Masyarakat
KELAS : VIII F
NO ABSEN : 9 (Sembilan)
KONFLIK SOSIAL
2. Konflik Antarnegara
3. Konflik Antarrasial
2
Konflik antarkelompok sosial adalah konflik yang terjadi antara
kelompok dalam masyarakat, seperti konflik antara supporter bola,
tawuran pelajar, dan konflik antar partai politik.
1. Perbedaan Individu
3. Perbedaan Kepentingan
3
perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik,
ekonomi, sosial dan budaya.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika
berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan itu akan
menyebabkan konflik sosial.
Suatu konflik mempunyai kecenderungan atau kemungkinan untuk
mengadakan penyesuaian kembali norma-norma dan hubungan-
hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan dengan kebutuhan
individu maupun bagian-bagian kelompok tersebut.
1. Menghindar
4
Kadang orang merasa tidak ada manfaatnya melanjutkan konflik
dengan orang atau kelompok lain. Hal ini mungkin disebabkan
keyakinan bahwa dia tidak akan menang menghadapi konflik.
Dengan demikian, orang tersebut mengorbankan tujuan pribadi
ataupun hubungannya dengan orang lain. Orang tersebut berusaha
menjauhi masalah yang menimbulkan konflik ataupun orang yang
bertentangan dengannya.
2. Memaksakan Kehendak
Terdapat individu atau kelompok yang memandang bahwa
pendapatnya atau idenya yang paling benar. Oleh karena itu,
dengan segala cara, konflik harus berakhir dengan kemenangan di
pihaknya.
Dia atau mereka berusaha menguasai lawan-lawannya dan
memaksa lawan menerima penyelesaian yang diinginkan. Ia
menganggap bahwa konflik harus diselesaikan dengan cara satu
pihak harus menang.
4. Tawar Menawar
Dalam proses tawar menawar, individu akan mengorbankan
sebagian tujuannya dan meminta lawan konflik mengorbankan
sebagian tujuannya juga.
5
5. Kolaborasi
Kolaborasi memandang konflik sebagai masalah yang harus
diselesaikan. Atas dasar itu, dicarilah cara-cara untuk mencari cara
mengurangi ketegangan kedua belah pihak.
Ia berusaha memulai sesuatu pembicaraan yang dapat
mengenali konflik sebagai suatu masalah dan mencari pemecahan
yang memuaskan keduanya.
Penyebab :
Perkembangan :
- 1977
GAM pertama kali mengibarkan bendera perang dengan
melakukan gerilya. Namun, pemerintah pusat berhasil
menetralisir kelompok tersebut. GAM mengalami kegagalan
dalam perang gerilya.
- 1989
Pada 1989, GAM memperbarui aktivitasnya. GAM didukung
oleh Libya dan Iran dengan mengerahkan sekitar 1.000 tentara.
Pelatihan yang diberi dari luar negeri ini berarti bahwa tentara
GAM sudah jauh lebih tertata dan terlatih dengan baik.
Melalui ancaman terbaru ini, Aceh dinyatakan sebagai Daerah
Operasi Militer Khusus (DOM). Desa-desa yang diduga
menampung para anggota GAM dibakar dan anggota keluarga
tersangka diculik dan disiksa. Diyakini terdapat 7.000
pelanggaran hak asasi manusia terjadi selama DOM
berlangsung.
- 1998
Tahun 1998, Soeharto mundur dari jabatannya sebagai
Presiden Indonesia. Kedudukannya kemudian digantikan oleh
Presiden Jusuf Habibie. Semasa kepemimpinannya, Habibie
menarik pasukan dari Aceh untuk memberi ruang bagi GAM
dalam membangun kembali organisasinya. Namun, pada 1999,
kekerasan justru semakin meningkat.
7
GAM memberontak terhadap pejabat pemerintah dan
penduduk Jawa yang didukung oleh penyelundupan senjata
besar-besaran dari Thailand oleh GAM. Kemudian, memasuki
tahun 2002, kekuatan militer dan polisi di Aceh juga
berkembang menjadi kurang lebih sebanyak 30.000. Setahun
kemudian, jumlahnya melonjak menjadi 50.000.
Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh GAM
mengakibatkan beberapa ribu kematian warga sipil. Untuk
mengatasi GAM, pemerintah melancarkan serangan besar-
besaran tahun 2003 di Aceh, di mana keberhasilan semakin
terlihat.
Penyelesaian :
Pada 26 Desember 2004, bencana gempa bumi dan
tsunami besar menimpa Aceh. Kejadian ini memaksa para pihak
yang bertikai untuk kembali ke meja perundingan atas inisiasi
dan mediasi oleh pihak internasional. Selanjutnya, tanggal 27
Februari 2005, pihak GAM dan pemerintah RI memulai tahap
perundingan di Vantaa, Finlandia.
