Anda di halaman 1dari 48

CASE REPORT

An. R, 7 tahun 5 bulan


IDENTITAS

Nama : An. R
Usia : 7 tahun 5 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
BB/PB : 38 kg / 128 cm
Alamat : Mranggen, Yogyakarta
Tanggal masuk RS : 30 Januari 2020
Tanggal periksa : 31 Januari 2020
ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis dan alloanamnesis (ibu pasien) pada tanggal
31 Januari 2020.

Keluhan Utama Keluhan Tambahan

Demam sejak 5 hari SMRS


BAB cair 1 hari SMRS
Nyeri perut sejak 1 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mulai Pasien mengeluh
Pasien mengeluhBAB BAB Pasien datang ke poli

Hari Rawat 1
5 Hari SMRS

hari SMRS
demam pada sore cair (+) sebanyak
lembek 4 kali /
(+) sebanyak dengan keluhan masih
hari, berwarna kuning
4x, berwarna demam, BAB cair hari
hari (38.2°C). kecoklatan
kecoklatandan dan ini 2x, nyeri perut (+),
Keluhan mual (-), berampas. Keluhan
berampas. Nyeri perut mual
mual (+), muntah(-),
muntah (-), dan (+), muntah
(+) yang (-). mulas
terasa nyeri kepala (+).

11 Hari
pasien belum BAB. dan perih pada regio
tengah,masih
Pasien kiri kanan dan
mengalami Pasien mengaku
Pasien diberikan perut atas,
demam mual
(diatas (+),
38°C) lemas namun tidak
obat penurun muntah (-).
yang turun setelah merasa kehausan.
minum obat penurun
demam, dan demam panas, namun
Pasien masih bisa
Demam masihsuhu
diatas
turun selama 4 jam, tubuh masih meningkat
38°C yang turun
makan roti sebanyak 2
namun pasien setelahnya. potong kecil pada pagi
setelah minum obat
kembali demam. hari.
penurun panas.
Riwayat Penggunaan Obat

Saat masuk RSPR :


1. Sanmol Forte 7,5 cc (jam 13.20 di poli Anak)
2. Norages 400 mg IV (jam 17.30 di bangsal)
3. Sanaflu plus syrup 3 x 10 cc (jam 18.30 di bangsal)
4. Protexin 2 x 1 tab (jam 18.30 di bangsal)
Riwayat Penyakit Dahulu

 Riwayat keluhan serupa : pasien mengalami BAB cair dan demam 2


tahun yang lalu selama 2 hari.
 Riwayat infeksi spesifik : disangkal
 Riwayat penyakit lainnya : disangkal
 Riwayat operasi : disangkal
Riwayat Penyakit Sistemik

 Riwayat alergi : disangkal


 Riwayat asma : disangkal
 Riwayat DM : disangkal
 Riwayat TB : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga

 Riwayat keluhan serupa : kakak dari pasien sedang


mengalami gejala serupa
 Riwayat alergi : ibu sering mengalami pilek jika
udara dingin
 Riwayat penyakit infeksi : disangkal
 Riwayat penyakit metabolic : disangkal
Riwayat Kehamilan

 Usia gestasi menurut HPHT = 38-39 minggu.


 ANC rutin di dokter kebidanan, mendapatkan suplemen besi dan
vaksin TT.
 Kebiasaan ibu merokok disangkal.
 Penggunaan NAPZA oleh ibu disangkal.
 Tidak ada masalah selama kehamilan.
Riwayat Lingkungan dan Sanitasi

 Perlengkapan makan dicuci dengan sabun dan air mengalir, serta


dikeringkan dengan baik.
 Pasien tidak selalu mencuci tangan sebelum makan.
 Pasien tidak makan jajanan dengan higienitas buruk.
 Ibu pasien mencuci bahan makanan dan memasak makanan hingga
matang.
 Lingkungan rumah dan sekolah terjaga kebersihannya.
 Teman sekolah dengan keluhan serupa disaat yang bersamaan
disangkal oleh pasien.
Riwayat Imunisasi

Pasien sudah
melengkapi
imunisasi dasar
lengkap namun
lupa mengenai
imunisasi lainnya
termasuk tifoid.
Riwayat Tumbuh Kembang

LAHIR SEKARANG

BBL : 3,3 kg BB : 38 kg
PB : 49 cm TB : 128 cm
PEMERIKSAAN FISIK

KU : tampak sakit ringan


Kesadaran : CM (E4M6V5)

Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Laju nadi : 93 x/menit, regular, teraba kuat
Laju napas : 24 x/menit simetris, tanpa retraksi
Suhu : 37,4 °C
SaO2 : 99% (room air)
Antropometri

BB : 38 kg
TB : 128 cm
WFA : diatas persentil 95th
SFA : persentil 75th

BB ideal : 24 kg
Height age : 8 tahun
Antropometri

BMI : 23,2 kg/m2


diatas persentil 95th

Obesitas menurut CDC 2000


• Kepala : normocephali, deformitas (-)
• Mata : cekung (-), KA (-/-), SI (-/-), pupil (3mm/3mm), RCL (+/+), RCTL (+/+)
• Telinga : deformitas (-/-), discharge (-/-)
• Hidung : deviasi (-), sekret (-/-)
• Mulut : mukosa oral basah, coated tongue (+), faring hiperemis (-), ulkus (-)
• Leher : trakea di tengah, pembesaran KGB colli (-)
Paru-paru Jantung
• Inspeksi : gerak nafas simetris, • Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
retraksi (-) • Palpasi : ictus cordis tidak teraba
• Palpasi : gerak nafas simetris • Perkusi : kardiomegali (-)
• Perkusi : sonor kedua lapang paru • Auskultasi : S1 dan S2 regular,
• Auskultasi : vesikuler +/+, rhonki murmur (-), gallop (-)
-/-, wheezing -/-
Abdomen
• Inspeksi : datar
• Auskultasi : BU >10x/menit, metallic sound (-)
• Palpasi : supel, nyeri tekan (+) di seluruh region abdomen, hepatomegali (-),
splenomegali (-),
• Perkusi : timpani
• Turgor : kembali cepat

Punggung : alignment baik, deformitas (-)


Ekstremitas : akral hangat, edema (-/-/-/-), CRT < 2 detik
Pemeriksaan Neurologis
• Rangsang meningeal : (-)
• Kekuatan motoric : dbn
• Sensorik : dbn
• Otonom : keringat +, BAB +, BAK +
• Refleks patologis : (-)
• Refleks fisiologis : dbn
• Nervus kranial : dbn
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Hemoglobin 12.1 11,5-13 g/dl
Hematokrit 34.6 (L) 36-44%
Leukosit 9.7 4,0-11,0 ribu/mikroL
Eritrosit 4.44 4,1-5,5 juta/mikroL
Trombosit 356 150-450 ribu/mikroL
MCV 77.8 (L) 80-96 fL
MCH 27.3 27-31 pg
MCHC 35.0 32-36 g/dL
Hs-CRP 13.91 (H) 0-5 mg/L
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan

Diff count

Basofil 0,1 (L) 1-2 %

Eosinofil 0,1 (L) 1-6 %

Neutrofil 80,2 (H) 40-80 %

Limfosit 13,1 (L) 20-40 %

Monosit 6,5 2-10 %


Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan

Diff count

Basofil 0,1 (L) 1-2 %

Eosinofil 0,1 (L) 1-6 %

Neutrofil 80,2 (H) 40-80 %

Limfosit 13,1 (L) 20-40 %

Monosit 6,5 2-10 %


IgM Antibodi S. typhi +4
IgG dengue (-)
IgM dengue (-)
Pemeriksaan Feses (30/01/2020)

Konsistensi cair Amuba (-)


Warna Kuning Lain-lain parasite (-)
Lendir (-) Amilum (-)
Darah (-) Lemak (-)
Nanah (-) Serat otot (-)
Larva cacing (-) Serat tumbuhan (-)
Leukosit (-) Jamur (-)
Eritrosit (-) pH netral
Telur cacing (-)
RESUME
An. R, 7 tahun 5 bulan, datang dengan keluhan BAB cair dan demam. BAB cair
dialami sejak 1 hari SMRS, berwarna kecoklatan dan berampas, kemarin sebanyak 4x
dan hari ini sebanyak 2x. Pasien mengalami demam sejak 5 hari SMRS diatas 38°C,
dan turun jika diberikan obat penurun panas namun suhu kembali meningkat.
Nyeri perut (+) dirasakan mulas dan perih pada regio tengah, kiri kanan dan perut
atas. Pasien juga mengeluh mual (+), muntah (-), nyeri kepala (+).

Pasien mengaku lemas namun tidak merasa kehausan. Pasien hanya bisa makan
roti sebanyak 2 potong kecil pada pagi hari.

Imunisasi dasar lengkap sudah terpenuhi, namun tidak dapat dipastikan apakah pasien
sudah melakukan imunisasi tifoid. Kakak pasien sedang mengalami keluhan
serupa. Pasien tidak terbiasa mencuci tangan saat makan.
RESUME

Pada pemeriksaan fisik, ditemukan KU tampak sakit ringan dan kesadaran CM.
TTV dalam batas normal, Suhu 37,4°C. Status gizi obesitas menurut CDC.

Pada pemeriksaan mata tidak cekung, mulut ditemukan coated tongue (+) dengan
sekitar hiperemis. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan BU meningkat dan nyeri
tekan (+) pada seluruh region abdomen. Turgor kulit kembali cepat.

Pada pemeriksaan darah ditemukan HsCRP yang meningkat (13.91 mg/L),


neutrophil yang meningkat (80.2%), limfosit yang menurun (13.1%), dan IgM
Antibody S. typhi +4. Pemeriksaan IgM dan IgG dengue menunjukan hasil yang
negatif.
DIAGNOSIS

Anak R, Laki-laki, 7 tahun 5 bulan, BB 38 kg, TB 128 cm dengan :


 Demam tifoid
 Status Gizi obesitas menurut CDC
 Status Imunisasi Dasar Lengkap menurut Kemenkes 2011

DD :
 Gastroenteritis Akut
 Demam Dengue
TATALAKSANA MANDIRI

 Rawat dalam bangsal


 IVFD KAEN 1B 30 tpm
 Kloramfenikol 4 x 500mg selama 10 hari
 Paracetamol 3 x 10 ml
 Lacto B 3 x 1 sach
 Edukasi oral hygiene
 Rencana konsultasi Gizi untuk diet 2000 kcal/hari
TATALAKSANA BANGSAL

• IVFD KAEN 3B 3 ml/kg/jam


• Sanaflu plus syrup 3x10 cc
• Protexin 2x1 tab
• Terfacef 2x1 gr IV
• Orezinc syr 1x5 ml
• Kenalog Orabase
• Norages 400 mg IV k/p
• Proris 250 mg supp k/p
TINJAUAN PUSTAKA

DEMAM TIFOID
Definisi

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut


yang sebagian besar disebabkan oleh Salmonella typhi pada
makanan atau air minum yang terkontaminasi.

Penyakit akut ini ditandai dengan demam yang


berkepanjangan, mual, nyeri kepala, penurunan nafsu makan,
maupun konstipasi atau diare.
Etiologi

1. Salmonella typhi : Gram –ve


2. Salmonella paratyphi : serupa dengan S. typhi namun gejala
lebih ringan
○ Paratyphi A
○ Paratyphi B
○ Paratyphi C

Salmonella ditularkan secara fecal-oral


Epidemiologi

Demam tifoid merupakan penyakit yang bersifat endemik.


Rata-rata kesakitan 500/100.000 penduduk, dengan
kematian 0,6 -5%.
91% kasus terjadi pada usia 3-19 tahun, dengan kejadian
yang meningkat pada usia diatas 5 tahun.
Patofisiologi
• Incubation period
S. typhi merusak dan
menginvasi mucosa usus
(terminal ileum)  limfoid
follicle, mesenteric lymphoid
 sirkulasi darah =
bakteremia primer
• Invasi RES
S. typhi di sirkulasi  RES
 sirkulasi darah =
bakteremia sekunder & ke
cairan empedu shgg kembali
menginfeksi mucosa usus.
Manifestasi Klinis
STAGE 1 STAGE 2 STAGE 3 STAGE 4
• Demam step- • Demam plateau • Delirium • Fase recovery
ladder • Konstipasi / • Perdarahan • Demam
(mencapai diare intestinal
menurun
suhu tertinggi • Nyeri perut, • Perforasi
mual intestinal • Delirium
di akhir mgg 1)
• Hepatospleno- • Septikemia membaik
• Malaise
megaly • Peritonitis
• Nyeri kepala
• Rose spots • Ensefalitis
• Nyeri perut • Abses metastatic
• Typhoid tongue
• Leukopenia • Leukopenia • Kolesistitis
• Eosinopenia • Trombositopenia • Endokarditis
• Limfositosis • Anemia • Osteitis
• SGOT/PT ↑
Pemeriksaan Penunjang SEROLOGIS

1. Felix-Widal Test
Memeriksa kadar antibody aglutinasi terhadap antigen O dan H.
O : terdeteksi pada hari ke 6-8
H : terdeteksi pada hari ke 10-12

• Reaksi Widal tunggal


Titer antibody O : 1/200
Titer antibody H : 1/400
• Paired Sera
Jika antara serum fase akut & convalescence ada peningkatan titer
antibody sebanyak 4x lipat.
SEROLOGIS

2. Test TUBEX
• Sederhana, cepat
• Deteksi IgM S. typhi
• Hasil : merah  negatif
biru  positif

Dalam 1 set tes TUBEX :


• Tabung bentuk V sebanyak 6 buah
• Reagen A : partikel magnetic yg dilapisi o/
S.typhi LPS
• Reagen B : partikel latex biru yg dilapisi o/
antibody monoclonal terhadap antigen O9
SEROLOGIS

3. Typhidot Test
• Cepat, sederhana
• Deteksi IgM dan IgG
spesifik terhadap S. typhi
IgM IgG Interpretasi

(-) (-) Infeksi (-)

(+) (-) Infeksi primer akut fase awal

(-) (+) Infeksi sekunder

Infeksi akut fase pertengahan


(+) (+)
Infeksi sekunder
SEROLOGIS

4. IgM Dipstick Test


• Deteksi kadar IgM S. typhi terhadap antigen LPS
• Inkubasi terhadap strip tes kedalam serum dan reagen deteksi, serum kemudian
didilusi pada perbandingan 1 : 50 terhadap reagen deteksi. Pada sample whole
blood dilusi dilakukan dengan perbandingan 1: 25 dengan reagen deteksi.
• Masa inkubasi : 3 jam temperatur ruangan.
• Hasil tes dibaca dengan inspeksi visual dari tes strip untuk dilakukan pewarnaan
antigen dan kontrol. Hasil tes kemudian dinilai negatif apabila tidak ada
pewarnaan pada antigen dan kontrol, dan diklasifikasi dengan tingkat +1, +2, +3,
+4 .
• Memiliki tingkat sensitivitas 65% hingga 77%, dan tingkat spesifitas 95 - 100%.
KULTUR

1. Kultur darah
• Gold standard  diagnosis pasti
• Positif pada 40-60% pasien dengan demam tifoid
• Positif pada minggu 1-2

2. Kultur sumsum tulang


• Positif sampai minggu ke-4

3. Kultur feses, urin


• Positif setelah + 1 minggu
PEMERIKSAAN DARAH

Darah tepi perifer (tidak spesifik)


• Anemia
• Leukosistesis  jarang <3000/uL
• Trombositopenia  pada tifoid derajat berat
• Liver function test
RADIOLOGI

1. Foto abdomen
• Jika dicurigai adanya komplikasi perdarahan sal. cerna maupun
perforasi usus.

2. Foto thorax
• Jika dicuricai komplikasi pneumonia
Komplikasi
Pencegahan - Vaksin

1. Vaksin oral
• S. typhi galur non patogen dilemahkan  sudah tidak beredar di Indonesia

2. Vaksin parenteral
• u/ anak > 2 tahun
• S. typhi, polisakarida 0,025 mg

3. Polisakarida konjugasi
• u/ anak > 6 bulan
• 0,5 mg Ag Vi S. typhi, 0,5 microgr protein TT dalam larutan fisiologis
Tatalaksana

Antibiotik
● Kloramfenikol (drug of choice) 50 – 100 mg/kgbb/hari, oral atau IV,
dibagi dalam 4 dosis selama 10 – 14 hari
● Amoksisilin 100 mg/kgbb/hari, oral atau IV, selama 10 hari
● Kotrimoksasol 6 mg/kgbb/hari, oral selama 10 hari
● Ceftriaxone 80 mg/kgbb/hari IV/IM, sekali sehari selama 5 hari
● Cefixime 10 mg/kgbb/hari, oral, dibagi dalam 2 dosis selama 10 hari
Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan gangguan kesadaran
deksametason 1-3 mg/kgbb/hari IV dibagi 3 dosis hingga kesadaran membaik

● Tindakan bedah diperlukan jika terjadi perforasi usus


● Dapat dilakukan terapi suportif yaitu menyesuaikan kebutuhan cairan dan
kalori serta tirah baring
Terima Kasih.

Anda mungkin juga menyukai