Anda di halaman 1dari 9

Sejarah dan Perkembangan Islam di

Indonesia

Disusun Oleh:
 Annisa(2061010164)
Ayu purnama sari
(2061010183)
Perkembangan Islam di Indonesia pada masa kolonial
● Awal abad ke-13 telah berdiri suatu kerajaan Islam di ujung Sumatera Utara. Lantas segera disusul Kesultanan Aceh yang
diperkirakan telah berdiri sekitar penghujung abad ke-143 yang memainkan peranan utama dalam sejarah Indonesia.
Kemudian sekitar permulaan abad ke-15, Islam telah memperkuat kedudukannya di Malaka, pusat rute perdagangan Asia
Tenggara. Setelah itu pada pertengahan kedua abad ke-165 , suatu dinasti baru yaitu Kesultanan Mataram memerintah
Jawa Tengah, dan berhasil menaklukkan kerajaan-kerajaan pesisir. Maka, pada permulaan abad ke-17 kemenangan agama
Islam hampir meliputi sebagian besar wilayah Indonesia. Pemeluk-pemeluk Islam yang pertama antara lain meliputi para
pedagang, yang segera disusul oleh orang- orang kota baik dari lapisan atas maupun lapisan bawah. Masa-masa kerajaan
Islam tersebut menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam Api Sejarah, disebut masa perkembangan agama Islam, yakni
masa umat Islam telah membangun kekuasaan politik Islam atau kesultanan.
● Pada masa perkembangan ini pula, perlu diketahui adanya perpindahan dinasti-dinasti di Nusantara yang memerintah
memeluk agama Islam, yakni adanya raja Hindu melakukan konversi agama menjadi penganut Islam sekaligus terjadi
pembentukan kekuasaan politik Islam atau kesultanan. Istilah kerajaan berubah menjadi kesultanan. Tidak lagi disebut raja
melainkan sultan. Raja tersebut tidak kehilangan kekuasaannya dan tetap diakui oleh mayoritas rakyatnya sebagai sultan
yang sah, peristiwa ini menurut J.C. van Leur terjadi karena political motive (bermotivasi kekuasaan).
Perkembangan Islam di Indonesia pasca
kemerdekaan

● Perkembangan Islam Pasca Kemerdekaan


Setelah diproklamirkannya kemerdekaan
Indonesia, bisa kita sebut sebagai Rezim Orde
lama, dimana Soekarno bertindak sebagai
Kepala Negara. Pemerintahan Soekarno yang
berlangsung sejak tahun 1945 nyatanya bisa
katagorikan ke dalam dua kelompok besar,
yakni masa Demokrasi Liberal (1945-1958)
dan Demokrasi Terpimpin (1959-1966).
Perkembangan Islam Pasca Kemerdekaan
Setelah diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia, bisa
kita sebut sebagai Rezim Orde lama, dimana
Soekarno bertindak sebagai Kepala Negara.
Pemerintahan Soekarno yang berlangsung sejak
tahun 1945 nyatanya bisa katagorikan ke dalam dua
kelompok besar, yakni masa Demokrasi Liberal
(1945-1958) dan Demokrasi Terpimpin (1959-1966).
Islam Masa Revolusi dan Demokrasi
Liberal

