Anda di halaman 1dari 11

‫مبادي علم أصول الفقه‬ ‫الندوة العلمية بمعهد دار السعادة‬

AL-ISM (NAMA ILMU)


Nama disiplin ilmu ini yang paling populer adalah ushul fikih ( ‫)أصولا لفقه‬. Kata ushul
adalah bentuk jamak dari “ashl” yang artinya dasar atau asal. Oleh sebab itum
dinamai dengan ushul fikih, karena menjadi dasar lahirnya hukum-hukum Islam
yang tercakup dalam ilmu fikih. Sebagian ulama menyebutnya dengan nama “Ushul
Ahkam” yang mempunyai makna asal hukum-hukum. Penamaan semacam ini tertera
dalam kitab-kitab ushul fikih, seperti “al-Mustashfa fi ‘Ilmi al-Ushul” karya Imam
al-Ghazali (wafat 505 H), dan “al-Ihkam fi Ushul al-Ahkam” karya Imam al-Amidi
(wafat 631 H).
2. AL-TA’RIF (DEFINISI)
Istilah “Ushul Fikih” tersusun dari dua kata, yaitu: ushul (‫ )أصول‬dan fikih (‫)ا لفقه‬. Oleh
sebab itu, para pakar mendefinisikan dengan dua cara pandang. Pertama, “Ushul
Fikih” menjadi sebuah nama ilmu yang berangkat dari dua kata yang disandarkan
satu sama lain ‫ضافي‬
( ‫ب إل‬‫ف اعتبار ا لتركي ا‬
‫)ا لتع ري ب‬. Kedua, memandang “Ushul Fikih”
sebagai nama baku yang dimutlakkan untuk penyebutan disiplin ilmu ini. Penjelasan
keduanya, sebagai berikut.
3. AL-MAUDHU’ (POKOK
PEMAHASAN)
Pembahasan yang tercakup dalam ilmu ushul fikih pada intinya adalah mengenai
dalil-dalil yang bersifat global, tidak terperinci dalam satu masalah dalil.
4. AL-TSAMRAH (MANFAAT ATAU HASIL)

Berikut ini beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari mempelajari ushul fikih:
Mengetahui metode yang digunakan oleh para ahli fikih dalam melahirkan suatu
hukum.
Menetapkan diri dalam memahami dali-dalil agama dengan pemahaman yang benar.
Mampu menganalisis pendapat yang unggul dan yang tidak dengan alasan yang tepat.
Meminimalisir potensi terjadinya kesalahan dalam memahami teks-teks agama dan
mengambil hukum-hukum fikih yang terkandung di dalamnya.
5. AL-FADHL (KEUTAMAAN)

Keutamaan ilmu ushul fikih sudah pasti dan tidak diragukan lagi. Ia termasuk ilmu
agama yang menunjang kepada keselamatan duni dan akhirat. Dari sisi
pembahasannya, ilmu ini mempunyai kadar yang tinggi dalam menjelaskan dan
meruntutkan hukum-hukum Islam. Dengannya lahir hukum-hukum yang mengatur
orang-orang Islam atas perilaku di berbagai lini kehidupan. Sehingga kita bisa
mengerti mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang
buruk.
6. AL-NISBAH (NISBAT ATAU
HUBUNGAN)
Ushul fikih masuk dalam kategori ilmu alat atau wasilah (ulum al-wasail). Perantara
yang menghantarkan kepada ilmu yang dituju (ulum al-maqashid). Kita tidak
mengerti bagaimana duduk permasalahan hukum dalam ilmu fikih, kecuali dengan
mengkaji ushul fikih yang notabennya adalah asal muasal ilmu fikih. Kedudukannya
sama seperti ilmu hadis sebagai alat atau sarana mengetahui berbagai macam status
hadis Nabi.
7. AL-ISTIMDAD (PENGAMBILAN
ATAU REFERENSI DASAR)
Ushul fikih lahir dipengaruhi oleh ilmu usuluddin (akidah), ilmu bahasa arab, dan
penggambaran hukum-hukum Islam.
8. AL-WADHI’ (PELETAK
DASAR)
Peletak dasar merupakan orang yang pertama kali mengkodifikasikan suatu ilmu,
sehingga terkumpul dalam satu catatan atau kaidah besar, sehingga bisa dijadikan
pegangan dan rujukan, serta membedakan ilmu tersebut dengan ilmu lain. Jadi,
maknanya sangat luas, tidak terbatas pada penemu saja. Sebab, jika baru ditemukan
pada waktu B, maka orang-orang yang hidup di zaman A tidak mengerti akan ilmu
tersebut.
9. AL-HUKM (HUKUM
MEMPELAJARI)
Hukum mempelajari ushul fikih adalah fardu kifayah. Kewajiban ini gugur jika
dalam satu daerah sudah ada orang yang menekuninya. Setiap individu tidak wajib
mempelajari ilmu ini, bahkan kita ‘diperbolehkan’ untuk taklid dan meminta fatwa
kepada ahli ilmu. Dikatakan bahwa bagi orang yang ingin berijtihad, fatwa, dan
memberi status hukum, mempelajari ilmu ini hukumnya wajib atau fardu ain. Ini
menandakan atau menjadi suatu titik tekan supaya orang tidak boleh berfatwa ala
tong kosong, alias tanpa ilmu.
10. AL-MASAIL (PERSOALAN
ATAU PERMASALAHAN)
Imam al-Ghazali (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, wafat 505 H)
menerangkan bahwa masail (permasalahan-permasalahan0 ushul fikih merujuk pada
empat aspek utama, yaitu: hukum-hukum Islam (sebagai buah ijtihad), dalil-dalil
agama (mencakup Al-Qur’an, sunah, dan ijma’), metode istinbath al-hukm (proses
pengambilan hukum dari suatu dalil), dan pembahasan mengenai mujtahid dan
mukalid (syarat dan sifat keduanya).

Anda mungkin juga menyukai