tidak mengembalikan penghasilan
yang telah dibayarkan.
f. apabila PNSmeninggal dunia sebelum ada putusan pengadilan yang t
elah mempunyai kekuatan hukum tetap,diberhentikan dengan hormat
sebagai PNS dengan mendapat hak kepegawaian sesuai dengan ket
entuan peraturan perundang-undangan.
PENGAKTIFAN KEMBALI

1. PNS diaktifkan kembali apabila menjadi :


a. tersangka tindak pidana ditahan pada tingkat penyidikan, da
n menurut Kepolisian Negara Republik Indonesia yang bersa
ngkutan dihentikan dugaan tindak pidananya;
b. tersangka tindak pidana ditahan pada tingkat penuntutan, da
n menurut Jaksa yang bersangkutan dihentikan penuntutann
ya;
c. terdakwa tindak pidana ditahan pada tingkat pemeriksaan, d
an menurut putusan pengadilan yang telah berkekuatan huk
um tetap, dinyatakan tidak bersalah atau dilepaskan dari seg
ala tuntutan,
2. PNS yang diaktifkan kembali diberikan penghasilan yang dib
ayarkan sejak diangkat dalam Jabatan
UANG TUNGGU DAN UANG PENGABDIAN (1)

• Uang tunggu diberikan setiap tahun untuk paling lama 5 (Iima) tahun.
• Uang tunggu diberikan dengan ketentuan:
a. 100% (seratus persen) dari gaji, untuk tahun pertama; dan
b. 80% (delapan puluh persen) dari gaji untuk tahun selanjutnya,
• Besarnya uang tunggu tidak boleh kurang dari gaji terendah sesuai de
ngan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Uang tunggu diberikan mulai bulan berikutnya terhitung sejak tanggal
PNS yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat dari Jabatanny
a.
• PNS yang menerima uang tunggu wajib melaporkan diri kepada PPK
melalui grB paling lambat 1 (satu) bulan sebelum berakhirnya pemberi
an uang tunggu.
UANG TUNGGU DAN UANG PENGABDIAN (2)

• PNS yang menerima uang tunggu, dapat diangkat kembali dalam Jaba
tan apabila ada lowongan.
• PNS yang menerima uang tunggu yang menolak untuk diangkat kemb
ali dalam Jabatan, diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri sebagai PNS pada akhir bulan yang bersangkutan menolak unt
uk diangkat kembali
• PNS yang menerima uang tunggu, dapat diangkat kembali dalam Jaba
tan apabila ada lowongan.
• PNS yang menerima uang tunggu yang menolak untuk diangkat kemb
ali dalam Jabatan, diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri sebagai PNS pada akhir bulan yang bersangkutan menolak unt
uk diangkat kembali
• PNS yang menerima uang tunggu dan diangkat kembali dalam Jabata
n, dicabut pemberian uang tunggunya terhitung sejak pengangkatanny
a, dan yang bersangkutan menerima penghasilan penuh sebagai PNS.
UANG TUNGGU DAN UANG PENGABDIAN (3)

• PNS yang tidak dapat disalurkan pada Instansi Pemerintah


lain karena perampingan organisasi atau kebijakan pemeri
ntah diberikan uang tunggu.
• PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada saat mas
a uang tunggu berakhir, memiliki masa kerja pensiun kuran
g dari 10 (sepuluh) tahun diberhentikan dengan hormat da
n diberi uang pengabdian sesuai dengan ketentuan peratur
an perundang-undangan.
• Besar uang pengabdian adalah 6 (enam) kali masa kerja k
ali gaji terakhir yang diterima
Selain Gaji (Pasal 79), PNS juga menerima Tunjangan & Fasilitas

Tunjangan terdiri dari: Tunjangan Kinerja & Tunjangan Kemahalan

Sistem
Gaji Penggajian Fasilitas
ASN

Tunjangan

Tunjangan Tunjangan
Kinerja Kemahalan
JAMINAN PENSIUN DAN JAMINAN HARI TUA (1)