Pada awal kemerdekannya, Indonesia menghadapi


sebuah pertanyaan besar, apakah pemerintahan
akan dijalankan berlandaskan ajaran agama Islam
ataukah secara sekuler? Hal ini dipicu oleh
tindakan dimentahkannya kembali Piagam Jakarta.
Kedudukan golongan Islam merosot dan dianggap
tidak bisa mewakili jumlah keseluruhan umat Islam
yang merupakan mayoritas. Misalnya saja, dalam
KNIP dari 137 anggotanya, umat Islam hanya
diwakili oleh 20 orang, di BPKNIP yang
beranggotakan 15 orang hanya 2 orang tokoh
Islam yang dilibatkan. Belum lagi dalam kabinet,
hanya Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri
Negara yang di percayakan kepada tokoh Islam,
padahal Umat Islam mencapai 90 persen di
Indonesia.
Islam Pada Masa Demokrasi Terpimpin
● Setelah dikeluarkannya Dekrit Presiden Pada 1959, berakhirlah masa Demokrasi liberal,
berubah menjadi Demokrasi terpimpin Soekarno. Timbulnya pemusatan kekuasaan
mencuatkan konsekuensi yang variatif terhadap Partai-partai Islam. Dengan beberapa
Keppres, sejumlah Parpol dikebiri karena dianggap menciptakan pemerintahan yang tidak
efektif. Beberapa tindakan seperti kristalisasi NU dan PSII. Namun Perti yang dianggap
wakil kelompok NASAKOM dibiarkan tetap ada. Sedangkan yang terjadi pada Masyumi,
beberapa pemimpinnya yang dianggap pendukung sejati Negara Islam dan oposisi yang
tak berkesudahan dipenjarakan dan Masyumi di bubarkan pada 1960.
● Partai Islam yang tersisa (NU, Perti dll) melakukan penyesuaian diri dengan keinginan
Soekarno yang didukung oleh ABRI dan PKI. Beberapa bentuk penyesuaiannya seperti
pemberian gelar Waly Al-Amr al-Dahruri bi al-Syaukah kepada Soekarno oleh NU, dan
Doktor Honoris Causa dari IAIN dengan promotor K.H. Saifudin Zuhri (salah satu pimpinan
NU). NU mendukung beberapa Manipol Usdek Soekarno, sehingga pasca dibubarkannya
Masyumi, NU menjadi Partai Islam terbesar pada waktu itu. Beberapa pihak menganggap
NU sebagai partai oportunis karena sikap proaktifnya. Anggapan ini kemudian dibantah
oleh petinggi-petinggi NU, mereka beralasan hal ini sebagai bentuk pengimbangan
terhadap kekuatan PKI.
Perkembangan Islam Pada Masa Orde Baru
(1966-1998)
● Pada masa kemerdekaan, tepatnya pada 3 januari 1946
didirikannya Departemen Agama yang mengurusi
keperluan ummt Islam. Meskipun pada dasarnya
Depertemen Agama ini mengurusi keperluan umat
beragama yang ada di Indonesia, namun melihat latar
belakang pendiriannya jelas untuk mengakomodasi
kepentingan dan aspirasi umat Islam sebagai mayoritas
penduduk Negeri ini.
● Usaha Partai-partai Islam untuk menegakkan Islam
sebagai idiologi Negara dalam konstituante mengalami
jalan buntu. Partai-partai Islam itu melakukan
penyesuaian terhadap kebijakan Soekarno, tetapi
secara keseluruhan peranan-peranan Partai-partai
Islam mengalami kemerosotan. Tidak ada jabatan
menteri berposisi penting yang diserahkan kepada
Islam, sebagaimana yang terjadi pada masa demokrasi
parlementer. Satu-satunya kepentingan Islam yang
diluluskan adalah keputusan MPRS tahun 1960 yang
memberlakukan pengajaran agama di Universitas dan
Perguruan Tinggi.
Perkembangan Islam Pasca Reformasi

Tidak diketahui secara persis apa yang dimaksud


oleh sementara pihak yang melihat maraknya
kehidupan politik Islam dewasa ini sebagai suatu
fenomena yang dapat diberi label repolitisasi
Islam. Meskipun demikian, kalau menilik indikator
utama yang digunakan sebagai dasar penialian
itu adalah munculnya sejumlah partai politik
yang menggunakan simbol dan asas Islam atau
yang mempunyai pendukung utama komunitas
Islam, maka tidak terlalu salah untuk
mengatakan bahwa yang dimaksud adalah
fenomena munculnya kembali kekuatan politik
Islam. Hal yang demikian itu didalam
perjalanannya selalu terbuka kemungkinan
untuk "memolitikkan" bagian-bagian yang
menjadi dasar idiologi partai-partai tersebut.
Terima Kasih
Wassalamualaikum Wr.Wb

Anda mungkin juga menyukai