Pada 17 Juli 2005, setelah berunding selama 25 hari, tim
perunding Indonesia berhasil mencapai kesepakatan damai
dengan GAM di Vantta, Finlandia. Penandatanganan
kesepakatan damai dilangsungkan pada 15 Agustus 2005.
Proses perdamaian selanjutnya dipantau oleh tim yang bernama
Aceh Monitoring Mission (AMM) yang beranggotakan lima
negara ASEAN. Semua senjata GAM yang berjumlah 840
diserahkan kepada AMM pada 19 Desember 2005. Kemudian,
pada 27 Desember, GAM melalui juru bicara militernya, Sofyan
Dawood, menyatakan bahwa sayap militer Tentara Neugara
Aceh (TNA) telah dibubarkan secara formal.
Dampak :
8
Pemberontakan tersebut menimbulkan korban jiwa dan
kerusakan fisik terhadap warga Aceh. Ribuan orang yang dicintai
(orang tua, istri, suami dan anak-anak) telah gugur mengalami
penyiksaan dan cacat, menjadi janda dan anak yatim piatu.
KONFLIK SAMPIT
(2001)
9
provinsi, termasuk ibu kota Palangka Raya. Konflik ini terjadi
antara suku Dayak asli dan warga migran Madura.
Kala itu, para transmigran asal Madura telah membentuk
21 persen populasi Kalimantan Tengah. Akibatnya, Kalimantan
Tengah merasa tidak puas karena terus merasa disaingi oleh
Madura. Karena adanya permasalahan ekonomi ini, terjadi
kerusuhan antara orang Madura dengan suku Dayak.
Penyerangan ini lantas membuat 1.335 orang Madura harus
mengungsi.
Latar Belakang :
Konflik Sampit yang terjadi tahun 2001 bukanlah sebuah
insiden pertama yang terjadi antara suku Dayak dan Madura.
Sebelumnya sudah terjadi perselisihan antara keduanya.
Penduduk Madura pertama kali tiba di Kalimantan Tengah tahun
1930 di bawah program transmigrasi yang dicanangkan
pemerintah kolonial Belanda. Hingga tahun 2000, transmigran
asal Madura telah membentuk 21 persen populasi Kalimantan
Tengah.
Suku Dayak mulai merasa tidak puas dengan persaingan
yang terus datang dari Madura. Hukum baru juga telah
memungkinkan warga Madura memperoleh kontrol terhadap
banyak industri komersial di provinsi tersebut, seperti
perkayuan, penambangan, dan perkebunan. Hal tersebut
menimbulkan permasalahan ekonomi yang kemudian menjalar
menjadi kerusuhan antarkeduanya. Insiden kerusuhan terjadi
tahun 2001. Kericuhan bermula saat terjadi serangan
pembakaran sebuah rumah Dayak. Menurut rumor warga
Madura lah yang menjadi pelaku pembakaran rumah Dayak
tersebut. Sesaat kemudian, warga Dayak pun mulai membalas
dengan membakar rumah-rumah orang Madura.
Profesor Usop dari Asosiasi Masyarakat Dayak mengklaim
bahwa pembantaian oleh suku Dayak dilakukan guna
10
mempertahankan diri setelah beberapa warga Dayak diserang.
Disebutkan juga bahwa seorang warga Dayak disiksa dan
dibunuh oleh sekelompok warga Madura setelah sengketa judi
di Desa Kerengpangi pada 17 Desember 2000.
Dampak :
Dua hari setelah peristiwa tersebut, 300 warga Dayak
mendatangi lokasi tewasnya Sandong untuk mencari sang
pelaku. Tak berhasil menemukan pelakunya, kelompok warga
Dayak melampiaskan kemarahannya dengan merusak sembilan
rumah, dua mobil, lima motor, dan dua tempat karaoke, milik
warga Madura. Penyerangan ini lantas membuat 1.335 orang
Madura mengungsi.
Penyelesaian :
Pada 18 Februari 2001 suku Dayak berhasil menguasai
Sampit. Polisi menahan seorang pejabat lokal yang diduga
sebagai salah satu dalang di balik serangan ini. Orang yang
ditahan tersebut diduga membayar enam orang untuk
memprovokasi kerusuhan di Sampit.
Kemudian, ribuan warga Dayak mengepung kantor polisi
di Palangkaraya sembari meminta pembebasan para tahanan.
Permintaan mereka dikabulkan oleh polisi pada 28 Februari
2001, militer berhasil membubarkan massa Dayak dari jalanan.
Dari Konflik Sampit ini sedikitnya 100 warga Madura dipenggal
kepalanya oleh suku Dayak. Konflik Sampit sendiri mulai mereda
setelah pemerintah meningkatkan keamanan, mengevakuasi
warga, dan menangkap provokator.
Untuk memperingati akhir konflik ini, dibuatlah perjanjian
damai antara suku Dayak dan Madura. Guna memperingati
perjanjian damai tersebut, maka dibentuk sebuah tugu
perdamaian di Sampit.
11
”TerimaKasih’’
12