Anda di halaman 1dari 32

Pembelajaran dengan berbuat (Learning by Doing)

dikembangkan oleh John Dewey (Siti Nilla, 2005:30)


yang menyatakan bahwa “men have to do something
to the this when they wish the find out something,
they have to other conditions”. Pandangan ini
diperkuat oleh Oemar Hamalik (1990: 175) bahwa
belajar yang efektif jika kegiatan belajar itu
diarahkan pada upaya bagi individu untuk dapat
bekerja, melakukan tugas-tugas pekerjaan dalam
bidang pekerjaan tertentu.
Pembelajaran dengan berbuat (Learning by Doing)
direncanakan dengan mengatur waktu dan tempat
secara khusus untuk tiap kompetensi.
Pembelajaran ditekankan pada drill, riview,
demontrasi dan pembelajaran yang sistematis
untuk memberikan pengalaman belajar kepada
siswa sesuai dengan situasi dan kondisi di dunia
kerja.
1. Memperkenalkan beberapa realita dalan
pengajaran.
 Mengembangkan materi pembelajaran dari
realitas sekitar, tidak hanya dari apa yang ada di
buku.
 Mengundang praktisi ke dalam kelas untuk
menambah wawasan siswa dalam rangka
melengkapi penjelasan guru baik secara teori
maupun praktek.
2. Melaksanakan serangkaian pengajaran
langsung dengan melibatkan siswa untuk
memecahkan masalah dengan bimbingan
guru.
 Memperhatikan kebebasan akademik guna
mengembangkan prinsip berdasarkan sikap saling
menghormati dan memperhatikan satu sama lain
(antara guru dan siswa, dan antara siswa dan
siswa lainnya)
 Memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif
berpartisipasi dalam merencanakan kegiatan,
melakukan proses dan pengambilan keputusan.
 Melibatkan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar
mengajar, karena pendekatan ini menekankan pada pengalaman
siswa secara langsung yang berkenaan dengan kompetensi yang
harus dikuasai.
 Menyediakan pendekatan multi sensori bagi siswa ketika
berlangsung pembelajaran, seperti mendengar, merasa,
mencium, dan mencipta objek- objek yang dipelajari.
 Memberikan kompetensi bagi siswa untuk mengembangkan
keterampilan menggunakan material dan melakukan
eksperimen.
 Membina suasana sosial yang transaksional antara siswa dan
guru.
a. Menumbuhkan motivasi belajar siswa
 Motivasi berkaitan erat dengan emosi, minat, dan kebutuhan siswa.
Upaya menumbuhkan motivasi intrinsik yang dilakukan guru adalah
mendorong rasa ingin tahu, keinginan mencoba, dan sikap mandiri anak
didik.
 Sedangkan bentuk motivasi ekstrinsik adalah dengan memberikan
rangsangan berupa pemberian nilai tinggi atau hadiah bagi siswa
berprestasi dan sebaliknya.
b. Mengajak siswa beraktivitas
 Adalah proses interaksi edukaktif melibatkan intelek emosional siswa
untuk meningkatkan aktivitas dan motivasi akan meningkat. Bentuk
pelaksanaanya adalah mengajak anak didik melakukan aktivitas atau
bekerja di laboratorium, di lapangan sebagai bagian dari eksplorasi
pengalaman, atau mengalami pengalaman yang sam sekali baru
c. Mengajar dengan memperhatikan perbedaan
individual
 Proses kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan
memahami kondisi masing-masing anak didik. Tidak
tepat jika guru menyamakan semua anak didik karena
setiap siswa mempunyai bakat berlainan dan
mempunyai kecepatan belajar yang bervariasi. Seorang
siswa yang hasil belajarnya jelek dikatakan bodoh.
Kemudian menyimpulkan semua siswa yang hasil
belajarnya jelek dikatakan bodoh. Kondisi demikian
tidak dapat dijadikan ukuran, karena terdapat beberapa
faktor penyebab anak memiliki hasil belajar buruk,
antara lain; faktor kesehatan, kesempatan belajar di
rumah tidak ada, sarana belajar kurang, dan sebagainya
d. Mengajar dengan umpan balik 
Bentuknya antara lain umpan balik kemampuan perilaku
siswa (perubahan tingkah laku yang dapat dilihat anak didik
lainnya, pendidik atau anak didik itu sendiri), umpan balik
tentang daya serap sebagai pelajaran untuk diterapkan
secara aktif. Pola perilaku yang kuat diperoleh melalui
partisipasi dalam memainkan peran (role play).
e. Mengajar dengan pengalihan
Pengajaran yang mengalihkan (transfer) hasil belajar
kedalam situasi-situasi nyata. Guru memilih metode
simulasi (mengajak anak didik untuk melihat proses
kegiatan seperti cara berwudlu dan sholat) dan metode
proyek (memberikan kesempatan anak untuk menggunakan
alam sekitar dan atau kegiatan sehari-hari untuk bertukar
pikiran baik sesama kawan maupun guru) untuk pengalihan
pengajaran yang bukan hanya bersifat ceramah atau diskusi,
tetapi mengedepankan situasi nyata.
f. Penyusunan pemahaman yang logis dan
psikologis
Pengajaran dilakukan dengan memilih metode
yang proporsional. Dalam kondisi tertentu guru
tidak dapat meninggalkan metode ceramah
maupun metode pemberian tugas kepada siswa.
Hal ini dilakukan sesuai dengan kondisi materi
pelajaran (Djamarah: 223-225).
 John Dewey tentang “Learning by Doing”, merupakan salah
satu cara pemberian pengalaman belajar dengan menghadapkan
anak dengan persoalan sehari-hari untuk dipecahkan secara
kelompok (Moeslichatoen, 1999: 137) Dalam pelaksanaanya,
metode proyek memposisikan guru sebagai fasilitator yang
harus menyediakan alat dan bahan untuk melaksanakan
“proyek” yang berorientasi pada kebutuhan dan minat siswa
dan menantang siswa untuk mencurahkan segala kemampuan,
keterampilan serta kreativitasnya. Selain itu guru harus
menciptakan situasi yang mengandung makna penting untuk
mengembangkan potensi anak, perluasan minat serta
pengembangan kreativitas dan tanggung jawab, baik secara
perseorangan maupun kelompok
 Metode eksperimen juga termasuk metode yang
menggunakan pendekatan Learning by Doing, karena
metode eksperimen merupakan cara pengajaran
dimana guru dan murid bersama-sama melakukan
suatu latihan atau percobaan untuk mengetahui
pengaruh atau akibat dari suatu aksi.
 Metode karya wisata adalah suatu cara penguasaan
bahan pelajaran oleh para siswa dengan jalan
membawa mereka langsung ke objek yang terdapat
diluar kelas atau dilingkungan kehidupan nyata, agar
mereka dapat mengamati atau mengamati secara
langsung
Improvement berasal dari kata improve yang
artinya meningkat, dimana pada dasarnya
meningkat adalah berubah menjadi lebih baik.
continuous improvement adalah peningkatan dan
perbaikan yang berkesinambungan (tiada henti)
dimana mengarah pada kemajuan yang lebih baik
atau unggul.
 Menurut Kinlaw (1992), kegiatan continuous
improvement tersebut meliputi kepuasan pelanggan,
proses kerja, dan performansi supplier yang dapat
didesain dan diterapkan dengan berhasil bila dikerjakan
dalam tim kerja
 Kaizen harus dilaksanakan oleh perusahaan atau
organisasi yang menggunakan filosofi Total Quality
Management. Kaizen merupakan suatu kesatuan
pandangan yang komprehensif dan terintegrasi.
 Menurut Gazper (1994), pandangan yang komprehensif dan
terintegrasi dalam Kaizen tersebut meliputi: berorientasi pada
pelanggan, pengendalian mutu secara menyeluruh menggunakan
robot sebagai alat bantu, gugus kendali mutu, sistem saran,
otomatisasi, disiplin di tempat kerja, pemeliharaan produktivitas
secara menyeluruh dan terpadu, penyempurnaan dan perbaikan
mutu, tepat waktu, tanpa cacat, kegiatan kelompok-kelompok
kecil, hubungan kerja sama antar manajer dan karyawan, serta
pengembangan produk.
 Konsep perbaikan terus menerus dibentuk berdasarkan
pada urutan dan langkah-langkah kegiatan yang
berkaitan dengan hasil output seperti produk berupa
barang dan jasa. Perhatian secara terus menerus bagi
setiap langkah dalam proses kerja sangat penting untuk
mengurangi keragaman dari output dan memperbaiki
keadaan. Tujuan pertama perbaikan secara terus menerus
ialah proses yang handal, dalam arti bahwa dapat
diproduksi yang diinginkan setiap saat tanpa variasi yang
diminimumkan
Selanjutnya untuk mewujudkan paradigma continuous
improvement, harus ditanamkan personal value yang
cocok dengan paradigma tersebut, yakni:
 kejujuran
 kerendahan hati
 kerja keras
 Kesabaran
 Keterbukaan
 keberanian
Pelaksanaan continuous improvement meliputi:
 Penentuan masalah dan pemecahan yang
memungkinkan
 Pemilihan dan implementasi pemecahan yang
paling efektif dan efisien
 Evaluasi ulang, standarisasi, dan pengulangan
proses
Proses peningkatan mutu (Quality
Improvement ) adalah mengidentifikasi indikator
mutu dalam pelayanan, memonitor indikator
tersebut dan mengukur hasil dari indikator mutu
tersebut yang tentunya mengarah pada outcome,
serta selalu berfokus dalam rangka peningkatan
proses, sehinga tingkat mutu dari hasil yang
dicapai akan meningkat.
 Meningkatkan kepuasan klien
 Meningkatkan nilai jual
 Meningkatkan kompetisi
P: Plan the solution(s) (merencanakan solusi masalah)
Rencana penyelesaian masalah berfokus pada tindakan-
tindakan untuk menghilangkan akar penyebab dari
masalah yang ada. Elemen-elemen yang harus ada dalam
proses perencanaan sistem manajemen kualitas adalah
tujuan (objectives), pelanggan (customer), hasil-hasil
(outputs), proses-proses (processes), masukan-masukan
(inputs), pemasok (suppliers), dan pengukuran untuk
umpan balik dan umpan maju (measurement for feedback
and feedforward).
D: Do or implement the solution(s)
(melaksanakan atau menerapkan rencana
solusi terhadap masalah)
Implementasi rencana solusi terhadap masalah
mengikuti daftar rencana tindakan peningkatan
kualitas. Dalam tahap pelaksanaan ini sangat
dibutuhkan komitmen manajemen dan karyawan
serta partisipasi total untuk secara bersama-sama
menghilangkan akar penyebab dari masalah
kualitas yang telah teridentifikasi. Pencatatan data
kualitas juga harus dilakukan selama tahap
pelaksanaan serta identifikasi penyebab apabila
terjadi penyimpangan dalam tahap pelaksanaan.
C: Check the solution(s) results (mempelajari hasil-
hasil solusi terhadap masalah)
Setelah melaksanakan peningkatan kualitas
selama selang waktu tertentu, perlu dilakukan
studi dan evaluasi berdasarkan data yang
dikumpulkan selama tahap pelaksanaan itu guna
mengetahui apakah jenis masalah yang ada telah
hilang atau berkurang. Analisis terhadap hasil-
hasil temuan selama tahap pelaksanaan akan
memberikan tambahan informasi bagi pembuat
keputusan dan perencanaan peningkatan kualitas
berikutnya.
A: Act to standardize the solution(s) (bertindak
untuk menstandardisasikan solusi terhadap
masalah)
Hasil-hasil yang memuaskan dari tindakan
peningkatan kualitas atau solusi masalah harus
distandardisasikan dan selanjutnya melakukan
peningkatan terus-menerus pada jenis masalah
yang lain. Standardisasi dimaksudkan untuk
mencegah masalah yang sama terulang
kembali.
 REWARD
Reward adalah ganjaran, hadiah, penghargaan atau
imbalan. Dalam konsep manajemen, reward merupakan
salah satu alat untuk peningkatan motivasi para
pegawai.