• PNS yang berhenti bekerja berhak atas jaminan pensiun d


an jaminan hari tua PNS sesuai dengan ketentuan peratur
an perundang-undangan.
• Jaminan pensiun PNS dan jaminan hari tua PNS diberikan
sebagai perlindungan kesinambungan penghasilan hari tu
a, sebagai hak dan sebagai penghargaan atas pengabdian
PNS.
• Jaminan pensiun dan jaminan hari tua PNS mencakup jami
nan pensiun dan jaminan hari tua yang diberikan dalam pr
ogram jaminan sosial nasional.
• Sumber pembiayaan jaminan pensiun dan jaminan hari tua
PNS berasal dari pemerintah selaku pemberi kerja dan iura
n PNS yang bersangkutan.
JAMINAN PENSIUN DAN JAMINAN HARI TUA (2)

• Jaminan pensiun PNS diberikan kepada:


a. PNS yang diberhentikan dengan hormat karena mening
gal dunia;
b. PNS yang diberhentikan dengan hormat atas permintaa
n sendiri apabila telah berusia 45 (empat puluh lima) ta
hun dan masa kerja paling sedikit 2O (dua puluh) tahu
n;
c. PNS yang diberhentikan dengan hormat karena menca
pai Batas Usia Pensiun apabila telah memiliki masa kerj
a untuk pensiun paling sedikit 10 (sepuluh) tahun;
JAMINAN PENSIUN DAN JAMINAN HARI TUA (3)

d. PNS yang diberhentikan dengan hormat karena perampingan o


rganisasi atau kebijalan pemerintah yang mengakibatkan pensi
un dini apabila telah berusia paling sedikit 50 (lima puluh) tahun
dan masa kerja paling sedikit l0 (sepuluh) tahun;
e. PNS yang diberhentikan dengan hormat karena dinyatakan tida
k dapat bekerja lagi dalam Jabatan apapun karena keadaan jas
mani dan/ atau rohani yang disebabkan oleh dan karena menjal
ankan kewajiban Jabatan tanpa mempertimbangkan usia dan
masa kerja; atau
f. PNS yang diberhentikan dengan hormat karena dinyatakan tida
k dapat bekerja lagi dalam Jabatan apapun karena keadaan jas
mani dan/ atau rohani ng tidak disebabkan oleh dan karena m
enjalankan kewajiban Jabatan apabila telah memiliki masa kerj
a untuk pensiun paling singkat 4 (empat) tahun
PERLINDUNGAN

Jaminan kesehatan
diberikan on top dari
Jaminan kecelakaan kerja program jaminan sosial
nasional
Jaminan kematian

Bantuan hukum
dalam perkara yang dihadapi di pengadilan
terkait pelaksanaan tugasnya
CUTI

a. Cuti Tahunan;
b. Cuti Besar;
c. Cuti Sakit;
d. Cuti Melahirkan;
e. Cuti Karena Alasan Penting;
f. Cuti Bersama;
g. Cuti Di Luar Tanggungan Negara.
CUTI TAHUNAN (1)

• PNS dan calon PNS yang telah bekerja paling kurang I (sat
u) tahun secara terus menerus berhak atas cuti tahunan.
• Lamanya hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud pa
da ayat (1) adalah 12 (dua belas) hari kerja.
• Untuk menggunakan hak atas cuti tahunan, PNS atau calo
n PNS yang bersangkutan mengajukan permintaan secara
tertulis kepada PPK atau pejabat yang menerima delegasi
wewenang untuk memberikan hak atas cuti tahunan.
• Hak atas cuti tahunan diberikan secara tertulis oleh PPK at
au pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk mem
berikan hak atas cuti tahunan.
CUTI TAHUNAN (2)

