Anda di halaman 1dari 17

EVALUASI PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN

PELAYANAN KESEHATAN
KABUPATEN LOMBOK TENGAH

JOHAN EFFENDY,S.Si.,MPH
KABID PELAYANAN KESEHATAN

9 - 10 JULI 2019
AULA KOPERASI DINAS KESEHATAN KAB. LOMBOK TENGAH
PENDAHULUAN

• Tuntutan masy akan pely yg berkualitas semakin meningkat seiring


dgn peningkatan IPTEK, transisi demografi, perubahan pola penyakit
dan perubahan status sosek
• Pelaksanaan rujukan online BPJS yg mengamanahkan rujukan
berjenjang perlu penataan / pengkajian faskes rujukan
• Akses pely kes di kawasan DTPK belum optimal dilaksanakan
termasuk sistem rujukan pely kes.
DATA KEMATIAN IBU MELAHIRKAN
DI KAB.LOMBOK TENGAH

 AKI di Th 2017 sebanyak 24 /100.000 KH dengan total SALIN


sejumlah 19.808,sehingga menjadi : 121,2 % dari 100.000 KH
 Th 2018 secara kebetulan sama sebanyak 24/100.000 KH dengan
19.648 jumlah total SALIN ,sehingga menjadi : 122,15 % dari 100.000
Kh
 AKB pada Th 2017 sebanyak 242 dari 1000 KH dengan 19.808 total
SALIN,maka menjadi 12,21% dari 1000 KH
 AKB pada Th.2019 sejumlah 230 dari 1000 KH dengan 19648 total
SALIN,sehingga menjadi 11,7 % dari 1000 KH
 Data Penemuan kasus gizi buruk 5 tahun terakhir di
Kab.Lombok Tengah TERUS mengalami penurunan,tahun
2014 :44 kasus, tahun 2015 sejlh 45 kasus, tahun 2016 : 38
kasus, 2017 : 33 kss, 2018 : 28 ,
 Akan tetapi terjdi peningkatan kasus pd th.2019 s.d bln
juni menjadi 29 kasus.
 Permasalahan rujukan balik sering terlambat dari RS ke
PKM sehingga pasien terlambat mendapatkan pelayanan
 Belum ada/kejelasan MoU antara perujuk dg yg menerima
rujukan
Rujukan kasus KIA, situasi ini diindikasikan dengan '3 Terlambat'
yaitu:

1. Terlambat mengambil keputusan, sehingga terlambat untuk


mendapat penanganan.
2. Terlambat sampai ke tempat rujukan karena kendala
transportasi
3. Terlambat mendapat penanganan karena terbatasnya sarana
dan sumber daya manusia.
• Pelaksanaan rujukan kedaruratan masih belum
maksimal oleh karena pengembangan pola sistem
rujukan seperti PSC 119, layanan ambulan RS, sistem
komunikasi rujukan belum berjalan termasuk sisrute
• Permasalahan dalam pengembangan antara lain
keterbatasan SDM, SPA serta regulasi yang mengatur
• Upaya yg dilaksanakan adalah pemenuhan sumber
daya secara bertahap
No Dasar Hukum
1. UU 36/2009 tentang Kesehatan ;
2. UU 44/2009 tentang Rumah Sakit ;
3. Inpres RI No 4/2013 tentang Prog Dekade Aksi Keselamatan Jalan ;
4. Kepmenkes RI No 856/2009 tentang Standar IGD RS ;
5. Kepmenkes RI No 882/2009 tentang Pedoman Penanganan Evakuasi Medik ;
Peraturan Menteri Kesehatan No. 001 Tahun 2012 Tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan ;
6.

7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit ;

8. PMK No. 19 Tahun 2016 tentang Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) ;
Perda Prov. NTB No. 7 Tahun 2011 tentang Perlindungan dan Peningkatan Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak Balita ;
9.

