Anda di halaman 1dari 35

01

02

SABUN 03

DAN 04

DETERJEN 05

06
01

KELOMPOK 7 02

SELVIA 03
ARIEF SIDRATUL
062140420371 MUNTAHA
062140422552 04

SATRIO BAYU 05
KRISWANTO
062140422565
06
Dosen Pengampu :
Ir. Erwana Dewi,
M.Eng.
Sejarah Sabun dan
Deterjen

Pembuatan sabun adalah keahlian yang tidak bisa dipungkiri di Eropa


pada abad ke-17. Serikat pekerja pembuat sabun terlindungi dalam
perdagangan rahasia. Minyak nabati dan hewani digunakan dengan
arang tanaman, terus dengan pewangi. Secara berangsur-angsur jenis
sabun yang lebih banyak lagi disediakan untuk mencukur dan
mencuci rambut, juga mandi dan mencuci.
Kegunaan Sabun dan
Detergen
Sabun dan Deterjen berfungsi untuk mengemulsi kotoran-kotoran berupa
minyak ataupun zat pengotor lainnya. Keduanya digunakan dalam produk
laundry, sabun toilet, sampo, sabun cuci piring, dan produk pembersih pada
rumah tangga.

Kegunaan pada industri yaitu bahan pembersih, surfaktan khusus untuk anti
kuman di rumah sakit, pengemulsi pada kosmestik, flowing dan wetting agent
untuk bahan kimia pertanian, dan digunakan pada proses pengolahan karet.
Secara umum, sabun dan detergen digunakan untuk menghilangkan minyak.
Deterjen dan sabun digunakan untuk membersihkan karena air murni tidak
dapat menghilangkan noda berminyak, dan kotoran organik. Sabun
membersihkan dengan bertindak sebagai emulsi.
SABUN

Sabun merupakan bahan logam alkali dengan rantai asam monocarboxylic


yang panjang. Larutan alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun
bergantung pada jenis sabun tersebut. Larutan alkali yang biasa yang digunakan
pada sabun keras adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan alkali yang biasa
digunakan pada sabun lunak adalah Kalium Hidroksida (KOH).

Pada saat ini teknologi sabun telah berkembang pesat. Sabun dengan jenis
dan bentuk yang bervariasi dapat diperoleh dengan mudah dipasaran seperti
sabun mandi, sabun cuci baik untuk pakaian maupun untuk perkakas rumah
tangga, hingga sabun yang digunakan dalam industri.
Macam – macam sabun

1 Shaving Cream
Shaving Cream disebut juga dengan sabun Kalium. Bahan dasarnya adalah
campura minyak kelapa dengan asam stearat dengan perbandingan 2:1.

2 Sabun Cair
Sabun cair dibuat melalui proses saponifikasi dengan menggunakan minyak
jarak serta menggunakan alkali (KOH). Untuk meningkatkan kejernihan sabun,
dapat ditambahkan gliserin atau alkohol.
Macam – macam sabun

3 Sabun Kesehatan
Sabun kesehatan pada dasarnya merupakan sabun mandi dengan kadar
parfum yang rendah, tetapi mengandung bahan-bahan antiseptic dan bebas
dari bakteri adiktif. Bahanbahan yang digunakan dalam sabun ini adalah tri-
.salisil anilida, tri-klor carbanilyda, irgassan Dp300 dan sulfur
4 Sabun Chip
Pembutan sabun chip tergantung pada tujuan konsumen didalam
menggunakan sabun yaitu sebagai sabun cuci atau sabun mandi
dengan beberapa pilihan komposisi tertentu. Sabun chip dapat dibuat
dengan berbagai cara yaitu melalui pengeringan, atau menggiling
atau menghancurkan sabun yang berbentuk batangan.
Macam – macam
sabun

5 Sabun Bubuk Untuk Mencuci


Sabun bubuk dapat diproduksi melalui dr y-m ixing. Sabun bubuk mengandung
bermacam-macam komponen seperti sabun, sodasah, sodium metaksilat,
sodium karbonat, sodium sulfat, dan lain-lain.
Bahan Baku 01
Pembuatan Sabun
02
1. Bahan Baku Minyak/lemak
03
Minyak/lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa ester dari
gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang digunakan adalah
04
minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan lemak adalah wujud
keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair pada temperatur ruang (±
28°C), sedangkan lemak akan berwujud padat. 05

Minyak tumbuhan maupun lemak hewan merupakan senyawa trigliserida.


