Anda di halaman 1dari 18

KT

IP
O
ILE
O
R
S
P
SD
A
NKK
O
IL
N
F

DISUSUN OLEH :

YUMAIKA SAMARIA LIMBONG


JESSICA R M TAMBUNAN
NADIA FEBRIANI
ABDUL RASYID MATONDANG
LIMSONI SILITONGA
JOSHUA FEBRIAN SINAGA
 
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)
SULTAN AGUNG
PEMATANGSIANTAR
2021/2022
PENGERTIAN KONFLIK
Konflik berasal dari kata kerja Latin con artinya
bersama dan figere yang berarti benturan atau
tabrakan. Configere berarti saling memukul atau
saling bertabrakan. Secara sosiologis, konflik diartikan
sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih
atau kelompok dimana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya
atau membuatnya tidak berdaya.
Jenis Konflik
1) Konflik Pribadi/individu
2) Konflik rasial; ➢ Disebabkan karena berbeda kepentingan dan budaya
(salah satu merasa paling unggul)
3) Konflik Politik; ➢ Bisa antar kelompok maupun antar negara
4) Knflik antar kelas sosial; ➢ Umumnya dipicu karena perbedaan
kepentingan
5) Konflik internasional; ➢ awalnya konflik dua negara, namun masing-
masing mencari kawan/koalisi sehingga meluas
6) Konflik antar kelompok
7) Konflik antar generasi; ➢ konflik yg terjadi karena generasi yg satu
ingin mempertaankan nilai dan generasi lainya ingin mengubahnya
8) Konflik antar penganut agama
4 Penyebab Konflik
1) Perbedaan Pendapat. Suatu konflik yang terjadi
karena pebedaan pendapat dimana masing-masing
pihak merasa dirinya benar, tidak ada yang mau
mengakui kesalahan, dan apabila perbedaan pendapat
tersebut amat tajam maka dapat menimbulkan rasa
kurang enak, ketegangan dan sebagainya.
 2) Salah Paham Salah paham merupakan salah satu
hal yang dapat menimbulkan konflik. Misalnya
tindakan dari seseorang yang tujuan sebenarnya baik
tetapi diterima sebaliknya oleh individu yang lain.
3) Ada Pihak Yang Dirugikan. Tindakan salah satu
pihak mungkin dianggap merugikan yang lain atau
masing-masing pihak merasa dirugikan pihak lain
sehingga seseorang yang dirugikan merasa kurang
enak, kurang senang atau bahkan membenci.
4) Perasaan Sensitif. Seseorang yang terlalu perasa
sehingga sering menyalah artikan tindakan orang lain.
Contoh, mungkin tindakan seseorang wajar, tetapi
oleh pihak lain dianggap merugikan.
MANAJEMEN KONFLIK
Manajemen konflik merupakan sebuah sistem tawar-
menawar dan bernegosiasi, dimana dalam konteks
demokrasi dapat membantu mengatasi konflik antar
kelompok dan menggiring mereka ke dalam dialog
dan debat politik, dan menjauhkan mereka dari
kekerasan di jalan. Tujuan manajemen konflik adalah
menjaga supaya perselisihan yang ada bisa disalurkan
ke dalam arena negosiasi dan mencegahnya jangan
sampai mengalami peningkatan yang berujung pada
konfrontasi dan kekerasan.
MANAJEMEN KONFLIK
Ada beberapa hal yang tercakup dalam konsep manajemen konflik menurut Boulding
seperti:
(1) adanya pengakuan bahwa dalam setiap masyarakat selalu ada konflik;
(2) Analisis situasi yang menyertai konflik, misalnya mengetahui apa sebenarnya yang
terjadi, apakah konflik berhubungan dengan nilai, tujuan, cara, teritori, atau kombinasi
dari faktorfaktor tadi;
(3) Analisis perilaku semua pihak yang terlibat;
(4) Tentukan pendekatan konflik yang dapat dijadikan model penyelesaian;
(5) Fasilitas komunikasi, yaitu mebuka semua jalur komunikasi baik langsung maupun
tidak langsung, diskusi dan dialog, dalam rangka hearing;
(6) Negosiasiyaitu teknik untuk melakukan perundingan dengan pihak-pihak yang
terlibat dalam konflik;
(7) Rumuskan beberapa anjuran, tekanan, dan konfirmasi bagi kelestarian relasi
selanjutnya;
(8) Hiduplah dengan konflik, karena semua konflik tidak dapat dihilangkan kecuali
dapat ditekan atau ditunda kekerasannya.
KONFLIKDANPROSESPOLITIK

