Anda di halaman 1dari 61

APA, MENGAPA, DAN

BAGAIMANA LESSON
STUDY
Muchtar Abdul Karim
JUR. MAT – FMIPA - UM
PENGANTAR
Lesson Study (LS) dipilih & diterapkan
karena:
 meningkatkan keprofesionalan
dosen/guru
 meningkatkan kualitas proses dan hasil
perkuliahan/pembelajaran.
Apa Lesson Study?
Fernandez dan Yoshida (2004:7) mendef.:
Lesson study (LS) ad. suatu
terjemahan istilah Jepang
jugyokenkyu, yg tersusun atas dua
kata: jugyo = pelajaran (lesson), &
kenkyu = kajian/penelitian (study or
research). Jadi, LS merupakan suatu
pengkajian tentang praktek
mengajar.
Apa LS - Lanjutan
Bgm para guru Jepang mengkaji
praktek mengajar mereka melalui LS?
Para guru berkecimpung pada suatu
proses yang didef. dgn baik yang
melibatkan kegiatan mendiskusikan
pelajaran-pelajaran yg telah mereka
rencanakan dan mereka observasi
bersama.
Apa LS - Lanjutan
 Pelajaran-pelajaran yang telah
direncanakan dan diobservasi bersama ini
disebut kenkyujugyo, yang merupakan
kebalikan istilah jugyokenkyu dan
secara literal berarti pelajaran yang
dikaji (study lesson) atau pelajaran
yang diteliti (research lesson), atau
secara lebih khusus pelajaran-pelajaran
yang menjadi objek kajian para guru.
Apa LS - Lanjutan
Pelajaran-pelajaran yang diteliti tsb
“dikaji” dgn cara melakukan langkah
tertentu dalam suatu upaya utk
menyelidiki suatu tujuan penelitian yang
telah dipilih para guru utk dilaksanakan.
(contoh: para guru ingin memahami bgm
cara mendorong para siswa agar mereka
menjadi siswa-siswa yang mandiri.)
Lewis (2002:1) mendefinisikan LS sbb. :
LS merupakan suatu siklus yg dalam hal
ini para guru bekerja bersama utk
memikirkan tujuan-tujuan jangka
panjang bagi para siswa,
mempraktekkan tujuan-tujuan tsb
dalam kelas yang aktual sbg wujud
pelajaran yang diteliti, serta secara
bersama-sama mengobservasi,
mendiskusikan, merevisi pelajaran-
pelajaran tersebut.
Wang-Iverson & Yoshida, pd Appendix A
ttg Glossary of Lesson Study Terms,
(2005:151-154) mendef. RL (research
lesson) sbb.:
Suatu pelajaran yang diteliti/dikaji
(research lesson) adalah pelajaran yg
disusun oleh team, diajarkan dan
dihadiri sejawat sebagai pengama t,
didiskusikan pada sesi diskusi, direvisi,
diajarkan kembali, dan dilaporkan.
Lewis (2002:1-2) menyatakan hal-hal sbb:
LS merupakan suatu idea sederhana. Jika Anda
ingin meningkatkan mutu pembelajaran, suatu
kegiatan yang perlu dilakukan adalah
berkolaborasi dengan para guru sejawat utk
merencanakan, mengobservasi, dan merefleksi
pelajaran-pelajaran.
Walau LS mungkin ad idea sederhana, tapi LS
merup suatu proses kompleks, didukung oleh
penentuan tujuan scr kolaboratif, pengumpulan
data ttg belajar siswa scr hati-hati, & rencana yg
memungkinkan diskusi produktif ttg isu-isu sulit.
Wang-Iverson & Yoshida (2005:5) mendef LS:
LS adalah:
 belajar profesional yg sdg berlangsung dan dibina
oleh guru.
 dilaksanakan dgn suatu tujuan jangka panjang
yang disepakati.
 terfokus pd isi mapel dalam konteks berpikir
siswa.
 diinformasikan oleh ahli dari luar.
LS bukan:
 pelatihan guru (teacher training)
 menciptakan suatu pelajaran yg sempurna
 dikerjakan secara terisolasi
 mengerjakan hanya satu siklus LS.
Wang-Iverson dan Yoshida (2005:23) juga
mengemukakan definisi & hal-hal yang terkait
dgn LS sbb:
LS merupakan suatu belajar profesional
jangka panjang yg dibimbing guru,
dikembangkan di Jepang, dimana para guru
secara sistematis dan kolaboratif
menyelenggarakan penelitian ttg mengajar
dan belajar dalam ruangkelas untuk
memperkaya pengalaman belajar para siswa
dan utk meningkatkan kinerja para guru itu
sendiri.
Wang-Iverson dan Yoshida (2005:23)

Suatu siklus LS umumnya melibatkan suatu tim


guru yg scr bersama-sama menyusun rencana
pelajaran didasarkan pd suatu tema penelitian,
mengimplementasikan pelajaran itu di
ruangkelas, mengumpulkan data hasil
observasi, merefleksikan dan
mendiskusikan data yg diperoleh tsb, serta
mengembangkan suatu rekaman ttg
kegiatan para guru itu.
Wang-Iverson dan Yoshida (2005:23)
 LS tidak hanya mengkaji bahan pembela-
jaran dan mengembangkan pelajaran yg
berguna, tetapi LS juga menyelidiki ide-ide
bagi pengajaran yg telah berkembang yg
menghasilkan pikiran dan proses pikir para
siswa, membantu para siswa mengem-
bangkan imaginasi mental utk menyelesai-
kan masalah dan memahami topik, serta
memperluas keterampilan dan abilitas tsb.
Wang-Iverson dan Yoshida (2005:23)
LS ad suatu pendekatan menyeluruh terhadap
belajar profesional yang membantu para
guru mengembangkan cara-cara:
 berpikir ttg belajar dan mengajar di ruang
kelas,
 merencanakan pelajaran,
 mengobservasi bgm para siswa berpikir dan
belajar serta menempuh tindakan yang
sesuai,
Wang-Iverson dan Yoshida (2005:23)
Lanjutan:
 merefleksi dan mendiskusikan pengajaran,
 mengidentifikasi dan mengenal penget. &
keteramp yg diperlukan utk meningkatkan
praktek mengajar guru dan mencari solusi-
solusi baru, serta
 LS mendukung guru menjadi belajar seumur
hidup ttg bgm mengemb dan meningkatkan
kualitas belajar-mengajar di ruang kelas.
Pelajaran-pelajaran yg Dikaji
(Research lessons = RL) merupakan
Inti dari LS, ”suatu siklus peningkatan
pembelajaran yg dibimbing guru
digambarkan pada Figure 1.

(PLAN, DO, and SEE)


Pd LS, para guru bekerja bersama-sama utk:
 merumuskan tujuan belajar utk siswa dan tujuan
pengembangan jangka panjang.
 scr kolaboratif merencanakan suatu “pelajaran
yg dikaji” yg dirancang utk disajikan/diajarkan.
 melaksanakan pelajaran tsb, dgn satu anggota
tim mengajar dan yg lainnya mengumpulkan
bukti ttg belajar dan pengembangan siswa.
 mendiskusikan bukti yg terkumpul selama
pelajaran berlangsung, menggunakan bukti itu
utk meningkatkan pelajaran, satuan pelajaran,
dan pembelajaran pd umumnya.
 mengajar pelajaran yg direvisi di kelas lain, jika
diinginkan, mengkaji & meningkatkannya lagi.
Hendayana dkk (2006:10)
mengemukakan pengertian LS sbb.
 … Lesson Study yaitu suatu model pembinaan
profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran
secara kolaboratif dan berkelanjutan berdasarkan
prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning
untuk membangun komunitas belajar.

 Lesson Study dilaksanakan dalam tiga tahapan


yaitu Plan, Do, dan See yang berkelanjutan.
Dengan kata lain Lesson Study merupakan suatu
cara peningkatan mutu pendidikan yang tak
pernah berakhir (continuous improvement).
BENTUK LESSON STUDY
 Mahasiswa praktek mengajar
 Guru atau dosen pemula
 Kelompok guru beberapa sekolah
 Konaikenshu (in-house study workshps)
 Subject matter associations - MGMP.
 Teachers’ unions - PGRI.
 School-based leson study atau entire school
lesson study.
 District-sponsored lesson study.
 University-attached laboratory schools (including
“national schools”-attached to public universities).
Mengapa Lesson Study?
 Pertama, LS merup. suatu cara efektif yg dpt
meningkatkan kualitas mengajar & belajar serta pelajaran
di kelas. Hal ini benar, karena:
(1) pengemb LS dilakukan & didasarkan pd hasil “sharing”
pengetahuan profesional yg berlandaskan pada praktek &
hasil pengajaran yg dilaksanakan para guru,
(2) penekanan mendasar suatu LS adalah para siswa
memiliki kualitas belajar,
(3) tujuan pelajaran dijadikan fokus dan titik perhatian
utama dalam pembelajaran di kelas,
(4) berdasarkan pengalaman real di kelas, LS mampu
menjadi landasan bagi pengemb pembelaj, dan
(5) LS akan menempatkan peran para guru sebagai peneliti
pembelajaran (Lewis, 2002:7).
 Kedua, LS yg didesain dengan baik akan menghasilkan
guru yang professional dan inovatif. Guru dapat:
(1) menentukan tujuan, pelajaran (lesson), satuan (unit)
pelajaran, dan mata pelajaran yang efektif;
(2) mengkaji dan meningkatkan pelajaran yang bermanfaat
bagi siswa;
(3) memperdalam pengetahuan tentang mata pelajaran
yang disajikan para guru;
(4) menentukan tujuan jangka panjang yang akan dicapai
para siswa;
(5) merencanakan pelajaran secara kolaboratif;
(6) mengkaji secara teliti belajar dan perilaku siswa;
(7) mengembangkan pengetahuan pembelajaran yang
dapat diandalkan; dan
(8) melakukan refleksi terhadap pengajaran yang
dilaksanakannya berdasarkan pandangan siswa dan
koleganya (Lewis, 2002:27).
Wang-Iverson & Yoshida (2005:13) Manfaat LS:
 Mengurangi guru mengisolasi diri.
 Membantu guru belajar mengobservasi dan
memberi kritik.
 Memperdalam pemahaman guru ttg isi, skop, dan
urutan kurikulum.
 Memungkinkan guru utk fokus dalam membantu
semua siswa belajar.
 Menciptakan harapan bersama ttg dan
memahami berpikir dan belajar siswa.
 Meningkatkan kolaborasi dan saling menghargai
satu sama lain.
Wang-Iverson & Yoshida (2005:16) Keistimewaan LS:
 LS merup belajar profesional japan yg dibimbing guru.
 LS direncanakan scr kolaboratif selama periode waktu tertentu
melalui kajian scr intensif ttg bahan belajar, standar, dan
siswa.
 LS mendukung suatu fokus scr kolaboratif ttg berpikir siswa
mel observasi praktek mengajar yg dihadiri para tamu dari
luar.
 LS menawarkan suatu proses konkret dalam suatu kelas
sebenarnya dan merup tempat belajar yg baik (e.g.,
meningkatkan motivasi belajar siswa).
 LS memberikan perspektif baru dan perspektif dari pihak luar
ttg mengajar dan belajar.
 LS menumbuhkan refleksi bersama berdasarkan bukti yg
diperoleh di ruang kelas.
 LS mengkonkretkan apa makna refleksi, apa penyelesaian
masalah, dan apa wujud berpikir siswa.
 LS melibatkan partisipasi japan dari para ahli dari luar.
Bagaimana LS
Tahap Implementasi LS (Lewis, 2002:51-52):
(1) Membentuk grup LS,
(2) Memfokuskan LS,
(3) Merencanakan RL,
(4) Mengajar & mengamati RL,
(5) Mendiskusikan & menganalisis RL, dan
(6) Merefleksikan LS & merencanakan tahap
berikutnya.
1. Membentuk Grup LS
Ada empat kegiatan:
(1) merekrut anggota kelompok,
(2) menyusun komitmen waktu khusus,
(3) menyusun jadwal pertemuan, dan
(4) menyetujui aturan kelompok.
2. Memfokuskan LS
Ada tiga kegiatan:
 menyepakati tema penelitian (research
theme), fokus penelitian, atau tujuan
utama penelitian;
 memilih mata pelajaran; serta
 memilih topik (unit) & pelajaran
(lesson)
Terkait tema penelitian suatu LS, kita perlu
memperhatikan tiga pertanyaan berikut:

 bagaimana kualitas aktual para siswa saat


sekarang?
 apa kualitas ideal para siswa yang diinginkan di
masa mendatang?
 adakah kesenjangan antara kualitas ideal &
kualitas aktual para siswa yg menjadi sasaran
LS? Kesenjangan inilah yg dapat diangkat
menjadi bahan tema penelitian.
Mata pelajaran (mapel) yg digunakan
untuk LS ditentukan oleh anggota kelompok LS.
Anggota bisa memilih misalnya mapel Bhs, IPS,
Kim, Fis, Bhs, atau Mat.
Panduan memilih mapel, gunakan tiga
pertanyaan berikut:

(1) mapel apa yg paling sulit bagi siswa?


(2) mapel apa yg paling sulit diajarkan oleh
guru?
(3) mapel apa yg ada pada kurikulum baru
yg ingin dikuasai & dipahami oleh guru?
Topik yg dipilih sebaiknya adalah yg:
(1) menjadi dasar bagi topik belajar berikutnya,
(2) sulit bagi siswa atau tidak disukai siswa,
(3) sulit diajarkan, tidak disukai oleh guru, atau
(4) baru dalam kurikulum.

Setelah topik dipilih, kita menetapkan


tujuan topik tersebut. Berdasarkan tujuan
topik ini kita menetapkan beberapa
pelajaran yg akan menunjang tercapainya
tujuan topik tersebut.
3. Merencanakan Research
Lesson
Di dalam merencanakan suatu RL (a
teacher-led instructional improvement), di
samping mengkaji pelajaran-pelajaran yg
sedang berlangsung, kita perlu
mengembangkan suatu rencana untuk
memandu belajar (plan to guide
learning). Rencana itu akan memandu
pengajaran, pengamatan, & diskusi ttg RL
serta mengungkap temuan yg muncul
selama LS berlangsung. (RPP – KTSP)
Format rencana untuk memandu belajar dapat dilihat
pada Appendix 5 (Lewis, 2002:127-130).

Rencana untuk memandu belajar memuat:


 rencana RL yg terletak pada daerah
pusat lingkaran,
 rencana satuan (unit plan)
pelajaran yg berada pada daerah ring
lingkaran yang lebih luar, dan
 rencana pembelajaran menyeluruh
yg berlokasi di daerah ring lingkaran
paling luar.
Suatu rencana RL menjawab pertanyaan
sangat penting yaitu:
“perubahan-perubahan apa yg
akan terjadi pada siswa selama
pelajaran berlangsung & apa yg
akan memotivasi mereka?”
Rencana RL ini biasa ditulis dalam suatu tabel yg
memuat tiga atau empat kolom. Kolom-kolom tsb
memuat:
 pertanyaan, masalah, dan aktivitas yang
harus dikemukakan oleh guru
 jawaban-jawaban siswa yang diantisipasi
 jawaban-jawaban yang direncanakan guru
untuk siswa
 butir-butir yang perlu dicatat selama
pelajaran (atau “evaluasi”)
Pertanyaan berikut dapat membantu untuk
memandu perencanaan RL (Lewis, 2002:64):

1. Apa yg saat ini dipahami oleh siswa ttg topik


ini?
2. Apa yg kita inginkan dari siswa utk dipahami
pada akhir pelajaran?
3. Apa “drama” atau rentetan pertanyaan dan
pengalaman yang akan mendorong para siswa
untuk berpindah dari pemahaman awal menuju
pemahaman yang diinginkan?
4. Bagaimana para siswa akan menjawab
pertanyaan dan aktivitas pada pelajaran
tersebut? Apa masalah dan miskonsepsi yang
akan muncul? Bagaimana guru akan
menggunakan idea dan miskonsepsi untuk
meningkatkan pelajaran tersebut?
5. Apa yang akan membuat pelajaran ini mampu
memotivasi dan bermakna bagi siswa?
6. Apa bukti tentang belajar siswa, motivasi
siswa, perilaku siswa yang harus dikumpulkan
agar dapat mendiskusikan pelajaran itu dan
tema penelitian yang lebih luas? Apa sajakah
format pengumpulan data yang diperlukan?
Elemen berikutnya dari daerah
lingkaran sepusat tadi adalah rencana
satuan pelajaran. Satuan ini lebih luas
dari RL. Rencana satuan pelajaran ini
menunjukkan bagaimana RL yg diamati
sesuai dgn serangkaian pelajaran.
Bagian terakhir dari rencana utk
memandu belajar adalah tema
penelitian. Tema penelitian ini telah
dikemukakan di depan. Tema penelitian
dan pelajaran mempunyai hubungan yang
erat.
Pembuatan rencana untuk
pengumpulan data juga merupakan suatu
elemen penting dalam menyusun rencana
utk memandu belajar. Seperti telah
dikemukakan di depan, salah satu kolom
rencana RL memuat “point to notice” atau
“evaluation.”
Di sini, observasi berperan. Kelompok
guru memutuskan apa yang diobservasi
dan bgm mengobservasinya.
RPP
 Ikuti Format yg Ada
 Lengkap
OBSERVASI

 Data apa yang ingin dikumpulkan?


 Sediakan Instrumen yg diperlukan dan
sesuai tujuan.
 Siapa mengumpulkan apa.
 Ada etika selama observasi.
Data yg dikumpulkan selama LS
biasanya memuat bukti tentang:
• belajar & berpikir peserta didik,
• motivasi,
• iklim sosial,
• ucapan atau ceramah guru, dan
• waktu yg digunakan guru pd
setiap elemen pelajaran.
Yang Diobservasi, kini:
 Siswa belajar, orang per orang atau
kelompok siswa.
 Kapan siswa mulai berkonsentrasi belajar .
 Kapan siswa berhenti berkonsentrasi
belajar.
 Pelajaran apa yang bermanfaat dari
pelajaran yang berlangsung (lesson
learned – good practice).
Satu bgn penting lagi & patut dipertimbangkan
dalam merencanakan RL adalah ahli dari luar:
guru atau
peneliti yg memiliki penget ttg bidang studi
yg
dipelajari dan/atau bagaimana mengajar
bidang studi tersebut.
keterlibatan ahli dari luar ini akan lebih efektif
jika sudah berlangsung sejak awal.
ahli tersebut mempunyai kesempatan dalam
membantu merancang pelajaran, memberi
saran tentang sumber-sumber kurikulum, dan
bertindak sebagai komentator terhadap RL.
4. Mengajar dan Mengamati RL
 Guru yg ditunjuk mengajar pelajaran
(lesson) yg sudah ditetapkan,
 Anggota kelompok yang lain mengamati
pelajaran (lesson) tersebut.
 Pengamat akan mengumpulkan data yg
diperlukan selama pelajaran berlangsung.
4. Mengajar dan Mengamati RL

 Guru yg ditunjuk mengajar pelajaran


(lesson) yg sudah ditetapkan,
 Anggota kelompok yang lain mengamati
pelajaran (lesson) tersebut.
 Pengamat akan mengumpulkan data yg
diperlukan selama pelajaran berlangsung.
Untuk mendokumentasikan RL biasanya dapat dilakukan
dgn menggunakan:
• audiotape,
• videotape,
• handycam,
• kamera,
• karya siswa, dan
• catatan observasi naratif.
• Peranan pengamat selama lesson study adalah
mengumpulkan data dan bukan membantu siswa. Para
siswa harus diberitahu lebih dahulu bahwa pengamat
atau guru lain di kelas mereka itu hanya bertugas untuk
mempelajari pelajaran yang berlangsung dan bukan
untuk membantu mereka.
5. Mendiskusikan & Menganalisis RL

RL yg sudah diimplementasikan perlu


didiskusikan & dianalisis. Hal ini dilakukan,
karena hasil diskusi & analisis tsb dpt
dijadikan sbg bahan masukan utk perbaikan
atau revisi RL. Dgn demikian RL diharapkan
akan menjadi lebih sempurna, efektif, &
efisien.
Diskusi dan analisis ttg RL memuat butir-
butir:

(1) Refleksi instruktur,


(2) Latar belakang anggota kelompok LS,
(3) Presentasi & diskusi ttg data dari RL,
(4) Diskusi umum,
(5) Komentator dari luar (optional), dan
(6) Ucapan terimakasih (Lewis, 2002:69).
Beberapa bgn penting & berguna dari panduan diskusi
pelajaran adalah sbb.

1. guru yg mengajar RL diberi kesempatan


menjadi pembicara pertama & memp
kesempatan utk mengemukakan semua
kesulitan dalam pelajarannya sebelum kesulitan
tersebut dikemukakan oleh yg lain.
2. sbg suatu aturan main, pelajaran yg
disampaikan merup milik semua anggota klpk
LS. Ini adalah pelajaran “kita”, bukan pelajaran
“saya”, & hal ini direfleksikan dlm setiap
keterangan setiap orang. Anggota klpk
berasumsi bhw mereka bertanggungjawab utk
menjelaskan pemikiran & perencanaan yg ada
pada pelajaran tsb.
3. instruktur atau para guru yg merencanakan
pelajaran itu sebaiknya menceritakan mengapa
mereka merencanakan itu, perbedaan antara apa
yg mereka rencanakan dan apa yg sesungguhnya
terjadi, serta aspek-aspek pelajaran yg mereka
inginkan agar para pengamat mengevaluasinya.
4. diskusi berfokus pada data yg dikumpulkan oleh
para pengamat. Para pengamat membicarakan
secara spesifik ttg percakapan & karya siswa yg
mereka catat. Pengamat tidak membicarakan ttg
kualitas pelajaran berdasarkan kesan mereka
tetapi mereka membicarakan fakta yg ditemukan.
5. waktu diskusi bebas terbatas; oleh sebab itu
terdapat kesempatan yg terbatas utk
“grandstanding” dan penyimpangan (Lewis,
2002:69).
Diskusi & analisis RL ini dilaksanakan
segera, pada hari yg sama, setelah RL
diimplementasikan. Hal ini perlu, sbb seperti
yg telah dikemukakan sebelumnya bhw hasil
diskusi & analisis ini dapat digunakan &
dipertimbangkan sbg bahan utk merevisi
pelajaran/unit/pendekatan pembelajaran.
6. Merefleksikan LS & Merenc.
Tahap Berikutnya
Yang perlu dilakukan adalah:
 memikirkan ttg apa yg sudah berlangsung dgn baik
sesuai rencana
 apa yang masih perlu diperbaiki.
 apa yang harus dikerjakan selanjutnya oleh
kelompok LS.
 apakah anggota kelompok berkeinginan untuk membuat
peningkatan agar pelajaran ini menjadi lebih baik?
 apakah anggota yang lain dari kelompok LS ini
berkeinginan untuk mengujicobakan pelajaran ini pada
kelasnya sendiri?
 apakah anggota kelompok LS puas dengan tujuan-tujuan
LS dan metode operasi kelompok? (Lewis, 2002:71).
Pertanyaan-pertanyaan berikut juga dapat
membantu kita dlm melakukan refleksi terhdp
siklus LS maupun memikirkan langkah yg akan
dilakukan berikutnya:
1. apa yg berguna atau bernilai tentang LS yg
dikerjakan bersama?,
2. apakah LS membimbing kita utk berpikir dgn
cara baru ttg praktek pembelajaran sehari-
hari?,
3. apakah LS membantu mengembangkan
penget. kita ttg mata pelajaran serta penget.
ttg belajar & perkembangan siswa?,
4. apakah tujuan LS menarik bagi kita
semua?,
5. apakah kita bekerja bersama-sama dlm
suatu cara yg bersifat produktif &
suportif?,
6. sudahkah kita membuat kemajuan
terhdp tujuan LS kita secara
menyeluruh?,
7. apakah semua anggota kelompok kita
merasa terlibat & berguna?, dan
8. apakah pihak yg bukan peserta merasa
terinformasikan & terundang dlm
kegiatan LS kita? (Lewis, 2002:71).
FREKUENSI LS
 Satu atau dua kali sebulan
 Dua atau tiga kali satu semester
 Alternatif lain sesuai kebutuhan dan
kesepakatan
IMPLEMENTASI LS
Kita dapat memilih dan menerapkan:
 kurikulum,
 metoda,
 teknik,
 pendekatan,
 strategi,
 media,
 trend pembelajaran, dan
 alat asesmen kelas
Kur, metoda atau teknik asesmen mana yang diterapkan
sangat tergantung pada hakikat materi ajar serta pilihan
dan kesepakatan anggota kelompok.
Penutup
Apa, mengapa, dan bagaimana suatu
LS seperti dikemukakan di atas perlu
dipahami oleh para dosen dan atau
guru. Mengingat manfaatnya yang
demikian bagus, maka kita perlu
berupaya dan memikirkan bagaimana
agar pendekatan ini dapat
diimplementasikan di perkuliahan atau
pembelajaran kita masing-masing.
Penutup - lanjutan
 Pengimplementasian suatu LS akan
lebih efektif, jika kita mema-hami apa
dan mengapa LS serta menerapkan
langkah-langkah yang telah
dikemukakan di atas secara hati-hati,
sungguh-sungguh, bijak, dan
seksama.
Penutup- Lanjutan
 Dengan cara seperti ini, tujuan
pengimplementasian suatu LS yang
berfokus pada peningkatan kualitas
perkuliahan atau pembelajaran,
belajar para mahasiswa atau siswa,
dan peningkatan keprofesionalan
dosen atau guru dapat diwujudkan
dengan benar dan baik.
DAFTAR RUJUKAN
 Fernandez, Clea and Yoshida, Makoto. 2004. Lesson Study: A
Japanese Approach to Improving Mathematics Teaching and
Learning. Mahmah, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates,
Publishers.
 Hendayana, Sumar; Suryadi, Didi; Abdul Karim, Muchtar; Sukirman;
Ariswan; Sutopo; Supriatna, Asep; Sutiman; Santosa; Imansyah,
Harun; Paidi; Ibrohim; Sriyati, Siti; Permanasari, Anna; Hikmat;
Nurjanah; dan Joharmawan, Ridwan. 2006. Lesson Study: Suatu
Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidikan
(Pengalaman IMSTEP-JICA). Bandung: UPI Press.
 Lewis, Catherine C. 2002. Lesson Study: A Handbook of Teacher-
Led Instructional Change. Philadelphia, PA: Research for Better
Schools, Inc.
 Wang-Iverson, Patsy and Yoshida, Makoto (Editors). 2005. Building
Our Understanding of Lesson Study. Philadelphia, PA: Research for
Better Schools.
TUGAS
 PLAN – KELOMPOK BS/RUMPUN
 DO – REAL CLASS DI SEKOLAH
 SEE – DI PERKULIAHAN/SEKOLAH
 RPP/RPS – RINCI
 TUGAS OBSERVASI
 MODERATOR KEGIATAN REFLEKSI
 KAMPUS – REFLEKSI MENYELURUH

Anda mungkin juga menyukai