• Dalam hal hak atas cuti tahunan yang akan digunakan di te


mpat yang sulit perhubungannya, jangka waktu cuti tahuna
n tersebut dapat ditambah untuk paling lama 12 (dua bela
s) hari kalender
• Hak atas cuti tahunan yang tidak digunakan dalam tahun y
ang bersangkutan, dapat digunakan dalam tahun berikutny
a untuk paling lama 18 (delapan belas) hari kerja termasuk
cuti tahunan dalam tahun berjalan.
• Hak atas cuti tahunan yang tidak digunakan 2 (dua) tahun
atau lebih berturut-turut, dapat digunakan dalam tahun beri
kutnya untuk paling lama 24 (dua puluh empat) hari kerja t
ermasuk hak atas cuti tahunan dalam tahun berjalan.
CUTI TAHUNAN (3)

• Hak atas cuti tahunan dapat ditangguhkan penggunaannya


oleh PPK atau pejabat yang menerima delegasi wewenang
untuk memberikan hak atas cuti untuk paling lama 1 (satu)
tahun, apabila kepentingan dinas mendesak.
• Hak atas cuti tahunan yang ditangguhkan dapat digunakan
dalam tahun berikutnya selama 24 (dua puluh empat) hari
kerja termasuk hak atas cuti tahunan dalam tahun berjalan.
• PNS yang menduduki Jabatan guru pada sekolah dan Jab
atan dosen pada perguruan tinggi yang mendapat liburan
menurut peraturan perundang-undangan, disamakan deng
an PNS yang telah menggunakan hak cuti tahunan.
CUTI BESAR (1)

• PNS yang telah bekerja paling singkat 5 (lima) tahun secar


a terus menerus berhak atas cuti besar lama 3 (tiga) bulan
• Ketentuan paling singkat 5 (lima) tahun secara terus mener
us dikecualikan bagi PNS yang masa kerjanya belum 5 (lim
a) tahun, untuk kepentingan agama.
• PNS yang menggunakan hak atas cuti besar tidak berhak
atas cuti tahunan dalam tahun yang bersangkutan.
• Untuk mendapatkan hak atas cuti besar, PNS yang bersan
gkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada PP
K atau pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk
memberikan hak atas cuti besar.
CUTI BESAR (2)

• PNS yang telah bekerja paling singkat 5 (lima) tahun secara terus men
erus berhak atas cuti besar lama 3 (tiga) bulan
• Ketentuan paling singkat 5 (lima) tahun secara terus menerus dikecual
ikan bagi PNS yang masa kerjanya belum 5 (lima) tahun, untuk kepent
ingan agama.
• PNS yang menggunakan hak atas cuti besar tidak berhak atas cuti tah
unan dalam tahun yang bersangkutan.
• Untuk mendapatkan hak atas cuti besar, PNS yang bersangkutan men
gajukan permintaan secara tertulis kepada PPK atau pejabat yang me
nerima delegasi wewenang untuk memberikan hak atas cuti besar..
• Hak cuti besar dapat ditangguhkan penggunaannya untuk paling lama
1 (satu) tahun apabila kepentingan dinas mendesak, kecuali untuk kep
entingan agama.
• Selama menggunakan hak atas cuti besar, PNS yang bersangkutan m
enerima penghasilan PNS.
CUTI SAKIT (1)

• Setiap PNS yang menderita sakit berhak atas cuti sakit.


• PNS yang sakit lebih dari 1 (satu) hari sampai dengan 14 (empa
t belas) hari berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan PNS yang
bersangkutan harus mengajukan permintaan secara tertulis den
gan melampirkan surat keterangan dokter.
• PNS yang menderita sakit lebih dari 14 (empat belas) hari berha
k atas cuti sakit untuk waktu paling lama 1 (satu) tahun., dengan
ketentuan PNS yang bersangkutan harus mengajukan perminta
an secara tertulis dengan melampirkan surat keterangan dokter
pemerintah.
• Apabila dalam jangka waktu 1 tahun belum sembuh, maka dapa
t ditambah untuk paling lama 6 (enam) bulan apabila diperlukan,
berdasarkan surat keterangan tim penguji kesehatan yang diteta
pkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintaha
n di bidang kesehatan.
CUTI SAKIT (2)

• PNS yang tidak sembuh dari penyakitnya dalam jangka waktu 1 1/2 tah
un, harus diuji kembali kesehatannya oleh tim penguji kesehatan yang
ditetapkan oleh menteri yzulg menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang kesehatan.
• Apabila berdasarkan hasil pengujian kesehatan PNS belum sembuh da
ri penyakitnya, PNS yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat d
ari Jabatannya karena sakit dengan mendapat uang tunggu sesuai den
gan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• PNS yang mengalami gugur kandungan berhak atas cuti sakit untuk pal
ing lama 1 1/2 (satu setengah) bulan. Dengan melampirkan surat keter
angan dokter atau bidan.
• PNS yang mengalami kecelakaan dalam dan oleh karena menjalankan
tugas kewajibannya sehingga yang bersangkutan perlu mendapat pera
watan berhak atas cuti sakit sampai yang bersangkutan sembuh dari p
enyakitnya.
Cuti Melahirkan

• Untuk kelahiran anak pertama sampai dengan kela


hiran anak ketiga pada saat menjadi PNS, berhak
atas cuti melahirkan.
• Untuk kelahiran anak keempat dan seterusnya, ke
pada PNS diberikan cuti besar.
• Lamanya cuti melahirkan 3 (tiga) bulan.
• Selama cuti bersalin PNS menerima penghasilan
CUTI KARENA ALASAN PENTING (1)

• Diberikan kepada PNS karena :


a. ibu, bapak, isteri atau suami, anak, adik, kakak, mertua,
atau menantu salit keras atau meninggal dunia;
b. salah seorang anggota keluarga yang dimaksud pada hu
ruf a meninggal dunia, dan menurut peraturan perundan
g-undangan PNS yang bersangkutan harus mengurus h
ak-hak dari anggota keluarganya yang meninggal dunia;
atau
c. Melangsungkan perkawinan.
• PNS yang ditempatkan pada perwakilan Republik Indonesi
a yang rawan dan/ atau berbahaya dapat mengajukan cuti
karena alasan penting guna memulihkan kondisi kejiwaan P
NS yang bersangkutan
CUTI KARENA ALASAN PENTING (2)

• Diberikan kepada PNS karena :


a. ibu, bapak, isteri atau suami, anak, adik, kakak, mertua, atau
menantu salit keras atau meninggal dunia;
b. salah seorang anggota keluarga yang dimaksud pada huruf a
meninggal dunia, dan menurut peraturan perundang-undanga
n PNS yang bersangkutan harus mengurus hak-hak dari angg
ota keluarganya yang meninggal dunia; atau
c. melangsungkan perkawinan.
• PNS yang ditempatkan pada perwakilan Republik Indonesia yan
g rawan dan/ atau berbahaya dapat mengajukan cuti karena alas
an penting guna memulihkan kondisi kejiwaan PNS yang bersan
gkutan
• Cuti karena alasan penting diberikan untuk paling lama 1 (satu) b
ulan
CUTI BERSAMA

• Presiden dapat menetapkan cuti bersama.


• Cuti bersama tidak mengurangi hak cuti tahunan.
• PNS yang karena Jabatannya tidak diberikan hak
atas cuti bersama, hak cuti tahunannya ditambah s
esuai dengan jumlah cuti bersama yang tidak diber
ikan.
• Cuti bersama ditetapkan dengan Keputusan Presid
en.
CUTI DI LUAR TANGGUNGAN NEGARA (1)

• PNS yang telah bekerja paling singkat 5 (lima) tahun secar


a terus-menerus karena alasan pribadi dan mendesak dapa
t diberikan cuti di luar tanggungan negara.
• Cuti di luar tanggungan negara dapat diberikan untuk paling
lama 3 (tiga) tahun.
• Jangka waktu cuti di luar tanggungan negara dapat diperpa
njang paling lama I (satu) tahun apabila ada alasan-alasan
yang penting untuk memperpanjangnya.
• Cuti di luar tanggungan negara mengakibatkan PNS yang b
ersangkutan diberhentikan dari Jabatannya.
• Jabatan yang menjadi lowong karena pemberian cuti di luar
tanggungan negara harus diisi.
CUTI DI LUAR TANGGUNGAN NEGARA (2)