Metode ini bisa menstimulus tim untuk melakukan


suatu perbuatan yang positif secara berulang-ulang.
Selain motivasi, reward juga bertujuan untuk
memperbaiki atau meningkatkan prestasi yang telah
dapat dicapai.
 Penghargaan Bagi Bidan
Penghargaan yang diberikan kepada bidan tidak
hanya dalam bentuk imbalan jasa, tetapi juga
dalam bentuk pengakuan profesi dan pemberian
kewenangan / hak untuk menjalankan praktik
sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
 Sanksi Bagi Bidan
Sanksi merupakan imbalan negative yang berupa
pembebanan atau penderitaan yang ditentukan oleh
hukum aturan yang berlaku.
Sanksi berlaku bagi bidan yang melanggar kode etik dan
hak / kewajiban bidan yang telah diatur oleh organisasi
profesi,karena kode etik bidan merupakan norma yang
berlaku bagi anggota IBI dalam menjalankan praktek
profesinya yang telah disepakati dalam Kongres
Nasional IBI.
Seseorang memiliki jabatan fungsional berhak
mendapatkan tunjangan fungsional. Jabatan bidan
merupakan jabatan fungsional professional sehingga
berhak mendapat tunjangan fungsional.

Jabatan fungsional sebagai bidan bisa didapat melalui


pendidikan berkelanjutan ,baik secara formal maupun
nonformal,yang hasil akhirnya akan meningkatkan
kemampuan professional bidan dalam melaksanakan
fungsinya sebagai pelaksana, pendidik, pengelola, dan
peneliti.
Bagaimanakah Dasar Pemikiran untuk
menggunakan punishment: Ada dua alasan
utama untuk menggunakan pengaturan
diterapkan hukuman:
a) Prosedur Efektivitas.
b) Penggunaan punishment,.
DAMPAK PUNISHMENT

Menimbulkan rasa permusuhan yang luas - cenderung


memperkuat negatif orang yang memberikan hukuman.

Emosional atau Perilaku Agresif,  parah hukuman dapat


menghasilkan perilaku agresif..

Individu dapat menghindari menghukum lingkungan dan


individu dapat melarikan diri menghukum lingkungan
dengan cara keluar, pelarian obat-obatan, atau alcohol,
serta perilaku negative.
TERIM AKASIH

Anda mungkin juga menyukai