Konflik Sebagai Proses Politik Istilah konflik dalam


ilmu politik sering kali dikaitkan dengan kekerasan,
seperti; kerusuhan, kudeta, tetorisme, dan revolusi.
konflik politik secara longgar dapat dirumuskan
sebagai perbedaan pendapat, persaingan, dan
pertentangan di antara sejumlah individu, kelompok
ataupun organisasi dalam upaya mendapatkan dan
atau mempertahankan sumber-sumber dari
keputusan yang dibuat dan dilaksanakan oleh
pemerintah.
PEMBAGIAN KONFLIK POLITIK
Konflik politik dibedakan menjadi 2, yaitu:
 konflik yang berwujud kekerasan
Konflik yang Mengandung kekerasan, pada umumnya terjadi dalam masyarakat negara
yang belum memiliki konsensus dasar mengenai dasar dan tujuan negara dan
mengenai mekanisme pengaturan dan penyelesaian konflik yang melembaga.
Contohnya Hura-hara (riot), kudeta, pembunuhan atau sabotase yang berdimensi
politik (terorisme), pemberontakan, dan separatisme, serta revolusi merupakan
sejumlah contoh konflik yang mengandung kekerasan.
Konflik yang tak berwujud kekerasan
Konflik yang tak berwujud kekerasan pada umumnya dapat ditemui pada masyarakat-
negara yang memiliki konsensus mengenai dasar dan tujuan Negara dan mengenai
mekanisme pengaturan dan penyelesaian konflik yang melembaga.
Adapun contoh konflik yang tidak berwujud kekerasan, yakni unjuk-rasa
(demonstrasi), pemogokan (dengan segala bentuknya), pembangkangan sipil (civil
disobedience), pengajuan petisi dan protes, diaog (musyawarah), dan polemic melalui
surat kabar.
PENYEBAB KONFLIK POLITIK
Pada dasarnya konflik politik disebabkan oleh dua hal, yaitu :

• Kemajemukan Horizontal adalah struktur masyarakat yang majemuk secara; –


kultural (suku bangsa, daerah, agama, dan ras); – majemuk secara sosial dalam
arti perbedaan pekejaan dan profesi; dan dalam arti perbedaan karakteristik
tempat tinggal. Kemajemukan horisontal kultural dapat menimbulkan konflik
karena masing-masing unsur kultural berupaya mempertahankan identitas dan
karakteristik budayanya dari ancaman kultur lain

• Kemajemukan Vertical adalah struktur masyarakat yang berbeda menurut


pemilikan kekayaan, pengetahuan, dan kekuasaan. Kemajemukan vertikal dapat
menimbulkan konflik karena sebagian besar masyarakat yang tidak memiliki
atau hanya memiliki sedikit kekayaan, pengetahuan, dan kekuasaan akan
memiliki kepentingan yang bertentangan dengan kelompok kecil masyarakat
yang mendominasi ketiga sumber pengaruh tersebut.
TIPE-TIPE KONFLIK
Terdapat 2 tipe konflik, yaitu:
1. Konflik Positif
Adalah konflik yang tak mengancam eksistensi sistem
politik, biasanyadisalurkan melalui mekanisme penyelesaian
konflik yang disepakati bersamadalam konstitusi. Mekanisme
tersebut ialah lembaga demokrasi, seperti partai politik, badan
perwakilan rakyat, pers, pengadilan, pemerintah, dsb.

2. Konflik Negatif
Adalah konflik yang dapat mengancam eksistensi sistem
politik yang biasanya disalurkan melalui cara nonkonstitusional
seperti kudeta, separatisme, terorisme, dan revolusi.
STRUKTUR KONFLIK
Menurut Paul Conn, struktur konflik dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Konflik Menang-KalahAdalah konflik yang bersifat antagonistik, sehingga


tidakmemungkinkan tercapainya kompromi antara pihak-pihak yang berkonflik. Cirinyaa.
 a. Tidak mungkin mengadakan kerja sama b.
 b. Hasil kompetisi akan dinikmati oleh pemenang sajac.
 c. Yang dipertaruhkan adalah hal-hal yang prinsipil, seperti hargadiri, iman kepercayaan,
jabatan, dll.
Contoh: konflik antar manusia beragama dengan orang atheis.2.
 