10. Perda Prov. NTB No. 4 Tahun 2017 tentang Mutu Yankes ;

11. Peraturan Gubernur No. 2 Tahun 2015 Tentang Pedoman Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Provinsi NTB ;
Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB Nomor : 445 / 20 /Yankesdas & Rujukan/ I/ 2011 Tentang Petunjuk
12. Teknis Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan di Nusa Tenggara Barat ;
1. UU No. 36 / 2009 ttg Kesehatan, Pasal 85 :
Dalam keadaan darurat, fasyankes , baik pemerintah mapun
swasta wajib memberikan yankes pd bencana bagi penyelamatan
nyawa pasien dan pencegahan kecacatan
2. UU No. 44/ 2009 ttg RS, Pasal 29 :
Setiap RS wajib memberikan pelayanan gawat darurat kpd pasien
sesuai dgn kemampuan pelayanan
3. Kepmenkes RI 856/2009 ttg standar IGD RS :
- Setiap RS wajib memiliki pelayanan Gadar yg memiliki
kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus – kasus gadar
- Melakukan resusitasi dan stabilisasi
PERMENKES : 19 THN 2016 TENTANG SPGDT

4. Pasal 19 Sistem penanganan korban/ pasien gawat darurat terdiri


dari :
a. penanganan prafasilitas pelayanan kesehatan
b. penanganan intrafasilitas pelayanan kesehatan
c. penanganan antarfasilitas pelayanan kesehatan
Pasal 20 :
(1) Penanganan prafasilitas pelayanan kesehatan
merupakan tindakan pertolongan terhadap
Korban/Pasien Gadar yang cepat dan tepat
di tempat kejadian sebelum mendapatkan tindakan
di fasilitas pelayanan kesehatan.
(2) Tindakan pertolongan terhadap Korban/Pasien
Gadar dilakukan oleh tenaga kesehatan dari PSC.
(3) Tindakan pertolongan terhadap Korban/Pasien Gadar
harus memperhatikan kecepatan penanganan Korban/
Pasien Gadar.
Perda Prov. NTB No. 7 Tahun 2011 tentang Perlindungan dan Peningkatan
Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak Balita

Pasal 15
(1) Setiap anak balita difasilitasi untuk mendapatkan
perlindungan terhadap hak hidup, tumbuh, dan berkembang
(2) Perlindungan kesehatan anak balita meliputi :
a. Perawatan anak balita sesuai standar
b. Imunisasi dasar
c. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan dg
pendekatan SDIDTK
Pasal13 (1)
Komponen penyelenggaraan Mutu Yankes terdiri dari:
a. Standar pelayanan dan SOP
b. Tenaga Kesehatan
• Perda Prov. NTB No. 4 c. Prasarana & peralatan kes di Fasyankes
Tahun 2017 tentang d. Perizinan,registrasi dan akreditasi Fasilitas
Mutu Yankes Yankes
e. Pelayanan obat, alat kesehatan,dan BMHP
f. Informasi pelayanan kesehatan
g. Etika penyelenggaraan yankes
Peraturan Gubernur No. 2 Tahun 2015 Tentang Pedoman Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Provinsi NTB

Pasal 4 (1) Regionalisasi Rujukan berdasarkan atas :


 Wilayah/letak geografis;
 Jenis kasus/kekhususan permasalahan kesehatan pasien;
 Keadaan gawat darurat;
 Bencana;
 Kemampuan sumber daya yang dimiliki;
 Kemampuan fasilitas atau aksesibilitas; dan
 Pertimbangan ketersediaan fasilitas.
RS RUJUKAN VERTIKAL
DI KAB.LOTENG

• RSUD Praya sebagai Rujukan Daerah (kelas C)


• RSI Yatofa (kelas D)
• RS Cahaya Medica (kelas D)
• RSIA Bhumi Bundha (RS Khusus Kelas C)
REGIONALISASI RUJUKAN DI NTB

 RSUD Provinsi NTB sebagai Rujukan Provinsi


 RS H. L Manambai Abdul Kadir sebagai Rujukan Regional
 RSUD Gerung Lombok Barat sebagai Rujukan Regional (Pasien Umum)
 RSUD Awet Muda Narmada Lombok Barat (Pasien Umum)

Ditetapkan oleh Surat Keputusan Dirjen Bina Upaya Kesehatan


Kementerian Kesehatan RI No.HK.02.03/I/0363/2015 tentang Penetapan RS
Rujukan Provinsi dan RS Rujukan Regional.
Pasal 10
Kegiatan rujukan pelayanan kesehatan
dilakukan berdasarkan:
a. letak geografis  mempertimbangkan jarak tempuh ke faskes
rujukan yg lebih mampu
b. kemampuan fasilitas/sarana kesehatan  Puskesmas
PONED& RS PONEK
c. jenis kasus  kemampuan diagnosis FKTP
d. kekhususan penyakit  KIA, gizi, dan P2 kasus spesifik
Terima Kasih
&
Wassalam

Anda mungkin juga menyukai