Anda di halaman 1dari 7

Mewujudkan kesalehan Sosial:

“veritas, Probitas dan Iustitia”


OLEH : ZAINUL MUSTOFA
Definisi manusia

 Hayawanu natiq (homo sapiens):

Manusia adalah hewan berakal, terminologi hewan pada istilah tersebut menjelaskan bahwa secara prototype manusia seperti hewan, makan,beregenerasi dan lain sebagainya.
Adapun akal, merupakan distingsi (simbol unik) yang membedakan manusia dengan mahluk lainya. Karena hanya manusia yang mempunyai akal. Akal yang dimaksud
adalah kemampuan mengelola rasio untuk mencari kebenaran, menghasilkan kreatifitas dan leader of life management (pemimpin kita untuk memangement hidup). Dapat
dipahami pula bahwa semakin manusia menggunakan akalnya, semakin kuat eksistensinya. Dan sebaliknya semakin sedikit menggunakan akalnya berarti eksistensi dia
sebagai manusia juga menurun atau bisa menjadi hewan. Definisi ini digunakan dalam kajian keagamaan khususnya Islam. Dengan dalil populer QS. Al-Baqarah:30.

 Zoon politicon: istilah yang dipopulerkan oleh Aristoteles. zoon berarti hewan dan politicon berarti masyarakat. Secara frasa maka berarti adalah hewan
bermasyarakat. Yang dimaksud dari “bermasyarakat” adalah kemampuan menjalin interaksi dan transaksi kepada sesama manusia untuk membangun sebuah
peradaban yang ideal. Beberapa pendapat mengartikan frasa tersebut dengan, “hewan memiliki kemampuan politis” yaitu kemampuan untuk melakukan langkah-
langkah strategis tertentu untuk menuju sebuah tujuan ideal

 Homo homini lupus: tokoh yang mempopulerkan adalah thomas hobes. Homo homini lupus berarti manusia merupakan serigala bagi sesama manusia lainya. Istilah ini
menggambarkan bahwa kehidupan realita manusia adalah kehidupan konfliktual, rimbawi, yang mana realitas yang menggerakan hubungan sosial digambarkan saling
menjatuhkan, saling membunuh satu sama lain,peperangan dan konflik lainya.

 Homo homini socius: jargon ini merupakan lawan dari homo homini lupus. Jargon ini mendefinisikan bahwa manusia adalah kawan bagi manusia lainya. Secara
konotasi bermakna bahwa realitas interaksi manusia adalah pertemanan, gotong royong, saling mengisi satu sama lain dan tidak terdapat modus tertentu untuk
mengalahkan satu sama lain. Perbedaan adalah keniscayaan dan kekayaan natural. Pandangan menganggap bahwa realitas manusia sudah tertata proporsional dan
berekmbang melalui posisinya masing-masing.
Manusia

Jadi dapat dipahami bahwa manusia sosial memiliki keistimewaan akal budi, yang denganya
manusia bisa memilih untuk menjadi “serigala atau kawan”.
Lantas bagaimana kemudian kita membentengi akal budi agar tidak terjerumus menjadi
serigala (motif psikopat) atau dengan kata lain kita memiliki kesalehan sosial?
Jawabnya adalah kita harus mempunyai moralitas dan bertanggung jawab terhadap moralitas
tersebut.
3 landasan moral yang wajib dimiliki:

Sebagai orang beragama maka landasan moral kita tentu impersonal dari Nabi Muhammad
Saw. karena beliaulah manusia Al-Qur’an dan sunnah itu sendiri.
Dari impersonal nabi muhammad Saw tersebut tersublimasi 3 moral yang paling utama:
1. Veritas : kebenaran
2. Probitas : kejujuran
3. Iustitia : keadilan
Veritas

 Veritas secara bahasa adalah kebenaran. Menurut logika benar berarti kesesuaian rasional dan fakta lapangan.
Sebagian menambahkan unsur pragmatis untuk membuktikan kebenaran. Namun secara umum ada 3 klasifikasi
kebenaran:
1. Kebenaran apriori : kebenaran yang dibuktikan dengan pembenaran akal
2. Kebenaran aposteriori : kebenaran yang dibuktikan dengan pembenaran indrawi
3. Kebenaran axiomatis : kebenaran yang tidak membutuhkan pembenaran akal dan indra
Selain itu terdapat 3 cara untuk mengetahui kebenaran :
4. Rasional teoritis : kebenaran dengan cara menguji dengan landasan nomenklatur atau teori yang berlaku
5. Kritis proporsional : kebenaran dengan cara menyesuaikan dengan proporsionalitas tertentu tergantung entitas
dari benda tersebut.
6. Dialektis : kebenaran yang diakui dengan cara mencari kesamaan atas akumulasi perbedaan/pendapat yang ada.
Probitas

 probitas secara bahasa adalah kejujuran. Jujur dalam istilah dimaknai suatu sikap yang lurus hati,
menyatakan yang sebenar-benarnya tidak berbohong atau berkata hal-hal yang menyalahi apa
yang terjadi (fakta). Dalam hal ini seseorang dikatakan jujur bila terdapat kesesuaian perkataan
dan tindakan terhadap fakta yang diakui kebenaranya.
 Kejujuran dalam hal ini terbedakan menjadi 2 hal:
1) Kejujuran praksis: tindakan dan ungkapan harus sesuai dengan fakta.
2) Kejujuran eksistensi:
 Kejujuran sebagai Mahluk Allah swt yang lemah.
 Kejujuran sebagai mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dan memiliki kesamaan hak
asasi.
 Kejujuran sebagai masyarakat hukum
iustitia

Iustitia adalah keadilan. Adil menurut Islam adalah wad’u syai’in al mawadiihi. Yaitu
meletakan sesuatu pada tempat. John rawls mengatakan adil sebagai fairnes yang berarti
melihat dan mengabil keputusan kepada sesuatu berdasarkan pada asalnya.
Unsur-unsur keadilan :
1. Equality (kesamaan)
2. Balancing measurable (keseimbangan ukuran)
3. The difference principial (prinsip perbedaan)

Anda mungkin juga menyukai