Menurut Soerjono Soekanto konflik atau pertentangan politik adalah konflik yang terjadi akibat adanya kepentingan atau tujuan politis seseorang atau kelompok. Konflik politik juga memiliki pengertian sebagai pertentangan kepenitngan politik untuk memperoleh kekuasaan atau kedudukan politik. Pengertian konflik politik menurut Ramlan Surbakti menjelaskan bahwa konflik politik sebagai perbedaan pendapat atau Persaingan dan pertentangan di antara sejumlah individu, kelompok atau organisasi dalam upaya untuk mendapatkan. Dan mempertahankan sumber sumber dari keputusan yang dibuat dan dilaksanakan pemerintah. Konflik politik dapat disebabkan oleh konflik kemajemukan horizontal dan konflik kemajemukan vertikal. Terdapat berbagai teori yang mengkaji penyebab konflik diantaranya ; teori hubungan masyarakat, teori negosiasi prinsip, teori kebutuhan manusia, teori identitas dan teori transformasi konflik. Selanjutnya terdapat dua tipe konflik yaitu konflik positif dan konflik negatif. Sedangkan menurut struktur konflik, konflik dibedakan menjadi konflik menang-kalah dan konflik menang-menang. Pengelolaan konflik dapat dilakukan dengan; mengelola konflik secara langsung, mengelola berbagai akibat konflik dan mempengaruhi struktur sosial. 2. Bentuk Bentuk Konflik Politik Soerjono Soekanto membagi konflik sosial menjadi lima bentuk yaitu: ● Konflik atau pertentangan pribadi, yaitu konflik yang terjadi antara dua individu atau lebih karena perbedaan pandangan dan sebagainya. ● Konflik atau pertentangan rasial, yaitu konflik yang timbul akibat perbedaan- perbedaan ras. ● Konflik atau pertentangan antara kelas-kelas sosial, yaitu konflik yang terjadi disebabkan adanya perbedaan kepentingan antar kelas sosial. ● Konflik atau pertentangan politik, yaitu konflik yang terjadi akibat adanya kepentingan atau tujuan politis seseorang atau kelompok. ● Konflik atau pertentangan yang bersifat internasional, yaitu konflik yang terjadi karena perbedaan kepentingan yang kemudian berpengaruh pada kedaulatan negara. Ralf Dahrendorf mengatakan bahwa konflik dapat dibedakan atas empat macam, yaitu sebagai berikut : ● Konflik antara atau yang terjadi dalam peranan sosial, atau biasa disebut dengan konflik peran. Konflik peran adalah suatu keadaan di mana individu menghadapi harapanharapan yang berlawanan dari bermacam-macam peranan yang dimilikinya. ● Konflik antara kelompok-kelompok sosial. ● Konflik antara kelompok-kelompok yang terorganisir dan tidak terorganisir. ● Konflik antara satuan nasional, seperti antar partai politik, antar negara, atau organisasi internasional. 3. Faktor Faktor Konflik Politik Konflik politik dapat muncul ke permukaan disebabkan oleh dua hal, yaitu konflik politik kemajemukan horizontal dan konflik politik kemajemukan vertikal. ● Kemajemukan Horizontal Adalah struktur masyarakat yang Majemuk secara kultural, seperti: suku bangsa, daerah, agama, dan ras. Majemuk secara sosial, seperti: perbedaan pekerjaan dan profesi, serta karakteristik tempat tinggal. Kemajemukan horizontal kultural dapat menyebabkan konflik karena, setiap daerah berupaya mempertahankan identitas dan karakteristik budaya masing- masing. Jika tidak ada konsensus nilai, maka akan terjadi perang saudara atau gerakan separatisme. Kemajemukan horizontal sosial dapat menyebabkan konflik, karena masing-masing kelompok pekerjaan, profesi, dan tempat tinggal memiliki kepentingan yang berbeda-beda dan saling bertentangan. ● Kemajemukan Vertikal Adalah struktur masyarakat yang terbagi berdasarkan kekayaan, pengetahuan, dan kekuasaan. Jadi, distribusi kekayaan, pengetahuan, dan kekuasaan yang pincang merupakan penyebab utama timbulnya konflik politik. 4. Contoh konflik politik Berikut merupakan beberapa contoh konflik politik yang pernah terjadi di Indonesia, bisa berupa demonstrasi politik, upaya kudeta, dan pemberontakan atau separatisme. ● Konflik penolakan revisi UU KPK dan KUHP (2019) Pada tahun 2019, terjadi demonstrasi besar-besaran yang dilakukan mahasiswa dan masyarakat untuk menolak revisi UU KPK dan KUHP karena isinya yang melemahkan lembaga KPK dan terlalu mencapuri urusan personal. Akibatnya terjadi konflik antara aparat dan demonstran. ● Konflik dengan KKB di Papua Konflik di Papua terjadi dari tahun ke tahun, yang melibatkan pihak KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata) yang ingin memerdekakan Papua dari Indonesia. Akibatnya sering terjadi insiden penembakan atau pembunuhan dari pihak KKB, terutama kepada karyawan PT Freeport yang ada di Papua. ● Konflik kecurangan pemilu 2019 Pada tahun 2019, terjadi konflik antara demonstran yang tidak puas dengan hasil pemilu 2019 dengan aparat kepolisian. Meski awalnya demo berjalan damai, namun saat malam hari muncul demonstran lain yang bertindak lebih anarkis. Akibat konflik politik ini ada beberapa korban tewas dari pihak demonstran. ● Konflik Reformasi Mei 1998 Konflik politik besar pernah terjadi pada Mei 1998, yang melibatkan mahasiswa demonstran dengan pihak aparat. Akibatnya beberapa mahasiswa tewas terbunuh. Konflik ini kerap disebut sebagai Tragedi Trisakti dan Tragedi Semanggi. Konflik ini berujung pada mundurnya presiden Soeharto usai 32 tahun menjabat dan dimulainya era Reformasi. ● Konflik dengan GAM di Aceh GAM atau Gerakan Aceh Merdeka merupakan kelompok separatis yang ingin memisahkan diri dari NKRI. Konflik dengan GAM di provinsi Aceh ini pun berlangsung lama sejak dulu dan menimbulkan banyak kerugian. Konflik baru mulai reda sejak tahun 2006. ● Konflik pemberontakan PKI di Madiun (1948) Contoh konflik politik yang cukup dikenal adalah pemberontakan yang dilakukan PKI di Madiun pada tahun 1948. Konflik melibatkan pihak PKI dan TNI. Konflik ini pun jadi pemicu terjadinya konflik lain yang melibatkan PKI, puncaknya pada tahun 1965. ● Konflik pemberontakan G30S/PKI (1965) Peristiwa G30S/PKI jadi salah satu sejarah kelam konflik yang pernah terjadi di Indonesia. G 30 S PKI merupakan singkatan dari Gerakan 30 September yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Akibat konflik ini ada 6 pejabat tinggi militer Indonesia dan beberapa tokoh lain yang dibunuh sebagai upaya kudeta oleh PKI. ● Konflik karena pemberontakan DI/TII Konflik politik pernah terjadi lewat gerakan pemberontakan DI/TII yang ingin menjadikan Republik Indonesia menjadi negara Islam. Gerakan ini berkembang dan menyebar di beberapa wilayah, khususnya Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh serta menyebabkan terjadinya beberapa konflik politik.