Trigliserida yang umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun memiliki asam 06
lemak dengan panjang rantai karbon antara 12 sampai 18. Asam lemak dengan panjang
rantai karbon kurang dari 12 akan menimbulkan iritasi pada kulit, sedangkan rantai
karbon lebih dari 18 akan membuat sabun menjadi keras dan sulit terlarut dalam air
Bahan Baku Pembuatan
01
Sabun
02
2. Bahan Baku Alkali
03
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH,
KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan
04
soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan
dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair
karena sifatnya yang mudah larut dalam air. 05

Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebut


dapat digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yamg dihasilkan sangat 06
mudah berbusa dan mampu menurunkan kesadahan air.
Bahan Baku Pembuatan 01
Sabun
3. Bahan Pendukung 02
Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun
hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabun menjadi
03
produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-
bahan aditif. NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun.
Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu 04
tinggi di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan
umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl digunakan untuk
memisahkan produk sabun dan gliserin. 05

Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang 06


bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen.
Bahanbahan aditif tersebut antara lain : Builders, Fillers inert, Anti oksidan,
Pewarna,dan parfum.
Karakteristik Memilih 01
Bahan Baku Sabun
02
Ada beberapa karaktersitik yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan
dasar sabun antara lain :
03
1.Warna
Lemak dan minyak yang berwarna terang merupakan
minyak yang bagus untuk digunakan sebagai bahan 04
pembuatan sabun.
05
2. Angka Safonifikasi
Angka Saponifikasi adalah angka yang terdapat pada
06
milligram kalium hidroksida yang digunakan dalam
proses saponifikasi sempurna pada satugram minyak.
Angka saponifikasi digunakan untuk menghitung
alkali yang dibutuhkan dalam saponifikasi secara
sempurna pada lemak atau minyak.
Karakteristik Memilih 01
Bahan Baku Sabun
02

3.Bilangan Iod
03
Bilangan iod digunakan untuk menghitung katidak
jenuhan minyak atau lemak, semakin besar angka iod,
04
maka asam lemak tersebut semakin tidak jenuh. Dalam
pencampurannya, bilangan iod menjadi sangat penting
yaitu untuk mengidentifikasi ketahanan sabun pada 05
suhu terten
06
Metode – Metode Pembutan
Sabun 01

02
• Metode Batch
Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan
03
alkali (NaOH atau KOH) berlebih dalam sebuah ketel. Jika
penyabunan telah selesai, garam garam ditambahkan untuk
mengendapkan sabun. Lapisan air yang mengandung garam, 04
gliserol dan kelebihan alkali dikeluarkan dan gliserol diperoleh
lagi dari proses penyulingan.
05
Endapan sabun gubal yang bercampur dengan garam, alkali
dan gliserol kemudian dimurnikan dengan air dan diendapkan
dengan garam berkali-kali. Akhirnya endapan direbus dengan 06
air secukupnya untuk mendapatkan campuran halus yang lama-
kelamaan membentuk lapisan yang homogen dan mengapung.
Metode – Metode Pembutan
01
Sabun
02
• Metode Kontinu
Metode kontinu biasa dilakukan pada zaman sekarang. lemak 03
atau minyak dihidrolisis dengan air pada suhu dan tekanan
tinggi, dibantu dengan katalis seperti sabun seng.
04
Lemak atau minyak dimasukkan secara kontinu dari salah satu
ujung reaktor besar. Asam lemak dan gliserol yang terbentuk
dikeluarkan dari ujung yang berlawanan dengan cara 05
penyulingan. Asam-asam ini kemudian dinetralkan dengan
alkali untuk menjadi sabun.
06
Proses Pembuatan Sabun
dalam Industri

 Safonifikasi Lemak Netral


Kata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (Latin sapon, = sabun dan –fy
adalah akhiran yang berarti membuat). Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan
menggunakan alkali adalah adalah reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang
menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :
C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR

Pada proses saponifikasi trigliserida dengan suatu alkali, kedua reaktan tidak mudah
bercampur. Reaksi saponifikasi dapat mengkatalisis dengan sendirinya pada kondisi tertentu
dimana pembentukan produk sabun mempengaruhi proses emulsi kedua reaktan tadi,
menyebabkan suatu percepatan pada kecepatan reaksi.
Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat
molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras.
Berikut gambar reaksi pembentukan sabun :
Proses Pembuatan
Sabun dalam Industri
 Pengeringan Sabun
Sabun banyak diperoleh setelah penyelesaian saponifikasi (sabun murni) yang
umumnya dikeringkan dengan vakum spray dryer. Kandungan air pada sabun dikurangi dari
30-35% pada sabun murni menjadi 8-18% pada sabun butiran atau lempengan. Jenis jenis
vakumspray dryer, dari sistem tunggal hingga multi sistem, semuanya dapat digunakan pada
berbagai proses pembuatan sabun.

Operasi vakum spray dryer sistem tunggal meliputi pemompaan sabun murni melalui
pipa heat exchanger dimana sabun dipanaskan dengan uap yang mengalir pada bagian luar
pipa. Sabun yang sudah dikeringkan dan didinginkan tersimpan pada dinding ruang vakum
dan dipindahkan dengan alat pengerik sehingga jatuh di plodder, yang mengubah sabun ke
bentuk lonjong panjang atau butiran. Dryer dengan mulai memperkenalkan proses
pengeringan sabun yang lebih luas dan lebih efisien daripada dryer sistem tunggal.
Proses Pembuatan
Sabun dalam Industri

 Netralisasi Asam Lemak


Reaksi asam basa antara asam dengan alkali untuk menghasilkan sabun berlangsung
lebih cepat daripada reaksi trigliserida dengan alkali. RCOOH + NaOH RCOONa + H2O
Jumlah alkali (NaOH) yang dibutuhkan untuk menetralisasi suatu paduan asam lemak dapat
dihitung sebagai berikut : NaOH = {berat asam lemak x 40) / MW asam lemak.

Berat molekul rata rata suatu paduan asam lemak dapat dihitung dengan persamaan :
MW asam lemak = 56,1 x 1000/ AV Dimana AV (angka asam asam lemak paduan) = mg
KOH yang dibutuhkan untuk menetralisasi 1 gram asam lemak.
Proses Pembuatan
Sabun dalam Industri

 Penyempurnaan Sabun
Dalam pembuatan produk sabun batangan, sabun butiran dicampurkan dengan zat
pewarna, parfum, dan zat aditif lainnya kedalamm ixer (analgamator). Campuran sabun ini
klemudian diteruskan untuk digiling untuk mengubah campuran tersebur menjadi suatu
produk yang homogen. Produk tersebut kemudian dilanjutkan ke tahap pemotongan.

Sebuah alat pemotong dengan mata pisau memotong sabun tersebut menjadi
potongan potongan terpisah yang dicetak melalui proses penekanan menjadi sabun batangan
sesuai dengan ukuran dan bentuk yang diinginkan. Proses pembungkusan, pengemasan, dan
penyusunan sabun batangan merupakan tahap akhir.
Cara Kerja Sabun

Sekilas sabun adalah bahan ajaib yang bisa membersihkan segala


kotoran, dia bisa membedakan yang mana yang kotoran dan yang mana yang
bukan. Dia juga bisa menyatukan/membawa sekaligus air dan kotoran yang
dilekatkan oleh badan kita dengan keringat yang mengandung minyak.

Molekul sabun terdiri dari bagian yang disebut ekor dan kepala. Ekor
sabun terdiri dari bahan minyak dan kepala sabun terdiri dari bahan air (lihat
bahan pembuat sabun). Karena ekor sabun terdiri dari minyak, maka ekor
sabun akan bisa menyatu dengan kotoran yang terdiri dari minyak juga.
Sementara itu kepala sabun yang terdiri dari air akan melekat dengan molekul
air. Itulah sebabnya sabun bisa membawa minyak dan air sekaligus.
Sifat – Sifat Sabun
Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi
sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air. Oleh karena itu,
larutan sabun dalam air bersifat basa

Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan


menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi pada air
sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah
garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap.

Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan


menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi pada air
sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah
garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap
Pengenalan Detergen

Deterjen merupakan salah satu produk industri yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari, terutama untuk keperluan rumah tangga dan industri. Detergen adalah Surfaktan
anionik dengan gugus alkil (umumnya C9 - C15) atau garam dari sulfonat atau sulfat
berantai panjang dari Natrium (RSO3- Na+ dan ROSO3- Na+ ) yang berasal dari derivat
minyak nabati atau minyak bumi (fraksi parafin dan olefin).

Deterjen dapat berbentuk cair, pasta, atau bubuk yang mengandung konstituen bahan
aktif pada permukaannya dan konstituen bahan tambahan. Konstituen bahan aktif adalah
berupa surfaktan yang merupakan singkatan dari surface active agents, yaitu bahan yang
menurunkan tegangan permukaan suatu cairan dan di antarmuka fasa (baik cair-gas maupun
cair-cair) untuk mempermudah penyebaran dan pemerataan.
Bahan Baku Pembuatan
01
Detergen
1. Bahan Surfaktan 02
Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai
ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini
03
berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran
yang menempel pada permukaan bahan, meningkatkan daya pembasahan air sehingga
kotoran yang berlemak dapat dibasahi, mengendorkan dan mengangkat kotoran dari 04
kain dan mensuspensikan kotoran yang telah terlepas.

Secara garis besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu: 05


Anionik : Alkyl Benzene Sulfonate (ABS), Linier Alkyl Benzene Sulfonat
Kationik : Garam Ammonium 06
Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle
Amphoterik : Acyl Ethylenediamines
Bahan Baku Pembuatan 01
Detergen
02
2. Builder
Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan
dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan 03

3. Fosfat : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)


04
Garam posfat digunakan sebagai pembina (builder) dalam detergen dimana ia
memberikan perlembutan air (water softening), kealkalian dan penghilangan kotoran
serta penyebaran (dispersion). Juga sebagai bahan bantu pada proses terbaik semasa 05
pembuatan detergen seperti penyerapan surfaktan cair dan pengikatan air bebas.

Fosfatyang paling lazim digunakan dalam aplikasi detergen adalah garam sodium dan 06
potassium pirofosfat dan tripolifosfat.
Asetat : Nitril Tri Acetate (NTA) dan Ethylene Diamine Tetra Acetate Silikat :
Zeolit
Sitrat : Asam Sit
Bahan Baku Pembuatan
01
Detergen
02
4. Filler
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai
kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contohnya adalah
03
sodium karbonat. Sodium karbonat merupakan bahan deterjen multifungsi. Diantaranya
adalah untuk kekerasan air (melalui pemendakan), sumber kealkalian, pengisi (filler), 04
pembawa dan bahan bantu pengaglomeratan (agglomeration) untuk serbuk.

5. Aditif 05
Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik,
misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan 06
daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk.
Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).
Jenis – Jenis Detergen 01

02
1. Detergen Anionik
Merupakan deterjen yang mengandung surfaktan anionik dan dinetralkan dengan alkali.
Deterjen ini akan berubah menjadi partikel bermuatan negatif apabila dilarutkan dalam air. 03
Biasanya digunakan untuk pencuci kain. Kelompok utama dari deterjen anionik adalah:
Rantai panjang (berlemak) alkohol sulfat, Alkil aril sulfonat, dan Olefin sulfat dan sulfonat
04
2. Detergen Kationik
Merupakan deterjen yang mengandung surfaktan kationik. Deterjen ini akan berubah 05
menjadi partikel bermuatan positif ketika terlarut dalam air, biasanya digunakan pada
pelembut (softener). Selama proses pembuatannya tidak ada netralisasi tetapi bahanbahan
yang mengganggu dihilangkan dengan asam kuat untuk netralisasi. Agen aktif permukaan 06
kationik mengandung kation rantai panjang yang memiliki sifat aktif pada permukaannya.
Jenis – Jenis Detergen 01

02
3. Detergen Nonionik
Merupakan senyawa yang tidak mengandung molekul ion sementara, kedua asam dan
basanya merupakan molekul yang sama. Deterjen ini tidak akan berubah menjadi partikel 03
bermuatan apabila dilarutkan dalam air tetapi dapat bekerja di dalam air sadah dan dapat
mencuci dengan baik hampir semua jenis kotoran. Kelompok utama dari deterjen nonionik
yaitu : Etilen oksida atau propilen oksida, Polimer polioksistilen 04

4. Detergen Amfoterik 05
Deterjen jenis ini mengandung kedua kelompok kationik dan anionik. Detergen ini dapat
berubah menjadi partikel positif, netral, atau negatif bergantung kepada pH air yang 06
digunakan. Biasanya digunakan untuk pencuci alat-alat rumah tangga.
Jenis – Jenis Detergen 01

Menurut kandungan gugus aktifnya maka detergen diklasifikasikan sebagai berikut :


02
Detergen Jenis Keras
Detergen jenis keras sukar dirusak oleh mikroorganisme meskipun bahan tersebut dibuang
akibatnya zat tersebut masih aktif. Jenis inilah yang menyebabkan pencemaran air. Contoh: 03
Alkil Benzena Sulfonat (ABS). ABS merupakan suatu produk derivat alkil benzen. Proses
pembuatan ABS ini adalah dengan mereaksikan Alkil Benzena dengan Belerang Trioksida,
asam Sulfat pekat atau Oleum. Reaksi ini menghasilkan Alkil Benzena Sulfonat. 04

Detergen Jenis Lunak 05


Detergen jenis lunak Detergen jenis lunak, bahan penurun tegangan permukaannya
mudah dirusak oleh mikroorganisme, sehingga tidak aktif lagi setelah dipakai . Contoh:
Lauril Sulfat atau Lauril Alkil Sulfonat. Lauril Alkil Sulfonat. (LAS). Proses pembuatan 06
(LAS) adalah dengan mereaksikan Lauril Alkohol dengan asam Sulfat pekat
menghasilkan asam Lauril Sulfat dengan reaksi:
C12H25OH + H2SO4 = C12H25OSO3H + H2O
Sifat Fisis dan Kimia Detergen
01

Sifat Fisis detergen : 02


• Ujung non polar : R - O(hidrofob)
• Ujung polar : SO3Na (hidrofil 03

04

Sifat kimia detergen : 05


• Dapat melarutkan lemak
• Tak dipengaruhi kesadahan air
06
Proses pembuatan Detergen
01

Spray-drying : 02
Spray-drying merupakan proses modern dalam pembuatan deterjen bubuk sintetik dimana
dalam spray-drying terjadi proses pengabutan dan dilanjutkan proses pengeringan. Tahap- 03
tahap dalam proses spray-drying dapat diperlihatkan pada gambar berikut :

04

05

06
Proses pembuatan Detergen
01

Aglomerasi 02
Proses aglomerasi juga merupakan proses spray-drying dengan dry mixing atau blending.
Konsentasi air proses yang digunakan anatara 35-40% dalam crutcher slurry. Dalam 03
aglomerasi cairan disemprotkan keatas secara continue. Komponen-komponen atau bahan
yang digunakan dalam aglomerasi meliputi slikat deterjen aktif dan air yang digunakan
sebagai cairan dalam aglomerasi. 04

05

06
Mekanisme Kerja Detergen
01

02
Kinerja deterjen, khususnya surfaktannya, memiliki kemampuan yang unik untuk
mengangkat kotoran, baik yang larut dalam air maupun yang tak larut dalam air. Salah satu
ujung dari molekul surfaktan bersifat lebih suka minyak atau tidak suka air, akibatnya bagian 03
ini mempenetrasi kotoran yang berminyak. Ujung molekul surfaktan satunya lebih suka air,
bagian inilah yang berperan mengendorkan kotoran dari kain dan mendispersikan kotoran,
sehingga tidak kembali menempel ke kain. Akibatnya warna kain akan dapat dipertahankan. 04

Jika kotoran berupa minyak atau lemak maka akan membentuk emulsi minyak-air dan
detergen sebagai emulgator (zat pembentuk emulsi). Sedangkan apabila kotoran yang berupa
05
tanah akan diadsorpsi oleh detergen kemudian mambentuk suspensi butiran tanah-air, dimana
detergen sebagai suspensi agent (zat pembentuk suspensi).
06
Flow 01

Sheet 02

03

04

05

06
Terima Kasih 01

02

03

04

05

06

Anda mungkin juga menyukai