2. Konflik Menang-MenangAdalah konflik dimana pihak-pihak yang terlibat masuh mungkin
untuk berkompromi dan bekerja sama. Cara yang dilakukan yaitu denganmelakukan dialog,
kompromi, dan kerja sama yang menguntungkan dua pihak. Cirinya:
a. Kompromi dan kerja sama
b. Hasil kompetisi dinikmati oleh kedua pihak, namun tidak secaramaksima
PENGATURAN KONFLIK POLITIK

 Koalisi pemerintahan yg stabil diantara parpol


 Penerapan prinsip proporsionalitas (distribusi
kekuasaan berdasarkan golongan masyarakat)
Penerapan prinsip saling veto
Pihak yang berkonflik menghindarkan keterlibatan
pemerintah
Pihak yg berkonflik bersedia menyesuaikan diri
 Konsesi diberikan hanya oleh kelompok yg kuat
kepada kel yg lemah.
Bentuk Konflik Politik
Bentuk-bentuk konflik politik dapat diidentifikasi dari penelitian yang dilakukan oleh
Maurice Devurege. Ia mengidentifikasi bentuk-bentuk konflik politik menjadi dua
kategori yakni;
1. senjata-senjata pertempuran
Manusia dan organisasi dalam konflik satu sama lain mempergunakan berbagai jenis
senjata di dalam perjuangan politik. Senjata yang digunakan tergantung dari masyarakat
setempat dan kelompok-kelompok sosialnya, diantaranya ialah senjata dalam bentuk
kekerasan fisik, senjata dalam bentuk yang lain seperti uang, media dan organisasi.
Namun, belakangan ini kekerasan fisik merupakan senjata yang sering digunakan.
Padahal tujuan pertama-tama dari politik adalah untuk menghapus kekerasan.
Beberapa contoh senjata pada konflik politik,diantaranya:
a) Kekerasan fisik
Berbicara secara luas, ada dua jenis kekerasan yang dipergunakan sebagai senjata di
dalam pertempuran politik: kekerasan oleh negara melawan para warganya, dan
kekerasan antara kelompok warga negara atau melawan negara. Alat kekerasan yang
digunakan negara untuk melawan negara adalah militer yang mempergunakan senjata. 
Lanjutan…
b) Kekayaan
Dalam realitas politik; uang tidak pernah menjadi satu-satunya “penguasa”. Namun
dalam banyak masyarakat, seperti dalam masyarakat kapitalis, uang adalah senjata
yang hakiki. Untuk itu, uang yang merupakan simbol dari kekayaan telah menjadi
sebuah senjata politik.
c) Organisasi
Di dalam komunitas manusia yang besar, terutama di dalam negara modern, pertikaian
politik dilancarkan antara organisasi-organisasi. Organisasi-organisasi ini kelompok-
kelompok yang berstruktur, dengan kemampuan artikulasi, dan hirarkis, terutama
terlatih bagi perjuangan merebut kekuasaan.
d) Media informasi
Media yang merupakan alat untuk menyebarkan pengetahuan dan informasi ini juga
dapat dikatakan sebagai senjata politik, yang mampu dipakai oleh negara, oleh
organisasi, partai dan gerakan rakyat. Dalam rezim-rezim otoritarian, media informasi
biasanya berada da­lam kontrol negara, yang berfungsi untuk menyebarkan propaganda
negara. Propaganda ini cenderung untuk mengamankan dukungan penuh dan
pemerintah.
TAHAP PENYELESAIAN KONFLIK

▪ Apabila konflik diselesaikan dengan memberikan


sanksi negatif, maka akan menimbulkan kekerasan yang
berkepanjangan.
▪ Sehingga, konflik harus diselesaikan tanpa adanya
kekerasan melalui beberapa tahap, yakni;
▪ tahap politisasi/koalisi,
▪ tahap pembuatan keputusan, dan
▪ tahap pelaksanaan dan integrasi.
 
KESIMPULAN
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses
sosial antara dua orang atau lebih atau kelompok
dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak
lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya.
Konflik sebagai Proses politik dapat diartikan sebagai
perbedaan pendapat, persaingan, dan pertentangan di
antara sejumlah individu, kelompok ataupun organisasi
dalam upaya mendapatkan dan atau mempertahankan
sumber-sumber dari keputusan yang dibuat dan
dilaksanakan oleh pemerintah.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai