Anda di halaman 1dari 11

Klasifikasi Antibiotik

• Penggunaan antibiotik pada kasus infeksi yang belum


diketahui jenis bakteri penyebabnya
Empiris • Tujuan : eradikasi atau penghambatan pertumbuhan
bakteri diduga menjadi penyebab infeksi, sebelum
diperoleh hasil pemeriksaan mikrobiologi

• Penggunaan antibiotik pada kasus infeksi yang sudah


diketahui jenis bakteri penyebab dan pola

Definitif resistensinya
• Tujuan : eradikasi atau penghambatan pertumbuhan
bakteri yang menjadi penyebab infeksi, berdasarkan
hasi pemeriksaan mikrobiologi

• Pemberian antibiotik sebelum, saat dan hingga 24 jam


paska operasi pada kasus yang secara klinik tidak
Profilaksis didapatkan tanda-tanda infeksi dengan tujuan untuk
mencegah terjadi infeksi luka operasi

Pembedahan • Tujuan : Penurunan dan pencegahan kejadian ILO


(infeksi luka operasi); Penurunan morbiditas dan
mortalitas; Penghambatan muncul flora normal
resisten; dan meminimalkan biaya
catatan
• Jika pasien MRSA  vancomycin
• Jika pasien VRSA  Linezolid
• Jika pasien ESBL  Carbapenem
• Beberapa contoh masalah terkait antibiotik yang memerlukan kewaspadaan dalam
penggunaannya:
a. Kotrimoksazol dapat menyebabkan efek samping yang serius, seperti diskrasia
darah dan reaksi kulit yang berat (Stevens Johnson Syndrome). Oleh karena itu
sebaiknya Kotrimosazol hanya digunakan untuk Pneumonicystis Pneumonia.
b. Aminoglikosida dan Vankomisin yang bersifat nefrotoksik harus dimonitor kadar
dalam darah terutama pada pasien dengan gangguan ginjal, bila perlu dilakukan
penyesuaian dosis rejimen.
c. Vankomisin infus sebaiknya diinfuskan secara pelan lebih dari 100 menit
(kecepatan maksimum 10mg/menit) untuk menghindari Red Man Syndrome.
d. Antibiotik topikal sebaiknya dibatasi hanya untuk penggunaan pada mata dan
telinga karena dapat menyebabkan resistensi antibiotik dan hipersensitivitas. Jika
penggunaan antibiotik topikal diperlukan maka pilih antibiotik yang tidak
diabsorpsi melalui kulit (bukan antibiotik sistemik), contoh: Mupirocin.
e. Antibiotik intravena hanya digunakan bila rute oral dan rektal tidak dapat
dilakukan atau jika diinginkan kadar dalam serum yang tinggi dalam waktu
cepat. Sebagai contoh kadar puncak metronidazol dalam darah dapat segera
dicapai dengan pemberian intravena, oral setelah 1 jam dan 3 jam setelah
diberikan rektal (Suppositoria). Semua sediaan Metronidazol intravena, oral
maupun rektal mempunyai bioavailabilitas yang ekivalen. Infus intravena
sebaiknya diberikan pelan (5 ml/menit).

Anda mungkin juga menyukai