Disusun Oleh:
1. FADILLAH 2061010200
2.DESI CAMELIA PUTRI 2061010155
Asalamualaikum warohmatullahiwabarokatuh
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swr,Tuhan semesta alam .atas karunia-
nya berupa nikmat iman dan kesehatan ini akhirnya penulis bisa menyekesaikan tugas
makalah tepat waktu.Tidak lupa shalawat beserta salam kami haturkan kepa junjungan nabi
agung kita ,nabi muhhamad saw.risalah beliau lqh yang bermanfaat bagi kita semua sebagai
petunjuk menjalani kehidupan.
Kami mengharapkan kritik dan saran para pembaca sebagai bahan evaluasi kami
dalam membuat makalah berikutnya .
Banda
r Lampung
penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................
Daftar isi.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar belakang...................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN MATERI....................................................................................
2.1Fase awal: Inventarisasi dan pencatatan naskah .............................................................
2.2 Kajian Kebahasaan, penerjemahan, hingga telaah filologis...........................................
BAB II PENUTUP
KESIMPULAN........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Naskah-naskah lama dapat memberi sumbangan besar untuk studi tentang suatu
bangsa atau kelompok sosial budaya. Naskah-naskah tersebut merupakan dokumen yang
mengandung pikiran, perasaan, dan pengetahuan dari suatu bangsa atau kelompok sosial
budaya (Ekadjati, 1988:1). Kelahiran sebuah naskah berkaitan erat dengan pengenalan
aksara dan tradisi baca-tulis. Oleh karena itu, tidak semua suku bangsa di Indonesia
memiliki tradisi menulis naskah. Suku bangsa Sunda dengan bahasanya, yang semula
dianggap sebagai satu dialek dari bahasa Jawa,1 memiliki khazanah sastra tulis dalam
bentuk naskah. Naskah Sunda menurut Ekadjati (1988: 4) adalah naskah yang ditulis di
wilayah Jawa Barat dan isi naskah berisi cerita atau uraian yang bertalian dengan wilayah
dan orang Sunda. Khazanah naskah Sunda mencakup sejumlah naskah dalam koleksi
berbagai lembaga publik dan perseorangan yang belum terhitung jumlahnya.
Sebagai gambaran, Ekadjati mencatat 1.904 naskah Sunda koleksi berbagai lembaga
publik dan perseorangan yang ditulis dalam aksara Sunda Kuna (95 naskah), Jawa
(Cacarakan) (438 naskah), Arab (Pegon) 2 (1.060 naskah), dan aksara Latin (311 naskah)
(Ayatrohaedi, 1995: 4). Jenis sastra Sunda yang terdapat dalam naskah sangat beragam,
seperti pantun, kawih, carios, babad, jampe, sawer, layang, silsilah, dan wawacan
(Moriyama, 2003: 76). Wawacan adalah cerita panjang berbentuk puisi yang disebut
dangding. Dangding tersusun dari beberapa metrum yang disebut pupuh. Setiap pupuh memiliki
pola berupa aturan jumlah suku kata pada tiap larik (guruwilangan), aturan vokal pada tiap akhir
larik (gurulagu), aturan jumlah larik pada tiap bait, dan aturan tentang karakter setiap pupuh
(watek pupuh) (Ayatrohaedi, 1995: 2; Rosidi, 1966:11).
1
Oman, Filologi, hlm.52
Selain kelompok bahasa Melayu, ada pula kelompok naskah Jawa
seperti yang disusun oleh Willem van der Molen, A Catalogue of
Catalogues of Javanese MSS yang diterbitkan dalam jurnal Caraka No.4,
(April 1984): 12-49. Katalog ini dianggap yang paling akurat pada
masanya yang memuat semua katalog naskah Jawa dalam periode sebelum
tahun 1980.
Sementara itu untuk koleksi naskah dan katalog semua bahasa di
Indonesia, di antaranya yang paling lengkap adalah yang ditulis oleh
Chambert-Loir & Fathurahman pada tahun 1999 dengan judul Khazanah
Naskah: Panduan Koleksi Naskah Indonesia Sedunia. Di dalamnya memuat
hampir seribu daftar naskah dan katalog yang pernah disusun sampai
akhir tahun 1990an dan tidak hanya dalam bahasa Melayu atau Jawa,
tapi seluruh bahasa yang ada di Indonesia mulai dari Aceh, Bali,
Batak, Belanda, Bugis-Makassar-Mandar, Jawa dan Jawa Kuno, Madura,
Melayu, dsb hingga bahasa yang ada di Indonesia bagian timur. Buku
ini juga disertai dengan Indeks Lembaga Penyimpanan Naskah, Judul
Majalah Rujukan, dan Bibliografi semua daftar dan katalog naskah yang
dirujuk.
Setelah terbitnya Khazanah Naskah tersebut, terbit juga sejumlah
katalog yang memuat judul-judul baru yang baru diketahui. Sejumlah
katalog tersebut ditulis oleh sarjana baik dalam maupun luar negeri.2
2
Dalam Ahmad Rifai Hasan, editor, Warisan Intelektual Islam Indonesia: Telaah atas Karya-karya Klasik
(Bandung: Mizan, 1987), hlm. 79—102.
(1997) yang meneliti naskah tasawuf Melayu al-Hikam dengan pendekatan
teori strukturalisme.
Pendekatan lain yang juga telah berkembang dan digunakan dalam
penelitian filologi ialah pendekatan sejarah sosial-intelektual seperti
penelitian yang dilakukan oleh Oman Fathurahman terhadap sekelompok
naskah tarekat Syattariyah di Minangkabau (2003). Pendekatan yang sama
juga digunakan oleh Fakhriati (2007) yang melakukan penelitian atas
sekelompok naskah tarekat Syattariya di Aceh.
Pendekatan ini sepertinya memang menjauhi hakikat filologi yang pada
awalnya terbatas pada studi naskah. Namun perkembangan ini tetap mendapat
sambutan positif dari para peneliti karena penggunaan metode ini meskipun
lebih merambah pada pencarian makna dan fungsinya, namun pada akhirnya juga
mendukung pada usaha pemahaman serta penelusuran makna dan fungsi sastra
lama itu sendiri. Dan seperti yang dikatakan Robson (1988 dalam
Fathurahman, 2015) bahwa inilah sesungguhnya tugas seorang filolog,
menyajikan naskah lama agar dapat dipahami dan dimanfaatkan masyarakat
luas.3
3
Informasi tentang sebagian naskah-naskah Nusantara yang telah diteliti dan disunting dapat dilihat dalam Edi
S. Ekadjati, Direktori Edisi Naskah Nusantara (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2000).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA