Hendy Yuniarto
1
PRAKATA
2
jenis paragraf beserta contohnya. Penulisan karya ilmiah dibahas
pada bab ketujuh. Salah satu syarat kelulusan seorang mahasiswa
adalah membuat karya tulis ilmiah yang berupa tugas akhir, skripsi,
tesis, dan disertasi.
Penulis
3
Daftar Isi
KataPengantar……………………………………….. 2
BAB I
Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia…… 5
BAB II
Kata Serapan dalam Bahasa Indonesia………………… 25
BAB III
Ragam dan Kebakuan dalam Bahasa Indonesia………. 50
BAB IV
Pedoman Umum Ejaan dan Tanda Baca……………… 59
BAB V
Pilihan Kata (Diksi)………………………………….. 95
BAB VI
Kata dan Kalimat Bahasa Indonesia………………… 105
BAB VII
Paragraf dalam Bahasa Indonesia…………………… 131
BAB VIII
Penulisan Karya Tulis Ilmiah………………………. 143
BAB IX
Tantangan Bahasa Indonesia Masa Mendatang……. 150
4
5
BAB I
SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA
6
Adolf Bastian, seorang sarjana Belanda dalam karangan mereka
(Pateda, 1988:30)
7
Maleische Spraakkunst. Selanjutnya, J.J. Hollander yang menyususn
buku Handleiding bij de beoefening der Maleische tall en
letterkunde yang terbit di Breda negeri Belanda tahun 1874. Tahun
1879, R. Van Eck menyusun Beknopte Spraakkunst yang terbit di
Breda. H.C. Klinkert menyusun buku Spraakleer Van het
Malesische yang diterbitkan di Leiden pada tahun 1882. Gerth Van
Wijk menyusun buku Sraakleer der Maleische Taal yang terbit di
Batavia tahun 1890.
8
di Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa
antarsuku di Nusantara maupun sebagai bahasa yang digunakan
terhadap para pedagang yang datang dari luar Nusantara. Informasi
dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar agama Budha di
Sriwijaya, antara lain, menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa
yang bernama Koen-louen (I-Tsing:63,159), Kou-luen (I-
Tsing:183), K‟ouen-louen (Ferrand, 1919), Kw‟enlun (Alisjahbana,
1971:1089). Kun‟lun (Parnikel, 1977:91), K‟un-lun (Prentice,
1078:19), yang berdampingan dengan Sanskerta. Yang dimaksud
Koen-luen adalah bahasa perhubungan (lingua franca) di kepulauan
nusantara, yaitu bahasa Melayu.
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak
makin jelas dari peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu
bertulis, seperti tulisan pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh,
berangka tahun 1380 M, maupun hasil susastra (abad ke-16 dan ke-
17), seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah
Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin.
Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan
dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa
Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa
perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa,
dan antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat
tutur.
Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah Nusantara
serta makin berkembang dan bertambah kukuh keberadaannya.
Bahasa Melayu yang dipakai di daerah di wilayah Nusantara dalam
pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa
Melayu menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari
bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa
Eropa. Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam
berbagai variasi dan dialek.
9
Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan suatu peristiwa
sejarah yang sangat berharga dalam perkembangan bahasa
Indonesia. Bahasa Indonesia dikukuhkan sebagai bahasa persatuan
bagi bangsa Indonesia. Pernyataan bahasa Indonesia dikukuhkan
sebagai bahasa persatuan bagi bagsa Indonesia secara nyata dan
tegas tertera dalam hasil rumusan Kongres Pemuda Indonesia di
Jakarta yang terkenal dengan nama Sumpah Pemuda. Rumusan
Kongres Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada kertas
yang kemudian diberikan kepada Soegondo ketika Sunario sedang
berpidato pada sesi terakhir kongres sambil berbisik kepada
Soegondo: Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie (Saya
mempunyai suatu formulasi yang lebih elegan untuk keputusan
Kongres ini), yang kemudian Soegondo membubuhi
paraf setuju pada secarik kertas tersebut, kemudian diteruskan
kepada yang lain untuk paraf setuju juga. Sumpah tersebut awalnya
dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar
oleh Yamin (Tempo, 27 Oktober 2008 “Secarik Kertas Untuk
Indonesia). Adapun bunyi dari sumpah pemuda dengan ejaan Van
Ophuysen adalah sebagai berikut.
Pertama:
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang
satoe, tanah air Indonesia.
Kedua :
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe,
bangsa Indonesia.
Ketiga :
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa
persatoean, bahasa Indonesia.
10
Pemuda, bahasa Indonesia mulai digunakan secara meluas. Bahasa
Indonesia secara meluas digunakan sebagai bahasa dalam penulisan
surat kabar, majalah, maupun karya sastra.
11
kepada pemerintah untuk mengadakan suatu badan yang kompeten
dalam menyusun tata bahasa Indonesia yang lengkap serta
menyusun suatu ejaan yang praktis untuk keperluan sehari-hari
dengna sedapat mungkin mengingat pertimbangan ilmu.
12
Kongres Bahasa Indonesia yang ketiga berlangsung di
Jakarta pada 28 Oktober sampai 3 November 1978. Dalam kongres
tersebut, dibahasa mengenai pengembangan dan pembinaan bahasa
Indonesia dalam kaitannya dengan :
13
mengalami perubahan dan kemajuan yang sangat pesat dan
fungsinya semakin mantap tidak hanya sebagai alat komunikasi
sosial dan administrasi, tetapi juga sebagai alat komunikasi ilmu dan
agama. Selanjutnya, bahasa Indonesia digunakan sebagai alat
pengungkapan rasa dan ilmu yang tumbuh dan terus berkembang.
14
belum mempunyai tujuan yang sesuai dengan fungsinya sebagai
pengembang wawasan nilai kehidupan dan kebudayaan.
15
1) Bahasa perdagangan di nusantara (lingua franca)
2) Bahasa pemerintahan kerajaan
16
Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan
bahasa Indonesia dengan pesat. Peranan kegiatan politik,
perdagangan, persuratkabaran, dan majalah sangat besar dalam
memodernkan bahasa Indonesia. Proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan
fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara.
Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat
Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan perkembangan
bahasa Indonesia telah dimulai pada awal abad ke-20. Pada tahun
1901, ejaan Van Ophuijsen diresmikan. Tujuh tahun setelahnya,
pemerintah Belanda mendirikan penerbitan buku bernama
Commissie voor de Volkslectuur yang kemudian diubah menjadi
Balai Pustaka. Tanggal 28 Oktober 1928, bahasa Melayu
dikukuhkan sebagai bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
17
mungkin akan berkomunikasi dengan bahasanya masing-masing.
Pemilihan bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia bertujuan untuk
mempermudah komunikasi.
18
1. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
19
c. Alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-
beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya.
Dengan fungsi sebagai pemersatu masyarakat ini
memungkinkan masyarakat Indonesia yang beragam latar
belakang sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat
menyatu dan bersatu dalam kebangsaan, cita-cita, dan rasa
nasib yang sama. Dengan bahasa Indonesia, bangsa
Indonesia merasa aman dan serasi hidupnya, karena mereka
tidak merasa bersaing dan tidak merasa lagi „dijajah‟ oleh
masyarakat suku lain. Karena dengan adanya kenyataan
bahwa dengan menggunakan bahasa Indonesia, identitas
suku dan nilai-nilai sosial budaya daerah masih tercermin
dalam bahasa daerah masing-masing. Kedudukan dan fungsi
bahasa daerah masih tegar dan tidak bergoyah sedikit pun.
Bahkan, bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya
khazanah bahasa Indonesia.
d. Alat penghubung antarbudaya antardaerah.
Manfaat bahasa Indonesia dapat dirasakan dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa Indonesia seseorang
dapat saling berhubungan untuk segala aspek
kehidupan. Bagi pemerintah, segala kebijakan dan strategi
yang berhubungan dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya, pertahanan, dan kemanan mudah diinformasikan
kepada warga. Apabila arus informasi antarmanusia
meningkat berarti akan mempercepat peningkatan
pengetahuan seseorang. Apabila pengetahuan seseorang
meningkat berarti tujuan pembangunan akan cepat tercapai.
20
2. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara
21
lembaga pendidikan dari taman kanak-kanak, maka materi
pelajaran yang berbentuk media cetak juga harus berbahasa
Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan menerjemahkan
buku-buku yang berbahasa asing atau menyusunnya sendiri.
Cara ini akan sangat membantu dalam meningkatkan
perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu
pengetahuan dan teknolologi (iptek).
22
daerah itu sendiri, dan menyebabkan orang lain belum tentu
akan mengerti.
23
6. Mahasiswa mampu menggunakan bahasa Indonesia untuk
menyusun karya tulis ilmiah.
24
Latihan Soal !
25
BAB II
26
berupa kontak budaya dengan masyarakat penutur bahasa lain,
sangat mungkin gagasan, konsep, atau barang baru yang datang dari
luar budaya masyarakat itu kemudian dipinjam.
27
Asal Bahasa Jumlah Kata
Arab ±1495
Belanda ±3280
China ±290
Persia ±63
Portugis ±131
Sanskerta ±732
Jepang ±136
Inggris Belum Terhitung
dengan pasti
28
Dewa Dansa Hoki Kitab Gandum
Dosa Makelar Kecap Ziarah Istana
Angkasa Ajudan Bakmi Wajib
Angka Advokat Bakwan Ulama
Angkara Aki Bihun Kuliah
Antara Akademi Caisim Maut
Anugerah Aksen Cap Cai Mimbar
Arca Kasbon Cawan Malaikat
Asrama Kasir Ciu Syariat
Asmara Kaus Cukong Salat
Bea Knalpot Dim Sum Derajat
Bayangkara Kenek Guci Insan
Buana Kerah Hio Kiamat
Bumi Kios Kecoa Ulama
Busana Ponco Kuaci Wajib
Cerita Pompa Kwetiau Zakat
Dana Prei (vrij) Pangsit Hakim
29
1. Adopsi
2. Adaptasi
Adaptasi dapat terjadi apabila pemakai bahasa hanya
mengambil makna kata asing itu, sedangkan ejaan atau penulisannya
disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia.
Contoh :
3. Penerjemahan
Contoh:
Try out > uji coba
30
4. Kreasi
Contoh :
Spare parts > suku cadang
31
Penyerapan unsur bahasa asing itu harus dilakukan secara selektif,
yaitu kata serapan yang dapat mengisi kerumpangan konsep dalam
khazanah bahasa Indonesia.
Kata serapan memang diperlukan dalam bahasa Indonesia
untuk kepentingan pemerkayaan daya ungkap bahasa Indonesia
mengiringi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Indonesia modern. Berikut beberapa contoh tentang hal itu. Kata
condominium, diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan penye-
suaian ejaan menjadi kondominium. Demikian juga penyerapan kata
konsesi, staf, golf, manajemen, dan dokumen. Kata-kata itu diserap
ke dalam bahasa Indonesia melalui proses penyesuaian ejaan.
Namun, kata laundry, sebenarnya tidak diperlukan karena dalam
bahasa Indonesia sudah digunakan kata binatu dan dobi. Perlakuan
yang sama dapat dikenakan pada kata tower karena padanan untuk
kata itu sudah ada dalam khazanah bahasa Indonesia, yaitu menara
atau mercu. Kata garden yang pengertiannya sama dengan kata
taman atau bustan juga tidak perlu diserap ke dalam bahasa
Indonesia. Sejalan dengan pemaparan kosakata serapan itu,
bagaimana dengan kata developer dan builder? Apakah perlu
diserap? Kedua kata itu, sudah tidak asing lagi bagi pengusaha yang
bergerak dalam bidang pengadaan sarana tempat tinggal ataupun
perkantoran. Akan tetapi, apakah tidak lebih baik jika pengguna
bahasa Indonesia berusaha memasyarakatkan penggunaan kata
pengembang untuk padanan developer dan pembangun untuk
padananbuilder.
(badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/petunjuk_praktis/205)
32
bahasa asing, seperti Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, atau
Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam
bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar.
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu sebagai berikut.
aa (Belanda) menjadi a
Paal pal
Baal bal
Actaaf oktaf
Aerob aerob
Aerodimanics aerodonamika
Haemoglobin hemoglobin
Haematite hematit
33
ai tetap ai
Trailer trailer
Caisson kaison
au tetap au
Audiogram audiogram
Autrotoph autrotof
Tautomer tautomer
Hydraulic hidraulik
Caustic kaustik
Calomel kalomel
Construction konstruksi
Cubic kubik
Coup kup
Classification klasifikasi
Crystal kristal
Central sentral
Cent sen
Cybernetics sibernetika
Circulation sirkulasi
Cylinder silinder
Ceolom selom
34
Accomodation akomodasi
Acculturation akulturasi
Acclimatization aklimatisasi
Accumulation akumulasi
Acclamation aklamasi
Accent aksen
Accessory aksesori
Vaccine vaksin
Saccharin sakarin
Charisma karisma
Cholera kolera
Chromosome kromosom
Technique teknik
Echelon eselon
Machine mesin
Check cek
China Cina
ç (Sanskerta) menjadi s
35
Çabda sabda
Çastra sastra
e tetap e
Effect efek
Description deskripsi
Synthesis sintesis
ea tetap ea
Idealist idealis
Habeas baheas
ee (Belanda) menjadi e
Stratosfeer stratosfer
Systeem sistem
ei tetap ei
Eicosane eikosan
Eidetic eidetik
Einsteinium einsteinium
eo tetap eo
Stereo stereo
Geometry geometri
Zeolite zeolit
36
eu tetap eu
Neutron neutron
Eugenol eugenol
Europium europium
f tetap f
Fanatic fanatik
Factor factor
Fossil fosil
gh menjadi g
Sorghum sorgum
gue menjadi ge
Igue ige
Gigue gige
Iambus iambus
Ion ion
Iota iota
Politiek politik
Riem rim
37
Variety varietas
Patient pasien
Afficient efisien
kh (Arab) tetap kh
Khusus khusus
Akhir akhir
ng tetap ng
Contingent kontingen
Congres kongres
Linguistics linguistik
Oestrogen estrogen
Oenology enology
Foetus fetus
oo (Belanda) menjadi o
Komfoor kompor
Provoost provos
oo (Inggris) menjadi u
Cartoon kartun
Proof pruf
Pool pul
38
oo (vokal ganda) tetap oo
Zoology zoology
Coordination koordinasi
Gouverneur gubernur
Coupon kupon
Contour kontur
ph menjadi f
Phase fase
Physiology fisiologi
Spectograph spektograf
ps tetap ps
Pseudo pseudo
Psychiatry psikiatri
Psychic psikis
Psychosomatic psikosomatik
pt tetap pt
Pterosaur pterosaur
Pteridology pteridologi
Ptyalin ptyalin
39
q menjadi k
Aquarium akuarium
Frequency frekuensi
Equator ekuator
rh menjadi r
Rhapsody rapsodi
Rhombus rombus
Rhythm ritme
Rhetoric retorika
scandium skandium
scoptopia skoptopia
scutella skutela
sclerosis sklerosis
scriptie skripsi
scenography senografi
scintillation sintilasi
scyphistoma sifistoma
schema skema
schizophrenia skizofrenia
scholasticism skolastisisme
40
t di muka i menjadi s jika lafalnya s
ratio rasio
actie aksi
patient pasien
th menjadi t
theocracy teokrasi
orthography ortografi
thiopental tiopental
thrombosis trombosis
methode (Belanda) metode
u tetap u
unit unit
nucleolus nucleolus
structure struktur
institute institute
ua tetap ua
dualism dualism
aquarium akuarium
ue tetap ue
suede sued
duet duet
41
ui tetap ui
equinox ekuinoks
conduite konduite
uo tetap uo
fluorescein fluoresein
quorum kuorum
quota kuota
uu menjadi u
prematuur prematur
vacuum vakum
v tetap v
vitamin vitamin
television televisi
cavalery kavaleri
xanthate xantat
xenon xenon
xylophone xilofon
exception eksepsi
excess ekses
42
excision eksisi
excitation eksitasi
excavation ekskavasi
excommunication ekskomunikasi
excursive ekskursif
exclusive eksklusif
yakitori yakitori
yangonin yangonin
yen yen
yuan yuan
yttrium itrium
dynamo dinamo
propyl propil
psyschology psikologi
z tetap z
zenith zenith
zirconium zirkonium
zodiac zodiak
zygote zigot
43
konsonan ganda menjadi tunggal, kecuali kalau dapat
membingungkan.
Contoh:
gabbro gabro
commission komisi
accu aki
ferrum ferum
effect efek
salfeggio salfegio
Tetapi:
mass massa
Catatan:
1. Unsur pungutan yang sudah lazim dieja sesuai dengan ejaan
bahasa Indonesia tidak perlu
lagi diubah.
Contoh:
44
utuh. Kata seperti standarisasi, efektif, dan implementasi diserap
secara utuh di samping kata standar, efek, dan implemen.
advocaat advokat
percentage persentase
etalage etalase
45
secondary, secondair sekunder
casein kasein
protein protein
46
-ile, -iel menjadi –il
publicist publisis
egoist egois
catalogue catalog
dialogue dialog
47
-loog (Belanda) menjadi –log
analoog analog
epiloog epilog
trotoir trotoar
repertoire repertoar
dictator diktator
corrector korektor
48
university, universiteit universitas
quality, kwaliteit kualitas
49
Latihan Soal !
50
BAB III
51
1.1 Ragam Lisan
Contoh:
A: Pak, ke Balikpapan berapa ?
B: Kalau speed dua ratus ribu mas.
A: Seratus ribu ya pak !
B: Wah, belum dapat solar itu mas.
52
penutur B, harga tersebut tidak menutup biaya bahan bakar yang
dikeluarkannya.
Percakapan di atas merupakan ragam lisan sebagaimana
terikat pada ruang, waktu, serta situasi maupun konteks
pembicaraan. Kita dapat lebih memahami makna tuturan tersebut
jika paham dengan situasi atau konteks yang terdapat pada saat
percakapan dilangsungkan. Oleh karena itu, ragam lisan terikat
ruang dan waktu pada saat percakapan berlangsung. Situasi ataupun
konteks pada saat pembicaraan sangat menentukan pemahaman
makna di dalamnya. Selain itu, ragam lisan yang membutuhkan
hadirnya lawan bicara tidak selalu membutuhkan aspek gramatikal
yang urut maupun lengkap. Akibatnya, ragam lisan dibentuk sesuai
dengan kehendak si penutur yang cenderung bebas. Ragam lisan
memiliki beberapa kelebihan yang di antaranya meliputi:
1. Ragam lisan dapat disesuaikan dengan situasi waktu
tuturan berlangsung.
2. Ragam lisan memiliki bentuk yang lebih efisien
3. Faktor nonverbal (gerak/mimik penutur) dapat
menjadi penjelas maksud tuturan.
4. Ragam lisan memiliki sturktur kebahasaan yang
lebih bebas.
1.2. Ragam Tulis
Ragam tulis berbeda dengan ragam lisan. Ragam tulis
ditunjukkan dengan tulisan yang tertulis pada suatu media. Adapun
media tulis berkembang dari waktu ke waktu. Pada awalnya media
tulis menggunakan benda di sekitar manusia seperti batu, kayu,
ataupun daun-daunan. Pada perkembangannya hingga saat ini,
media tulis yang digunakan adalah kertas bahkan media elektronik
dan internet. Ragam tulis tidak terikat ruang dan waktu. Hal tersebut
merupakan kebalikan daripada ragam lisan yang terikat ruang dan
53
waktu. Artinya, tulisan akan akan bertahan lama jika media tulis
tidak hancur.
Ragam tulis menuntut kelengkapan strutktur gramatikal.
Oleh karena itu, kelengkapan struktur merupakan faktor penting
yang menjelaskan makna secara utuh. Ragam tulisan dipengaruhi
oleh ejaan dan tanda baca. Ejaan dalam bahasa Indonesia telah
mengalami perubahan semenjak awal dipakainya bahasa Indonesia
hingga saat ini. Selanjutnya, tanda baca wajib hadir dalam ragam
tulis untuk menjadikan cara baca serta maknanya dapat diketahui.
Ragam tulis dalam bahasa Indonesia menuntut kelengkapan
struktur gramatikal/tata bahasa yang sesuai dengan aturan tata
bahasa Indonesia yang benar. Selain itu, ejaan bahasa Indonesia dan
tanda baca yang benar juga wajib hadir dalam ragam tulis. Ragam
tulis sangat berperan di dalam pengembagan ilmu pengetahuan
khususnya dalam dunia akademik. Mahasiswa dituntut untuk dapat
menggunakan ragam tulis dengan baik dan benar.
Tujuan penggunaan ragam tulis di kalangan akademisi
adalah untuk penulisan karya ilmiah. Adapun beberapa bentuk karya
tulis ilmiah adalah makalah, artikel ilmiah, laporan penelitian,
skripsi, tesis, disertasi, buku ataupun buku ajar ajar, dan lain
sebagainya. Selain dalam rangka penulisan karya tulis ilmiah, ragam
tulis juga digunakan secara luas pada berbagai media seperti halnya
surat kabar maupun berita online di internet. Adapun ciri-ciri ragam
tulis adalah sebagai berikut.
1. Ragam tulis tidak memerlukan kehadiran lawan tutur.
2. Ragam tulis tidak terikat ruang dan waktu.
3. Ragam tulis menuntut kelengkapan struktur gramatikal
4. Ragam tulis mewajibkan hadirnya tanda baca
5. Penggunaan kosakata cenderung lebih tepat
54
2. Ragam Bahasa Resmi dan Santai
55
bahasa Indonesia yang tidak resmi/nonformal adalah penggunaan
kata sapaan akrab, susunan kata dalam ujaran yang tidak lengkap,
penggunaan pilihan kata yang bebas, serta nada bicara yang
cenderung bebas.
56
4. Ragam Bahasa Indonesia Berdasarkan Tempat
57
1. Kemantapan dinamis: di samping memiliki kaidah dan aturan,
relatif luwes atau terbuka untuk perubahan sejalan perubahan
masyarakat.
2. Kecendekiawan: sanggup mengungkapkan proses pemikiran yang
rumit di berbagai ilmu dan teknologi.
3. Seragam: pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa ialah proses
penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah
pencarian titik-titik keseragaman.
58
Latihan Soal
59
BAB IV
60
usaha penyederhanaan dan penyelarasan ejaan dengan perkembagan
bahasa, keputusan Soewandi pada masa pergolakan revolusi itu
mendapat sambutan baik.
61
1967, No. 062/1967, menyusun konsep yang merangkum segala
usaha penyempurnaan yang terdahulu. Konsep itu ditanggapi dan
dikaji leh kalangan luas di seluruh tanah air selama beberapa tahun.
62
Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia
Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan surat keputusannya tanggal 12 Oktober 1972,
No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman
Umum ini yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas.
63
I. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring
1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai unsur pertama kata
pada awal kalimat.
Contoh:
Allah
Yang Mahakuasa
Alkitab
Quran
Weda
64
Islam
Kristen
Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau
beri rahmat.
Sultan Hasanuddin,
Haji Agus Salim,
Nabi Ibrahim.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai
pengganti nama orang tertetu, nama instansi, atau nama tempat.
Contoh:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Tahun ini dia pergi naik haji.
65
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan
pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama
tempat.
Conotoh:
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Contoh:
Bangsa Indonesia
suku Jawa
bahasa Korea
66
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,
suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Contoh:
tahun Hijriah
tarikh Masehi
bulan Agustus
bulan Maulid
hari Jumat
hari Galungan
hari Lebaran
hari Natal
Perang Candu
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
67
Contoh:
Asia Tenggara
Banyuwangi
Bukit Barisan
Cirebon
Danau Toba
Dataran Tinggi Dieng
Gunung Semeru
Jalan Diponegoro
Jazirah Arab
Kali Brantas
Lembah Baliem
Ngarai Sianok
Pegunungan Jayawijaya,
Selat Lombok
Tanjung Harapan
Teluk Benggala
Terusan Suez
berlayar ke teluk,
mandi di kali,
menyeberabangi selat,
pergi ke arah tenggara
68
Contoh:
garam inggris
gula jawa
kacang bogor,
pisang ambon
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama
negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama
dokumen resmi, kecuali kata seperti dan.
Contoh:
Misalnya:
Menjadi sebuah republik, beberapa badan hukum, kerja
sama antara pemerintah
dan rakyat, menurut undang-undang yang berlaku.
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk
ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Contoh:
69
Perserikatan Bangsa-Bangsa,
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial,
Undang-Undang Dasar
Repulik Indonesia,
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
Dr. doctor
M.A. master of arts
S.E. sarjana ekonomi
S.H. sarjana hukum
S.S. sarjana sastra
Prof. professor
Tn. Tuan
Ny. Nyonya
Sdr. Saudara
70
14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama penunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman
yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Contoh:
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Contoh:
b. Huruf Miring
71
Contoh:
72
yang digunakan dengan tepat akan memudahkan pembaca untuk
memahami tulisan. Berikut diuraikan mengenai pemakaian tanda
baca yang meliputi tanda titik, koma, hubung, tanya, seru, dan tanda
baca yang lain.
73
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan
detik yang menunjukkan waktu.
Contoh:
74
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Lihat halaman 2334 seterusnya.
Nomor resinya 5645678112.
7. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Contoh:
75
Saya membeli kertas, pena, dan tinta. Surat biasa, surat kilat,
maupun surat khusus memerlukan prangko.
Satu, dua, … tiga!
3a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat jika anak kalimat itu mendahului indukn kalimatnya.
Contoh:
3b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari
induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Contoh:
76
Contoh:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati-hati, ya, nanti jatuh.
6. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-
bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan
wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh:
77
7. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka.
Contoh:
R. Supomo, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
12,5 m
Rp12,50
78
Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali. Di daerah kami, misalnya,
masih banyak orang aki-laki yang makan sirih. Semua siswa, baik
yang laki-laki maupun perempuan, mengikuti latihan paduan
suara.
Bandingkan dengan:
79
3. Tanda Titik Koma (;)
1a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan
lengkap jika diikuti rangkaian
atau pemerian.
Contoh:
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan
lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup
atau mati.
1b. Tanda titk dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu
merupakan pelengkap yang
80
mengkahiri pernyataan.
Contoh:
4. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
Contoh:
5. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman,
(ii) di antara bab dan
81
ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu
karangan , serta (iv) di
antara nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Contoh:
Atau
Bukan:
82
Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disamapaikan ….
Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau beranjak ….
p-a-n-i-t-i-a
8-4-2014
83
ungkapan, dan (ii) penghilangan baian kelompok kata.
Contoh:
di-smash, pen-tackle-an
84
bangun kalimat.
Contoh:
2011―2014
Tanggal 5―10 April 2014
Jakarta―Yogyakarta
Catatan:
Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda
hubung tanpa
spasi sebelum dan sesudahnya.
85
Contoh:
Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.
Catatan:
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu
dipakai empat
buah titik; tiga buah titik untuk menandai penghilangan teks dan atu
untuk
menandai akhir kalimat.
Contoh:
Kapan ia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
86
Ia dilahirkan pada tahun 1983 (?).
Uangnya sebanyak 10 jta rupiah (?) hilang.
87
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan
baru dalam pasaran dalam negeri.
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan
(c) modal.
88
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam
Bab II [lihat
halaman 35-38] perlu dibentangkan.
2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang
dipakai dalam kalimat.
Contoh:
Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa dari Suatu
Tempat.
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai
Prestasi di SMA” dimuat dalam majalah Tempo.
Sajak “Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.
3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata
yang mempunyai arti
khusus.
Contoh:
89
Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama
“cutbrai”.
Catatan:
Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda
petik itu
ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
90
2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan
kata atau ungkapan
asing. (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab V, Pasal J.)
Contoh:
feed-back „umpan balik‟
No. 7/PK/1973
Jalan Kramat III/10
tahun anggaran 1985/1986
91
Ali „kan kusurati. („kan = akan)
Malam „lah tiba. („lah = telah)
1 Januari ‟88. (‟88 = 1988)
92
Latihan Soal
Periksa dan perbaiki ejaan, tata bahasa, dan tanda baca artikel di
bawah ini !
93
akan menentukan ragam bahasa Indonesia yang harus digunakan.
Mahasiswa disadarkan bahwa dalam dunia akademik/ilmiah, ragam
bahasa Indonesia yang digunakan adalah ragam ilmiah. Sebagai
bahasa yang digunakan untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip,
teori atau gabungan dari keemppatnya, bahasa Indonesia diharapkan
bisa menjadi media efektif untuk komunikasi ilmiah, memiliki
karakteristik cendekia, lugas, dan jelas, menghindari kalimat
fragmentaris, bertolak dari gagasam, formal, objektif, ringkas, padat,
dan konsisten (Suyono, 20006:4).
94
unsure bahasa tanda baca tanda-tanda lain dan istilah yang sesuai
dengan kaidah dan semuanya digunakan secara konsisten.
95
BAB V
A. Pengertian Diksi
96
pemilihan kata yang tepat sesuai dengan kepentingannya. Pemilihan
kata di dalam wacana berita di surat kabar berbeda dengan
pemilihan di dalam karya tulis ilmiah seperti skripsi, tesis, ataupun
disertasi. Selain itu, pemilihan kata di dalam surat berbeda dengan
pemilihan kata di dalam karya sastra. Di dalam karya sastra,
pemilihan kata/diksi dalam puisi berbeda dengan pemilihan kata
dalam karya sastra prosa. Perbedaan tersebut disebabkan kepadatan
bahasa yang disajikan dalam puisi.
97
sangat menentukan. Ketepatan pilihan kata mempersoalkan
kemampuan sebuah kata yang dapat menimbulkan makna dan
diteruskan kepada gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi
pembaca atau pendengar. Oleh karena itu, agar gagasan yang
dimaksud tersebut dapat dengan tepat ada pada imajinasi pembaca
atau pendengar, maka ketersediaan kata yang dimiliki oleh penulis
sangat diperlukan. Kemampuan mendayagunakan perbendaharaan
kata harus memadai.
98
berlainan. Sebagai contoh kata mati bersinonim dengna kata
mampus, meninggal, wafat, mangkat, tewas, gugur, berpulang, dan
lain sebagainya. Kata mampus tidak bisa dipakai terhadap orang
yang terhormat seperti guru ataupun pejabat. Semua kata yang
bersinomin tersebut ditempatkan sesuai dengan konteksnya.
99
pikiran. Untuk memilih kata dengan tepat, diperlukan penguasaan
kosakata yang memadai.
100
Diksi digunakan untuk untuk menyesuaikan apa yang menjadi
maksud penulis serta tidak menyinggung perasaan pembaca. Oleh
karena itu, pendayagunaan diksi amatlah penting untuk para penulis,
termasuk mahasiswa.
B. Fungsi Diksi
101
C. Jenis-Jenis Makna
a. Makna Afektif
102
membuat pendengar begitu merasa nyaman dalam sebuah hubungan
yang intim.
b. Makna denotatif
103
selain dari sikap pembicara dan gagasan-gagasan yang akan
disampaikan (Keraf, 2004:27-29). Beberapa penulisan menuntut
penggunaan makna denotatif, seperti dalam penulisan karya tulis
ilmiah serta penulisan jurnalistik. Kedua tulisan tersebut menuntut
kejelasan serta kelugasan dalam berbahasa. Lain halnya dengan
penulisan karya sastra yang banyak mengandung makna konotatif.
c. Makna Deskripif
d. Makna Emotif
104
bagi pendengar, karea monyet mengandung makna yang
berhubungan dengan perilaku malas, suka mencuri, dan tidak sopan.
Dengan kata lain, kata monyet mengandung makna emotif. Kata
„mati‟ sebagaimana memiliki kemiripan arti dengan kata „mampus‟,
„meninggal‟, „tewas‟, „wafat‟, „gugur‟, serta „mangkat‟ merupakan
contoh dari kata yang mengandung makna emotif. Masing-masing
kata tersebut haruslah digunakan secara tepat. Nilai rasa yang
ditimbulkan oleh kata satu dengan kata yang lain berbeda.
e. Makna Gramatikal
f. Makna Konotatif
105
BAB VI
1. Kata
106
1.1 Kata Dasar
107
3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan
dan akhiran sekaligus,
unsure gabungan kata itu ditulus serangkai.
Contoh:
1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah
huruf kapital, di
antara kedua unsur itu harus dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya:
108
non-Indonesia,
pan-Afrikanisme
2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti kata esa dan kata
yang bukan kata
dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
Contoh:
109
1. Gabungan kata yang lazim disebuta kata majemuk, termasuk
istilah khusus, unsurunsurnya
ditulis terpisah.
Contoh:
duta besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata
pelajaran, meja tulis,
model linier, orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum,
simpang empat.
110
paramasastra, peribahasa, puspawarna, radioaktif, saptamarga,
saputangan, saripati,
sebagaimana, sediakala, segitiga, sekalipun, silaturrahmin, sukacita,
sukarela, sukaria,
syahbandar, titimangsa, wasalam
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya, kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti
kepada dan daripada.
(Lihat juga Bab III, Pasal D, Ayat 3.)
Contoh:
111
Mari kita berangkat ke pasar.
Saya pergi ke sana-sini mencarinya.
Ia datang dari Surabaya kemarin.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini dtulis serangkai.
Si Amin lebih tua daripada si Ahmad.
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
Ia masuk, lalu keluar lagi.
Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11
Maret 1966.
Bawa kemari gambar itu.
Kemarikan buku itu.
Semua orang terkemuka di desa hadir dalam kenduri itu.
1.8 Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Contoh:
112
Apatah gunanya bersedih hati?
Catatan:
Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun,
ataupun,
bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun,
sekalipun,
sungguhpun, walaupun ditulis serangkai.
Contoh:
3. Partikel per yang berarti „mulai‟, „demi‟, dan „tiap‟ ditulis terpisah
dari bagian kalimat
yang mendahului atau mengikutinya.
Contoh:
113
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Harga kain itu Rp 2.000,00 per helai.
A.S Kramawijaya
Muh. Yamin
Suman Hs.
Sukanto S.A.
M.B.A master of business administration
M.Sc. master of science
S.E. sarjana ekonomi
S.Kar. sarjana karawitan
S.K.M sarjana kesehatan masyarakat
Bpk. Bapak
Sdr. saudara
Kol. kolonel
114
dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Contoh:
c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu
tanda titik.
Contoh:
Cu cuprum
115
TNT trinitrotulen
cm sentimeter
kVA kilovolt-ampere
l liter
kg kilogram
Rp (5.000,00) (lima ribu) rupiah
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret
kata ditulis selurhnya
dengan huruf capital.
Contoh:
116
c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku
kata, ataupun
gabungan huruf dan kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan
huruf kecil.
Contoh:
catatan:
jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan
syarat-syarat berikut. (1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi
jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia. (2) Akronim
dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan
konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.
2.1 Verba
Verba atau kata kerja diartikan sebagai kata atau kelompok kata
yang menyatakan tindakan atau perbuatan. Beberapa contoh verba
117
dalam bahasa Indonesia antara lain: makan, tidur, mencuci,
mengangkat, menceritakan, dan lain sebagainya.
2.2 Nomina
Nomina atau kata benda diargikan sebagai kata atau kelompok kata
yang menyatakan suatu nama objek yang bersifat kebendaan,
tempat, seseorang, ataupun segala yang dibendakan. Beberapa
contoh nomina dalam bahasa Indonesia antara lain: sepatu,
Balikpapan, perumahan, badminton, dan lain sebagainya.
2.3 Ajektiva
Ajektiva atau kata sifat diartikan sebagai kata yang menjelaskan kata
benda. Selain itu kata sifat diguanakan untuk menggambarkan,
membatasi, memberi sifat, menambah suatu makna pada kata benda
atau kata ganti. Beberapa contoh kata sifat dalam bahasa Indonesia
antara lain: rajin, baik, cantik, dan lain sebagainya.
2.4 Pronomina
Pronomina atau kata ganti menunjuk pada suatu benda atau orang
tanpa menyebut nama benda atau orang tersebut. Beberapa contoh
pronominal adalah sebagai berikut.
118
2.5 Adverbia
2.6 Numeralia
2. Kalimat
119
Pada dasarnya, kalimat dapat dibagi dalam beberapa jenis.
Selain itu, kalimat dapat ditinjau dari jumlah klausanya, bentuk
sintaksisnya, kelengkapan unsurnya, dan susunan subjek dan
predikatnya (versi atau inversi). Berdasarkan jumlah klausanya,
kalimat dapat dibagi atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
Kalimat tunggal dapat dibeda-bedakan lagi berdasarkan kategori
predikatnya menjadi kalimat berpredikat verbal atau kata kerja,
kalimat berpredikat adjectiva atau kata sifat, kalimat berpredikat
nominal atau kata benda, kalimat berpredikat numeral, dan kalimat
berpredikat frasa preposisional. Kalimat verbal dapat dikategorikan
berdasarkan kehadiran nomina atau frasa nominal objeknya, yakni
kalimat taktransitif, kalimat ekatransitif, dan kalimat dwitransitif.
Kalimat majemuk juga dapat dibagi menjadi kalimat majemuk setara
dan kalimat majemuk bertingkat.
Diam !
Pergi !
Amat mahal !
Yang baru
Sudah siap !
120
Selanjutnya, suatu kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung
dua unsur pusat atau inti disebut kalimat mayor. Beberapa contoh
kalimat mayor adalah sebagai berikut.
Contoh:
(1) Joko mengatasi bencana banjir
(2) Ibu memasak ikan kakap
121
2.2 Kalimat Aktif dan Pasif
a. S ditukar dengan O
b. Gantilah prefiks nasal (N), seperti prefiks meng- dengan di-
pada P.
c. Tambahkanlah kata oleh di muka unsur yang tadinya S
122
2.3.1. Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan
ucapan atau tuturan. Kalimat langsung juga dapat diartikan kalimat
yang memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain (orang
ketiga). Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”)
dan dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah.
Contoh:
Contoh:
- Ibu berkata bahwa dia senang sekali karena aku lulus ujian.
- Kakak berkata bahwa buku itu harus segera dikembalikan.
123
Contoh :
Contoh :
Contoh:
124
Contoh:
Contoh:
Contoh:
125
- Sepakat kami untuk berkumpul di taman kota.
. P S K
126
hubung tetapi disebut juga kalimat majemuk setara pertentangan.
Berikut adalah contoh kalimat majemuk setara pertentangan.
127
pembacanya. Jadi, yang dimaksud kalimat efektif adalah kalimat
yang memenuhi syarat sebagai berikut.
1. Kesepadanan strutur
2. Keparalelan
128
3. Kehematan
5. Kepaduan/Koheresi
129
6. Kelogisan
130
Latihan Soal
No Kata √ X No Kata √ X
1 ada kalanya 41 personil
2 apa bila 42 teoritis
3 barangkali 43 vidio
4 bilamana 44 cengkeh
5 beasiswa 45 nasehat
6 bela sungkawa 46 resiko
7 kacamata 47 nomer
8 kosa kata 48 bus
9 mana kala 49 pastor
10 suka cita 50 sopir
131
BAB VII
1. Pengertian Paragraf
132
1. Kesatuan
2. Koherensi
3. Perkembangan Paragraf
133
2. Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Topik
Paragraf Deduktif
Paragraf Induktif
134
itu, memelihara keindahan pantai merupakan tanggung jawab
bersama untuk mengembalikan potensi pariwisata pantai
Manggar.
Paragraf Campuran
135
tampak seolah-olah pembaca mengalami sendiri peristiwa tersebut .
Paragraf narasi merupakan suatu paragraf yang menceritakan satu
atau beberapa kejadian dengna menjelaskan bagaimana
berlangsungnya peristiwa-peristiwa tersebut. Kalimat-kalimat dalam
paragraf narasi yang merupakan rangkaian yang disusun menurut
urutan waktu (kronologis). Adapun ciri khas daripada paragraf
narasi adalah yaitu terdapat tokoh atau pelaku, waktu terjadinya
peristiwa, dan suasana yang diceritakan. Paragraf narasi banyak
ditemukan dalam karangan fiksi atau karya sastra. Selain itu,
paragraf narasi juga ditemukan dalam karya tulis nonfiksi seperti
biografi, sejarah, maupun peristiwa di dalam berita. Berikut adalah
contoh paragraf narasi.
136
yang dalam penggambaran objeknya tidak disertai dengan opini
penulis atau tanpa melibatkan opini penulis. Deskripsi subjektif
merupakan paragraf deskripsi yang dalam penggambaran objeknya
disertai dengan opini penulis. Deskripsi spasial adalah paragraf yang
menggambarkan objek secara detail khususnya ruangan dan
kebendaan.
137
Pembukaan lahan untuk pertambangan batubara diduga menjadi
penyebab utama gundulnya hutan di Kalimantan. Akibatnya, flora
maupun fauna khas Kalimantan menjadi punah karena kerakusan
manusia. Lebih parahnya lagi, cekungan berupa danau-danau bekas
penambangan batubara dibiarkan begitu saja. Pemerintah pusat dan
daerah sebaiknya menyadari hal tersebut dan melakukan tindakan
nyata. Penambangan batubara tidak seharusnya dilakukan secara
berlebihan, apalagi banyak perusahaan tambang batubara yang tidak
resmi.
138
3.5. Paragraf Persuasi
139
dijelaskan oleh kalimat penjelas adalah unsur yang terdapat pada
kalimat topik atau pada kalimat penjelas lainnya. Kalimat penjelas
dibagi menjadi dua, yakni kalimat penjelas mayor dan kalimat
penjelas minor. Kalimat penjelas mayor merupakan kalimat yang
langsung memberikan penjelasan kepada kalimat topik atau
memberikan informasi baru terhadap apa yang ada dalam kalimat
topik dalam bentuk gagasan lain. Kalimat penjelas minor adalah
kalimat yang menjelaskan gagasan yang termuat dalam kalimat
penjelas mayor. Adapun contoh serta gambaran hubungan kalimat
topik dalam kalimat penjelas dalam bentuk diagram adalah sebagai
berikut.
140
(KP) Raja Mataram meniru cara berpakaian ala Belanda dengan
memakai jaket kulit dan topi berbulu.
Kalimat Topik
141
5. Kohesi dan Koherensi dalam Paragraf
Contoh :
142
Paragraf tersebut telah memenuhi syarat kesatuan maupun
kepaduan. Kalimat pertama merupakan kalimat utama, sedangkan
kalimat kedua sampai kalimat kelima merupakan kalimat penjelas.
Hubungan antar-kalimat dalam paragraf di atas menggunakan kata
ataupun frase penghubung yang bervariasi.
Latihan Soal !
a. Lingkungan
b. Kesehatan
c. Teknologi
d. Olahraga
143
BAB VIII
1. Pengantar
144
a. Makalah
Makalah didefinisikan sebagai salah satu tulisan ilmiah yang
membahas suatu pokok permasalahan tertentu. Makalah merupakan
karya akademis yang bertujuan untuk dipublikasikan ataupun
diterbitkan dalam jurnal ilmiah. Makalah merupakan karya tulis
ilmiah yang menyajikan permasalahan dan pembahasannya
berdasarkan data di lapangan atau kepustakaan yang bersifat empris.
Makalah memuat pemikiran tentang permasalahan yang ditulis
secara sistematis. Permasalahan tersebut dianalisis secara logis serta
objektif.
b. Skripsi
Skripsi merupakan salah satu jenis karya tulis ilmiah yang
disusun berdasarkah hasil penelitian, baik penelitian lapangan
ataupun penelitian kepustakaan yang disusun mahasiswa sebagai
tugas akhir di setiap bidang studinya. Skripsi adalah sebagai hasil
proses pengembangan intelektual mahasiswa secara mandiri dan
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, baik oleh universitas
maupun dosen pembimbing. Skripsi sebagai tugas akhir pada
jenjang pendidikan S1 memiliki bobot sebesar 6 SKS.
c. Tesis
Tesis merupakan salah satu karya tulis ilmiah untuk
mendapatkan gelar di jenjang S-2. Sifat dari karya tulis ilmiah
berbentuk tesis adalah lebih mendalam dari segi pengkajian terhadap
suatu objek penelitian. Oleh karena itu, penelitian berbentuk tesis
cenderung lebih luas serta mendalam untuk membahas objek
penelitian, baik lapangan maupun kepustakaan.
145
d. Disertasi
Disertasi merupakan tulisan ilmiah untuk mendapatkan gelar
akademik S-3, yaitu Doktor. Selain itu, disertasi adalah karya ilmiah
yang berupaya menciptakan suatu teori baru dengan menguji
hipotesis yang disusun berdasarkan teori yang sudah ada. Disertasi
berupa paparan diskusi yang menyertai sebuah pendapat atau
argumen. Penemuan dalam hasil penelitian berbentuk disertasi
bersifat asli dari penulis sendiri.
146
sanksi hukum pidana. Adapun beberapa syarat dalam penulisan
karya ilmiah adalah sebagai berikut.
3. Sistematika Penulisan
147
I. BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
II. BAB II KAJIAN PUSTAKA
III. BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Sumber Data
B. Populasi dan Sampel
C. Lokasi Penelitian
D. Instrumen Penelitian
E. Analisis Data
IV. BAB IV PEMBAHASAN
V. BAB V PENUTUP
VI. DAFTAR PUSTAKA
148
1. Buku
149
bahasa harus diterapkan secara baik agar dapat dipahami pembaca.
Oleh karena itu, pemakaian bahasa Indonesia dalam karya tulis
ilmiah haruslah mengikuti aturan ejaan, tata bahasa, dan tanda baca
yang tepat. Beberapa syarat penggunaan bahasa tulis pada karya
tulis ilmiah adalah sebagai berikut.
Latihan Soal !
150
BAB IX
Tantangan Bahasa Indonesia Masa Mendatang
1. Pengantar
151
Internet menjadi media komunikasi yang penting saat ini
karena berbagai kepentingan penggunaannya. Setiap saat manusia
menggunakan internet. Apa yang dilakukan manusia setelah bangun
tidur adalah mengecek akun sosial media di Internet. Waktu sarapan
pagi pun juga tidak ketinggalan untuk membuka internet, apakah itu
laman berita online atau blog pribadi. Pada saat berada di commuter
line ataupun bus umum dalam perjalanan menuju tempat kerja
sekalipun, seseorang sibuk dengan perangkat internetnya, seperti
smartphone atau tablet. Kontak sosial secara langsung di dalam bus
umum pun jarang terjadi, yang terlihat hanyalah orang-orang yang
sibuk dengan perangkat internetnya.
152
sebagainya. Remaja membuat ragam informal di jejaring sosial
dengan mendayagunakan keyboard. Pendayagunaan keyboard
merupakan satu-satunya cara remaja mengungkapkan ekspresi diri.
Melalui perangkat keyboard, para remaja tidak hanya
mendayagunakan setiap fungsi tombolnya untuk berkomunikasi,
melainkan juga untuk menunjukkan eksistensinya. Salah satu bentuk
pendayagunaan keyboard untuk eksistensi diri dalam komunikasi
para remaja di Facebook terlihat sebagai berikut.
Fazartriirawan Ciecowok Bandael
18 January 2013 ·
AikH nGanTok aLi aQ aH GaRa2 bOcaH kYak pUkiMak nUe...........
diE sUrUh Tdor bKan Na maO mala meMbrOntaK.............
153
pemahaman bahasa Indonesia yang baik dan benar di tingkat
pendidikan dasar, menengah, atas, dan pendidikan tinggi.
Pemahaman kepada bahasa Indonesia yang baik dan benar akan
mengurangi degradasi eksistensi bahasa Indonesia sehingga posisi
bahasa Indonesia tetap mantap sebagai bahasa nasional maupun
bahasa negara.
154
semua bahasa mengalami perubahan. Dalam perkembangannya,
bahasa terus mengalami perubahan. Tidak ada satu bahasapun yang
tidak mengalami perubahan. Dari waktu ke waktu, unsur-unsur
kebahasaan berubah secara berkelanjutan. Beberapa unsur tersebut
meliputi sistem fonologi atau bunyi bahasa, sistem morfologi dan
sintaksis atau tata bahasa, dan semantik atau makna. Dari ketiga
unsur tersebut, sistem fonologi dan tata bahasa merupakan unsur
kebahasaan yang sulit untuk mengalami perubahan. Adapun yang
paling rentan untuk mengalami perubahan adalah unsur semantik
atau makna. Makna memegang peran yang penting karena
mencerminkan pemikiran ataupun perasaan penutur bahasa. Kata
alim yang merupakan serapan bahasa Arab memiliki makna berilmu
pengetahuan, khususnya ilmu agama Islam. Sekarang, kata alim
tidak hanya untuk menunjukkan orang yang pandai dalam agama
Islam, namun juga untuk menyebut orang yang tidak nakal dan
cenderung pendiam.
155
saja bergeser seiring pemahaman penutur bahasa dari waktu ke
waktu. Kata Begawan yang berarti orang suci atau pertapa
merupakan kata serapan Sanskerta mengalami pergeseran
sebagaimana sekarang kita mengetahui terdapat kalimat seperti
Sumitro Djojohadikusumo merupakan begawan perekonomian di
Indonesia. Selanjutnya, kata belantara yang dalam bahasa Sanskerta
adalah vanantara yang bermakna hutan. Dalam perkembangannya,
kata belantara berarti keadaan lebat yang diperuntukkan untuk
hutan.
156
untuk pejabat yang mengunjungi pasar tradisional, namun penutur
bahasa Jawa tidak menggunakan kata tersebut untuk pergi ke pasar.
Perubahan makna tersebut merupakan perubahan makna dari bahasa
daerah yang dipinjam ke bahasa Indonesia.
157
pada bahasa. Temuan-temuan atas kata yang mengalami perubahan
makna, tipe perubahan makna, dan penyebabnya dapat terus
bertambah karena hakikat bahasa yang tidak diam, melainkan
berubah secara berkelanjutan dari waktu ke waktu.
158
petani tambak. Kata ikan yang semula berarti hewan yang hidup di
air mengalami perubahan makna menjadi lauk pauk. Kata jurusan
yang semula bermakna arah atau tujuan dalam jalur lalu lintas, kini
juga bermakna arah atau tujuan dalam bidang studi di universitas,
seperti pada jurusan Ekonomi Manajemen.
159
ahli dalam agama Kristen. Seseorang yang menulis disebut penulis.
Sekarang seseorang disebut penulis adalah sebagai profesi.
3.3 Ameliorasi
160
ameliorasi (Campbell, 1999:263). Kata istri memiliki makna yang
lebih baik daripada bini. Kata hamil juga memiliki makna yang
memiliki nilai rasa lebih baik daripada kata bunting. Begitu pula
dengan kata melahirkan yang memiliki makna lebih positif daripada
beranak. Kata beranak sekarang lebih tepat digunakan untuk hewan.
Kata tuna yang dirangkaikan pada tunanetra, tunarungu, dan
tunawicara memiliki nilai makna yang lebih positif daripada kata
buta, tuli, dan bisu.
3.4 Peyorasi
3.5 Metafora
161
mengatakan bahwa asosiasi merupakan hubungan makna asli,
makna di dalam lingkungan tempat tumbuh semula kata yang
bersangkutan dengan makna yang baru; yakni makna di dalam
lingkungan tempat kata itu dipindahkan ke dalam pemakaian bahasa.
Antara makna lama dan mana yang baru terdapat pertalian erat.
162
memukul-mukul besi untuk perkakas dsb mengalami perubahan
makna pada menempa mental.
Dalam sebuah jalan yang besar, beberapa mobil „a‟, „b‟, „c‟,
dan seterusnya melaju dengan kencang. Mobil „a‟ melaju dengan
kecepatan 100 km/jam dengan diikuti mobil b, c, d, dan seterusnya
di belakang. Tiba-tiba mobil A menurunkan kecepatannya dari 100
km/jam menjadi 80 km/jam, atua bahkan mengurangi kecepatan
secara mendadak. Akibat daripada pengurangan kecepatan tersebut,
mobil b, mobil c, mobil d, dan seterusnya juga mengurangi
kecepatan. Proses pengurangan kecepatan berlangsung secara
beruntun dari a sampai z.
163
3.7 Beberapa Penyebab Perubahan Makna dalam Bahasa
Indonesia
164
4. Tantangan Bahasa Indonesia Terhadap Masyarakat
Ekonomi Asean
165
Indonesia diharapkan menjadi bahasa untuk komunikasi tingkat
ASEAN di tengah kebijakan MEA.
166
sifat yang dinamis sesuai dengan perkembangan kebudayaan, ilmu
pengetahuan, dan teknologi. Kedinamisan bahasa Indonesia
menuntut upaya pembinaan bahasa Indonesia agar ragam baku tetap
dipertahankan. Pembinaan bahasa merupakan upaya yang harus
dierencanakan serta sistematis untuk meningkatkan mutu bahasa
sehingga masyarakat pemakainya memiliki kebanggaan terhadap
bahasa Indonesia.
167
Daftar Pustaka
168