• Untuk mendapatkan cuti di luar tanggungan negara, PNS y


ang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis k
epada PPK disertai dengan alasan.
• Cuti di luar tanggungan negara hanya dapat diberikan deng
an surat keputusan PPK setelah mendapat persetujuan dari
Kepala BKN.
• PPK tidak dapat mendelegasikan kewenangan pemberian c
uti di luar tanggungan negara.
• Permohonan cuti di luar tanggungan negara dapat ditolak.
• Selama menjalankan cuti di luar tanggungan negara, PNS y
ang bersangkutan tidak menerima penghasilan PNS.
• Selama menjalankan cuti di luar tanggungan negara tidak d
iperhitungkan sebagai masa kerja PNS.
KETENTUAN LAIN-LAIN (1)

• Selama menjadi pejabat negara dan pimpinan atau anggota


lembaga nonstruktural, masa kerja sebagai pejabat negara
dan pimpinan atau anggota lembaga nonstruktural tidak dip
erhitungkan sebagai masa kerja PNS.
• PNS yang diangkat menjadi pejabat negara dan pimpinan a
tau anggota lembaga nonstruktural berhak atas penghasila
n sebagai pejabat negara dan pimpinan atau anggota lemb
aga nonstruktural sesuai dengan ketentuan peraturan peru
ndang-undangan
• PNS yang diangkat menjadi pejabat negara dan pimpinan a
tau anggota lembaga nonstruktural tidak dibayarkan pengh
asilan sebagai PNS
MASA PERSIAPAN PENSIUN

• PNS yang akan mencapai Batas Usia Pensiun, sebelum dib


erhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan hak pensiu
n, dapat mengambil masa persiapan pensiun dan dibebask
an dari Jabatan ASN untuk jangka waktu paling lama 1 (sat
u) tahun.
• Selama masa persiapan pensiun, PNS yang bersangkutan
mendapat uang masa persiapan pensiun setiap bulan sebe
sar 1 (satu) kali penghasilan PNS terakhir yang diterima.
• Dalam hal ada alasan kepentingan dinas mendesak, permo
honan masa persiapan pensiun PNS dapat ditolak atau dita
ngguhkan
KETENTUAN PERALIHAN

• Calon PNS dengan masa kerja lebih dari 1 (satu) tahun dan
belum mengikuti pelatihan prajabatan sampai dengan Pera
turan Pemerintah ini ditetapkan, wajib mengikuti pelatihan p
rajabatan berdasarkan Peraturan Pemerintah ini dalam jang
ka waktu paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku.
• Pangkat dan golongan ruang PNS yang sudah ada pada sa
at Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, tetap berlaku sa
mpai dengan diberlakukannya ketentuan mengenai gaji dan
tunjangan berdasarkan Peraturan Pemerintah mengenai ga
ji dan tunjangan sebagai pelaksanaan Undang-Undang No
mor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
KETENTUAN PERALIHAN

• PNS yang berusia di atas 60 (enam puluh) tahun dan seda


ng menduduki JF ahli madya, yang sebelum Peraturan Pe
merintah ini mulai berlaku Batas Usia Pensiunnya ditetapka
n 65 (enam puluh lima) tahun, Batas Usia Pensiunnya tetap
65 (enam puluh lima) tahun.
• PNS yang berusia di atas 58 (lima puluh delapan) tahun da
n sedang menduduki JF ahli pertama, JF ahli muda, dan JF
penyelia, yang sebelum Peraturan Pemerintah ini mulai berl
aku Batas Usia Pensiunnya ditetapkan 60 (enam puluh) tah
un, Batas Usia Pensiunnya tetap 60 (enam puluh) tahun.
KETENTUAN PERALIHAN

• PNS yang berusia di atas 60 (enam puluh) tahun dan seda


ng menduduki JF ahli madya, yang sebelum Peraturan Pe
merintah ini mulai berlaku Batas Usia Pensiunnya ditetapka
n 65 (enam puluh lima) tahun, Batas Usia Pensiunnya tetap
65 (enam puluh lima) tahun.
• PNS yang berusia di atas 58 (lima puluh delapan) tahun da
n sedang menduduki JF ahli pertama, JF ahli muda, dan JF
penyelia, yang sebelum Peraturan Pemerintah ini mulai berl
aku Batas Usia Pensiunnya ditetapkan 60 (enam puluh) tah
un, Batas Usia Pensiunnya tetap 60 (enam puluh) tahun.
KETENTUAN PERALIHAN

• PNS yang telah menduduki JPT tetapi belum memenuhi persyar


atan Jabatan berdasarkan Peraturan Pemerintah ini, wajib meme
nuhi persyaratan Jabatan dalam jangka waktu paling lama 2 (du
a) tahun terhitung sejak tanggal Peraturan Pemerintah ini mulai b
erlaku.
• Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, PNS yang se
dang menjalani pemberhentian sementara yang ditahan karena
menjadi tersangka atau terdakwa tetap menerima penghasilan P
NS sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sa
mpai dengan selesainya masa pemberhentian sementara.
• PNS yang sedang menjalankan cuti berdasarkan Peraturan Pem
erintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil
sisa masa cutinya berlaku sesuai dengan ketentuan dalam Perat
uran Pemerintah ini.
PERATURAN YANG DICABUT

• Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pembe


rhentian/Pemberhentian Sementara Pegawai Negeri sepanj
ang mengenai ketentuan yang berkaitan dengan PNS.
• Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang Sump
ah/Janji Pegawai Negeri Sipil
• Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti
Pegawai Negeri Sipil
• Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1979 tentang Dafta
r Urutan Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil
• Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemb
erhentian Pegawai Negeri Sipil
PERATURAN YANG DICABUT

• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun


1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipi
• Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1997 tentang Pega
wai Negeri Sipil Yang Menduduki Jabatan Rangkap
• Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Form
asi Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2003
• Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 Jo Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002 tentang Pengadaan Peg
awai Negeri Sipil
• Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 jo Peraturan
Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002 tentang Kenaikan Pangk
at Pegawai Negeri Sipil
PERATURAN YANG DICABUT

• Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 jo Pemerintah No


mor 13 Tahun 2OO2 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil
Dalam Jabatan Struktural
• Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidika
n dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil
• Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2001 tentang Pengalihan
Status Anggota Tentara Nasional Indonesia dan Anggota Kepolisi
an Negara Republik Indonesia Menjadi PNSUntuk Menduduki Ja
batan Struktural
• Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 jo Peraturan Pemeri
ntah Nomor 63 Tahun 2009 tentang Wewenang Pengangkatan, P
emindahan, dan Pemberhentian PNS
• Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014 tentang Pemberhe
ntian PNS Yang Mencapai BUP BagI Pejabat Fungsional
KETENTUAN PENUTUP

Peraturan pelaksanaan dari peraturan perundangundangan y


ang mengatur mengenai penyusunan dan penetapan kebutuh
an, pengadaan, pangkat dan Jabatan, pengembangan karier,
pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan
tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pe
nsiun dan jaminan hari tua, dan perlindungan, dinyatakan mas
ih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum dig
anti berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.
Peraturan Kepala BKN
(berdasarkan PP 11 2017)
No Pasal Nama Perka
1 Pasal 11 Tata Cara Pelaksanaan Penyusunan Kebutuhan PNS
2 Pasal 45 Petunjuk Teknis Pengadaan PNS
3 Pasal 63 Tata Cara Pelantikan dan Pengambilan Sumpah/Janji
Jabatan Administrator dan Jabatan Pengawas
4 Pasal 93 Tata Cara Pelantikan dan Pengambilan Sumpah/Janji JF
5 Pasal 141 Tata Cara Pelantikan dan Pengambilan Sumpah/Janji
Jabatan Pejabat Pimpinan Tinggi
6 Pasal 197 Tata Cara Pelaksanaan Mutasi
7 Pasal 260 ayat (5) Sistem Informasi Manajemen Pemberhentian dan Pensiun
8 Pasal 341 Tata Cara Pemberian Cuti
9 Pasal 350 ayat (5) Tata Cara Masa Persiapan Pensiun
10 Kewenangan Atribusi Tata Cara Pemberhentian PNS
11 Kewenangan Atribusi Pengangkatan Dalam Jabatan Administrasi
12 Kewenangan Atribusi Sistem Informasi ASN
Perka/Kepka BKN yg masih berlaku
(berdasarkan Ps 363 PP 11/2017)
NO. Nama TENTANG KET
Perka/Kepka BKN
1 a. Kepka 26 Th a. Ketentuan Pelaksanaan PP Masih berlaku sepanjang belum
2004 97/2000 tentang Formasi ditetapkannya Perka BKN yg mengatur
b. Perka 19 Th PNS jo. PP 54/2003 Tata Cara Pelaksanaan Penyusunan
2011 b. Pedoman Umum Kebutuhan PNS
Penyusunana Kebutuhan
PNS

2 Perka 9 Th 2012 Pedoman Pelaksanaan Masih berlaku sepanjang belum


Pengadaan Calon PNS ditetapkannya Perka BKN yang
mengatur Petunjuk Teknis Pengadaan
PNS
3 a. Kepka 12 Th a. Ketentuan Pelaksanaan PP Ketentuan mengenai Kenaikan pangkat
2002 99/2000 tentang Kenaikan Masih berlaku, sepanjang belum
b. Perka 33 Th Pangkat PNS jo. PP 12/2002 ditetapkannya PP yang mengatur
2011 b. Kenaikan Pangkat bagi PNS mengenai gaji dan tunjangan sebagai
c. Perka 25 Th yg memperoleh STTB/Ijazah pelaksanaan UU 5 Th 2014
2013 c. Pedoman Pemberian Pertek
KP Reguler PNS untuk
menjadi pembina tk I gol ru
IV/b ke bawah
NO. Nama TENTANG KET
Perka/Kepka
BKN
4 Kepka 13 Th a. Ketentuan Pelaksanaan PP Ketentuan mengenai mekanisme
2003 100/2000 tentang Pengangkatan pengangkatan dlm jab sturktural Masih
PNS dlm Jab. Struktural jo. PP berlaku, sepanjang bukan ketentuan
13/2002 yang mengatur persyaratan
pengangkatan dlm jabatan dan belum
ditetapkannya PP yang mengatur
mengenai Tim Penilai Kinerja sebagai
pelaksanaan UU 5 Th 2014

5 Perka 13 Th a. Petunjuk Teknis Pelaksanaan PP Masih berlaku sepanjang ketentuan


2003 9/2003 tentang Wewenang yang mengatur mengenai Prosedur
Pengangkatan, Pemndahan, dan sebagaimana dimaksud dalam angka IV
Pemberhentian PNS jo. PP Lampiran Perka dimaksud dan belum
63/2009 ditetapkannya Perka BKN mengenai
Tata Cara Pelaksanaan Mutasi
6 a. Kepka 14 a. Petunjuk Teknis Pemberhentian Masih berlaku sepanjang belum
Th 2003 dan Pemberian Pensiun PNS serta ditetapkannya Perka BKN tentang Tata
b. Perka 26 Pensiun Janda/Dudanya sebagai Cara Pemberhentian PNS dan Perka
Th 2013 Pelaksanaan PP 9 Th 2003 tentang Tata Cara MPP
b. Pedoman Pemberhentian dan
Pemberian Pensiun PNS yang
mencapai BUP yg akan
diberhentiakn dlm pangkat
Pembina Tk I golru IV b ke bawah
BKN

SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai