Anda di halaman 1dari 16

“KONSEP, PRINSIP, DAN PROSEDUR LESSON STUDY FOR LEARNING

COMMUNITY (LSLC) DAN IMPLEMENTASINYA DI INDONESIA”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Kajian Pembelajaran untuk


Pengembangan Komunitas Belajar Profesional (LSLC)
yang dibina oleh Dr. Ibrohim, M.Si dan Prof. Dr. Dra. Herawati Susilo, M.Sc.,Ph.D

Oleh Kelompok 2:
1. Calvin Talakua NIM 220341902007
2. Febblina Daryanes NIM 220341918326
3. Fahmil Ikhsan Taharu NIM 220341903129
4. Maisuna Kundariati NIM 200331762524

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JANUARI 2023

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
rahmat, karunia dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Konsep, Prinsip, dan Prosedur Lesson Study For Learning Community
(LSLC) dan Implementasinya di Indonesia” Makalah ini dimaksudkan untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kajian Pembelajaran untuk Pengembangan
Komunitas Belajar Profesional (LSLC).
School as Learning Community (SLC) atau Lesson Study for Learning
Community (LSLC) telah mengakar secara nasional di seluruh Jepang selama 20
tahun terakhir. Saat ini, lebih dari 350 sekolah percontohan yang aktif menyediakan
lebih dari 1.000 bengkel terbuka setiap tahun. Akibatnya, jumlah total yang dicapai
sekolah bersama adalah 1.500 sekolah dasar dan 2.500 sekolah menengah. Pada
saat yang sama, sejak tahun 2000, SLC melebarkan sayapnya ke luar negeri hingga
negara-negara tersebut dan area seperti Cina, Korea Selatan, Taiwan, Indonesia,
Vietnam, Hong Kong, Singapura dan Thailand. Berdasarkan perkembangan
tersebut makalah ini berupaya membahas tentang konsep, prinsip, prosedur dan
implementasi atau Lesson Study for Learning Community (LSLC) di Indonesia.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, disebabkan oleh keterbatasan
pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan yang penulis miliki. Penulis sampaikan
terima kasih kepada Dr. Ibrohim, M.Si dan Prof. Dr. Dra. Herawati Susilo,
M.Sc.,Ph.D selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Kajian Pembelajaran untuk
Pengembangan Komunitas Belajar Profesional (LSLC). Penulis selalu terbuka akan
segala kritik dan saran yang menuju perbaikan sangat penulis harapkan. Dengan
segala kesederhanaan dalam penulisan makalah ini penulis berharap mudah-
mudahan dapat memberi sumbangsih pemikiran untuk perkembangan ilmu
pengetahuan baik bagi penulis maupun pembaca.

Malang, Januari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1

B. Tujuan Penulisan 2

C. Batasan Penulisan 2

BAB 2 PEMBAHASAN 3
A. Konsep Lesson Study for Learning Community (LSLC) 3

B. Prinsip Lesson Study for Learning Community (LSLC) 4

C. Prosedur Lesson Study for Learning Community (LSLC) 5

D. Implementasi Lesson Study for Learning Community (LSLC)


di Indonesia 8

BAB III RINGKASAN 11


A. Kesimpulan 11

B. Saran 11

DAFTAR RUJUKAN 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lesson study (LS) telah berkembang di Jepang sejak awal tahun 1900-an.
Lesson Study merupakan terjemahan dari Bahasa Jepang jugyokenkyu, yang berasal
dari dua kata yakni jugyo yang berarti lesson atau pembelajaran, dan kenkyu yang
berarti study atau research atau pengkajian. Dengan demikian Lesson Study
merupakan pengkajian terhadap pembelajaran (Hendayana dkk., 2007:20). Lesson
Study merupakan suatu model pembinaan profesi pendidik melalui kegiatan
pengkajian pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok pendidik (guru atau
dosen) secara kolaboratif dan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Sementara Amri dan Ahmadi (2010:1) menyatakan Lesson Study
ialah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui kajian pembelajaran yang
dilakukan secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip kolegalitas
dan kualitas demi membangun suatu komunitas belajar.
Lesson Study adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui
pengkajian pembelajaran secara kolaborarif dan berkelanjutan berlandasan prinsip-
prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar
(learning society) yang dimulai dengan sebuah perencanaan “Plan” dilanjutkan
dengan pelaksanaan proses pembelajaran “Do” dimana kegiatan pembelajaran
siswa didasarkan pada pembelajaran kolaboratif kemudian dilakukan analisis pada
forum refleksi “ See” yang bertujuan untuk saling belajar dan meningkatkan
kualitas belajar siswa.
School as Learning Community (SLC), atau Lesson Study for Learning
Community (LSLC), merupakan pendekatan untuk Lesson Study yang muncul di
Jepang pada tahun 1990-an dan yang telah dipelajari secara intensif oleh para
pendidik dan peneliti di seluruh dunia untuk membangun komunitas belajar yang
demokratis bagi guru dan siswa di sekolah. Model yang melibatkan semua guru di
sekolah mengamati dan berbagi pelajaran bersama, menciptakan pedagogi
mendengarkan untuk merangkul dan mengembangkan keragaman pembelajaran di
setiap guru dan siswa.

1
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan dan mengetahui;
1. Lesson Study for Learning Community (LSLC)
2. Prinsip Lesson Study for Learning Community (LSLC)
3. Prosedur Lesson Study for Learning Community (LSLC)
4. Implementasi Lesson Study for Learning Community (LSLC) di
Indonesia

C. Batasan Penulisan
Batasan penulisan makalah ini yaitu:
1. Konsep dasar Lesson Study for Learning Community (LSLC)
2. Prinsip Lesson Study for Learning Community (LSLC)
3. Tahapan Lesson Study for Learning Community (LSLC) yang terdiri dari
perencanaan (plan), pelaksanaan (do), dan refleksi (see)
4. Praktik Lesson Study for Learning Community (LSLC) di Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Lesson Study for Learning Community (LSLC)


Di Indonesia, pertama kali LS diperkenalkan oleh tenaga ahli Japan
International Cooperation Agency (JICA) dalam rangkaian kegiatan follow-up
program dari Indonesian Mathematics and Science Teaching Education Project
(IMSTEP) pada akhir tahun 2004 yang bertujuan untuk meningkatkan mutu
pendidikan matematika dan IPA di Indonesia. Seiring dengan perkembangan
zaman, dikembangkan Lesson Study for Learning Community (LSLC) yang
berorientasi pada aktivitas siswa dan bagaimana siswa belajar, guru sebagai model
dalam pembelajaran dan orang tua yang bersama-sama tergabung dalam komunitas
belajar dan berpartisipasi dalam memulihkan pendidikan (Saito dkk., 2015).
Kegiatan LSLC juga mencakup perencanaan “plan”, pelaksanaan “do”, dan
refleksi “see” berdasarkan pembelajaran secara kolaboratif yang dilaksanakan
melalui kelas terbuka “Open Class” untuk menciptakan Komunitas Belajar
“Learning Community”. LSLC lebih memfokuskan kajian pada bagaimana siswa
belajar dan berkolaborasi dari pada kajian mengenai bagaimana guru mengajar dan
penguasaan materi. Oleh karenanya melalui LSLC guru dapat meningkatkan
pemahaman mereka mengenai bagaimana siswa belajar melalui kolaborasi (Saito,
2014).
Dalam LSLC, kolegalitas guru akan terbina dan meningkatkan
keprofesionalan guru. Dalam mengimplementasikan LSLC, dilaksanakan kegiatan
“open class“ yang mengikutsertakan guru lain, guru mapelajaran lain, kepala
sekolah, pengawas, ataupun orang tua untuk terlibat pula dalam proses
pembelajaran. Kegiatan open class kemudian dilanjutkan dengan kegiatan refleksi
dari hasil pengamatan pada kegiatan tersebut. Kegiatan refleksi pada LSLC
memfokuskan perhatian pada bagaimana siswa belajar, sedangkan pengamatan
terhadap bagaimana guru mengajar serta penguasaan materinya diberikan
persentase yang sangat kecil.

3
Dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran melalui LSLC, praktik
pembelajaran dilaksanakan dengan model kolaboratif. Setiap siswa memiliki hak
belajar yang sama tanpa terkecuali (caring community). Fokus utama dari LSLC
adalah antar siswa saling belajar (saling menyimak dan mendengarkan), termasuk
didalamnya antar guru juga saling belajar. Dalam LSLC kemampuan akademik
siswa tidak menjadi fokus utama namun sebagai dampak pengiring dari LSLC.
Landasan Filosofi Lesson Study:
 Keterbukaan (Fairness): pembelajaran terbuka diobservasi oleh siapapun
untuk menginspirasi umpan balik dan akuntabilitas.
 Demokrasi (Democracy); Saling mendengar, tidak boleh ada seseorang
yang mendominasi.
 Keunggulan (Excellency):  Bukan membandingkan dengan yang lain, tapi
berusaha menjadi yang terbaik dengan fasilitas yang tersedia

B. Prinsip Lesson Study for Learning Community (LSLC)

Mulyana (2007) menyebutkan bahwa Lesson Study adalah salah satu model
pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif
dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual
learning untuk membangun komunitas belajar. Lesson Study adalah salah satu
upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh
sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan dalam merencanakan,
melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran.
Lesson study bukan metode pembelajaran atau strategi pembelajaran, tetapi
dalam Lesson Study dapat dipilih dan diterapkan berbagai metode atau strategi
pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, atau masalah pembelajaran yang
dihadapi dosen dan mahasiswa. Kegiatan Lesson Study bukan sebuah kegiatan
sesaat tetapi kegiatan yang terus menerus, berkesinambungan dan sebuah upaya
untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip dalam Total Quality Management. Kegiatan
ini dimaksudkan untuk memperbaiki proses dan hasil pembelajaran secara terus-
menerus sehingga dapat mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar

4
(learning society) yang secara sistematis dan konsisten melakukan perbaikan yang
bersifat individual maupun manajerial.
Kegiatan Lesson Study terdiri dari langkah-langkah pokok berupa kegiatan
merancang pembelajaran untuk mencapai tujuan, melaksanakan pembelajaran,
mengamati pelaksanaan pembelajaran dan melakukan refleksi untuk
mendiskusikan pembelajaran yang dikaji tersebut untuk bahan penyempurnaan
dalam rencana pembelajaran berikutnya. Fokus utama pelaksanaan Lesson Study
adalah aktivitas mahasiswa di kelas dengan asumsi bahwa aktivitas mahasiswa
tersebut terkait dengan aktivitas dosen dalam pembelajaran di kelas. Aktivitas yang
dilakukan dosen ataupun mahasiswa di dalam kelas tidak boleh terganggu oleh
banyaknya dosen pengamat (observer) yang sedang melaksanakan kegiatan Lesson
Study. Proses pembelajaran berlangsung seperti biasanya, tampil apa adanya, dan
tidak dibuat-buat karena sedang diamati. Proses pembelajaran yang tampil secara
alami ini lebih dirasakan oleh dosen maupun mahasiswa sehingga segala aspek
pembelajaran yang diamati dapat ditangkap dengan lengkap dan mudah untuk
digunakan dalam proses refleksi.
Prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam Lesson study adalah: 1) prinsip
kolegialitas; 2) prinsip mutual learning; dan 3) prinsip kontinuitas. Prinsip
kolegialitas dibangun melalui interaksi antara beberapa pendidik yang secara
bersama-sama dalam melakukan perbaikan pembelajaran. Prinsip mutual learning
dibangun atas dasar upaya yang dilakukan melalui lesson study untuk
menghasilkan pembelajaran yang bermutu dan berkualitas. Prinsip kontinuitas
dibangun atas harapan terhadap implementasi lesson study untuk menghasilkan
perbaikan yang berkelanjutan melalui komunitas belajar yang selalu berimprovisasi
dari waktu ke waktu.

C. Prosedur Lesson Study for Learning Community (LSLC)


Pelaksana pada kegiatan LSLC tergantung pada tipe LSLC yang dikembangkan.
Jika LSLC yang dikembangkan berbasis sekolah, maka dilaksanakan oleh guru dari
berbagai bidang studi disekolah tersebut serta kepala sekolah. LSLC juga dapat
dilakukan dengan berbasiskan MGMP (bidang studi). LSLC pada dasarnya meliputi
tiga bagian kegiatan yakni perencanaan (plan), implementasi (do), dan refleksi (see)

5
(Hendayana et al., 2006; Susilo et al., 2009; Syamsuri & Ibrohim, 2011; Tsukui &
Murase, 2019).

Gambar 1. Skema LSLC (Tsukui & Murase, 2019)

Tahap persiapan (Plan) dimulai dengan melakukan identifikasi masalah


pembelajaran yang meliputi materi ajar, teaching material (hands on), strategi
pembelajaran dan menentukan guru model. Menurut Susilo et al., (2009)
merencanakan research lesson terdiri dari 3 tahapan, yaitu 1) mengkaji pelajaran
yang sedang berlangsung atau yang sudah ada, 2) mengembangkan suatu rencana
untuk memandu peserta didik belajar (plan to guide learning), dan 3) mengundang
pakar. Rencana research lesson memuat beberapa hal berikut: 1) pertanyaan,
masalah, dan kegiatan yang ahrus dikemukakan oleh guru; 2) Antisipasi jawaban-
jawaban peserta didik; 3) jawaban-jawaban yang direncanakan guru untuk peserta
didik; 4) butir-butir yang perlu dicatat selama pelajaran.
Tahap analisis perlu memperhatikan kedalaman materi yang disajikan ditinjau
dari tuntutan kurikulum (analisis kurikulum), latarbelakang pengetahuan dan
kemampuan siswa, kompetensi yang akan dikembangkan, menyusun indikator dan
pengalaman siswa, merancang kemungkinan pengembangan materi, menyusun
metode yang sesuai serta respons siswa saat pembelajaran berlangsung. Selanjutnya,
guru secara berkelompok perlu mendiskusikan strategi pembelajaran yang akan
digunakan meliputi pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Terlebih
dahulu lakukan analisis pengalaman mengajar masing-masing guru lalu dapat
mengembangkan strategi baru yang diprediksi dapat menghasilkan proses
pembelajaran yang optimal, menyusun lembar kerja peserta didik (jika diperlukan)

6
serta evaluasi. Selain mempersiapkan materi ajar dan strategi pembelajaran perlu
juga dipersiapkan pihak-pihak yang turut terlibat menjadi observer dalam
implementasi dan refleksi nantinya. Selain kelompok guru-guru sebidang, juga
dapat mengundang guru-guru bidang studi lain, kepala sekolah, ahli pendidikan,
pejabat berkepentingan, atau masyarakat pemerhati Pendidikan (Hendayana et al.,
2006; Syamsuri & Ibrohim, 2011).
Tahap implementasi (Do), sebelum melaksanakan proses pembelajaran
dilakukan briefing terlebih dahulu yang dipimpin oleh kepala sekolah. Guru model
menjelaskan secara umum rencana pembelajarannya kepada observer agar observer
dapat merancang rencana observasi yang akan dilakukan dikelas. Setelah
pelaksanaan briefing, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dikelas sesuai
dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat dan observer mengobservasi
kegiatan pembelajaran. Observer dapat menetapkan fokus pengamatannya di dalam
kelas. Selama proses pembelajaran juga sebaiknya dilakukan perekaman agar dapat
digunakan sebagai bahan acuan untuk diskusi pengembangan lesson study atau
masalah pembelajaran secara umum. Observer selama proses pembelajaran
membuat catatan tentang beberapa hal penting mengenai aktivitas belajar siswa
serta memperhatikan kejelasan tujuan pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran,
materi, diskusi kelas, penguatan capaian yang dilakukan oleh guru (Hendayana et
al., 2006). Pada dasarnya pengamatan yang dilakukan oleh observer adalah situasi
kelas secara keseluruhan atau aktivitas belajar seluruh siswa, meliputi interaksi
siswa dengan siswa lain, interaksi siswa dengan guru, interaksi siswa dengan media,
interaksi siswa dengan media pembelajaran, interaksi siswa dengan sumber belajar,
keaktifan siswa, diskusi siswa, dan aktivitas belajar siswa (Syamsuri & Ibrohim,
2011).
Tahap Refleksi (See), tahap ini hendaknya dilakukan langsung setelah selesai
pelaksanaan pembelajaran agar setiap observer masih dapat mengingat dengan jelas
aktivitas yang dilakukan dikelas dan saran perbaikan (Hendayana et al., 2006). Inti
dari LSLC adalah tahap open class dan refleksi (Syamsuri & Ibrohim, 2011).
Adapun langkah-langkah kegiatan yang dilakukan dalam refleksi adalah sebagai
berikut (Hendayana et al., 2006; Syamsuri & Ibrohim, 2011).

7
1. Fasilitator/pemandu diskusi memperkenalkan peserta refleksi yang ada di
ruangan sambil menyebutkan bidang keahlian masing-masing.
2. Fasilitator/pemandu diskusi menyampaikan agenda refleksi yang akan
dilakukan
3. Fasilitator/pemandu diskusi menjelaskan aturan tentang cara memberikan
komentar atau mengajukan umpan balik.
4. Guru yang melaksanakan pembelajaran dikelas mengemukakan terlebih dahulu
mengenai kejadian apa yang sesuai harapan dan apa yang tidak sesuai harapan
serta apa hal yang berubah dari rencana semula.
5. Perwakilan guru yang menjadi anggota dapat menambahkan komentar
6. Fasilitator memberikan kesempatan kepada setiap observer untuk
mengemukakan pendapatnya. Observer mengemukakan pengalaman dan
temuan berharganya terkait aktivitas didalam kelas.
7. Semua tim mendiskusikan hal-hal yang terjadi didalam kelas, memberikan
saran dan membahas solusi untuk mengoptimalkan pembelajaran dengan
Bahasa yang santun tanpa menjatuhkan guru model.
8. Fasilitator mempersilahkan tenaga ahli merangkum dan menyimpulkan
Kegiatan LSLC pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang mampu
mendorong terbentuknya learning community yang secara konsisten melakukan
continuous improvement baik pada level individu, kelompok, maupun pada
sistem yang lebih umum (Hendayana et al., 2006). Poin penting dari lesson
study dapat diringkas menjadi tiga elemen: 1) Pembelajaran kolaboratif
berdasarkan aktivitas dan dialog dalam konteks tertentu, 2) refleksi yang
berfokus pada proses pembelajaran, dan 3) pelatihan berbasis sekolah (Tsukui &
Murase, 2019).

D. Praktik Lesson Study for Learning Community (LSLC) di Indonesia


Penerapan Lesson Study saat ini, dikembangkan pada Learning Community.
Secara umum, di sebut Lesson Study for Learning Community (LSLC). LSLC lebih
menekankan pengkajian pada bagaimana siswa belajar dan berkolaborasi
dibandingkan dengan pengkajian tentang bagaimana guru/dosen mengajar dan
penguasaan materi. 

8
LSLC di SMA Proton
Pembentukan LSLC dilatarbelakangi dengan adanya isu kecenderungan
siswa yang memilih sekolah negeri dibandingkan dengan sekolah swasta. Hanya
siswa dengan kemampuan menengah ke bawah yang masuk ke SMA Proton
sehingga memberitan tantangan yang cukup besar bagi guru. Selain itu, didukung
dengan jumlah siswa yang cukup banyak (750–800 dalam satu tahun) dan sekitar
50 guru (pada tahun 2004) maka SMA Proton menginisiasi tim Akadasi (sebelum
terbentuknya LSLC) (Suratno et al., 2019).
Sebelum LSLC, sebagian besar guru sudah familiar dengan istilah
'supervisi', merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh kepala sekolah dan
pengawas untuk memantau dan mengevaluasi kinerja guru. Namun, banyak guru
masih enggan diawasi. Mereka merasa 'trauma', sebagai pelaku utamanya fokusnya
adalah untuk 'menilai' para guru dan praktik mengajar mereka. Dosen dan
pengamat guru lain menyampaikan komentar tajam pada guru yang menjadi guru
model (Suratno et al., 2019).
Awal mula merintis LSLC di SMA Proton, guru diajak mulai membuka
pikiran mereka dan bersedia untuk mengadakan sesi berbagi. Selanjutnya, hanya
segelintir mengambil yang mau membuka kelas mereka. Kehadiran guru PA dari
sekolah lain, dosen dan pakar dari Jepang sedikit menarik guru mata pelajaran
lainnya. Sayangnya, saat piloting guru mengusulkan yang lain guru mata pelajaran
ikut, mereka mendapat sambutan dingin. Sebagian besar mata pelajaran lainnya
guru merasa resah ketika mereka harus diamati oleh begitu banyak orang. Bahkan
ketika guru percontohan mencoba meyakinkan mereka, mereka masih skeptis
bahwa itu bisa membawa perubahan yang lebih baik. Sampai saat itu, hanya guru
uji coba yang dikenal dengan tumbuhnya Lesson Study (Suratno et al., 2019).
Karena LSLC telah menarik lebih banyak guru, tim Akadasi kemudian
mulai bertambah frekuensinya dan mengintegrasikannya dengan kegiatan lain.
Pada AY 2005/2006, LSLC adalah dilakukan sebulan sekali, dan banyak guru dari
berbagai mata pelajaran yang berpartisipasi aktif. Kemajuan ini terjadi setelah tim
Akadasi membeberkan temuannya, terutama dari kuesioner siswa. Siswa secara
terbuka menyampaikan pendapatnya tentang guru yang 'baik' dan 'tidak baik'.
Koordinator menjelaskan siswa itu berpendapat bahwa guru yang baik adalah guru

9
yang membiarkan siswa belajar secara kolaboratif situasi belajar yang kreatif.
Kepada guru yang 'tidak baik', mereka akan bertanya, 'Mengapa tidak Anda
bergabung dengan LSLC?’; 'Mengapa Anda tidak mengajar dengan cara yang sama
seperti para guru LSLC?'; ‘Mengapa Anda terus memberi kuliah dengan gaya yang
membuat kami bosan?’ Saat itu, sejumlah siswa 'ditolak' beberapa guru (Suratno et
al., 2019).
Pada AY 2009/2010 terjadi pergantian Akadasi, karena koordinatornya
adalah diangkat sebagai kepala sekolah di sekolah lain. Meski demikian, LSLC
tetap berjalan, dengan penekanan pada menjadikan LSLC sebagai bagian dari
penelitian dan pengajaran tindakan kelas praktik serta situs yang luas untuk
mahasiswa sarjana dan pascasarjana untuk melakukan studi lapangan di LSLC
untuk tugas kursus atau proyek penelitian mereka (Suratno et al., 2019).
Bagi guru Lesson Study for Learning Community (LSLC) dapat
memberikan pengalaman untuk guru dengan berbagi pengalaman dengan guru
bidang yang serumpun tentang pengelolaan kelas maupun penggunaan media
pembelajaran sehingga menghasilkan perangkat pembelajaran yang inovatif dan
efektif dan nantinya akan berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran.
Menurut Marlina (2018), hasil survei keterlaksanaan dan dampak Lesson Study
tahun 2012 dan hasil bimtek tahun 2013 diperoleh simpulan bahwa kegiatan
Lesson Study secara umum telah dapat meningkatkan kualitas proses perkuliahan
dan kompetensi dosen dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Di
samping itu Lesson Study telah dirasakan manfaatnya oleh mahasiswa karena
banyak dosen telah mengubah kebiasaannya dalam membelajarkan mahasiswa.
Perubahan tersebut misalnya lebih cepat waktu, menggunakan media/peralatan
pembelajaran yang lebih bervariasi, memberikan perhatian yang lebih banyak pada
mahasiswa melalui bimbingan belajar dalam kelompok. Namun demikian hal-hal
positif dari kegiatan Lesson Study belum dialami oleh semua dosen. Keberhasilan
Lesson Study di Universitas dan di sekolah tidak lepas dari peran perguruan tinggi
yang berkolaborasi dengan guru melalui pendampingan dan penelitian bersama.

10
BAB III
RINGKASAN

A. Kesimpulan
1. Lesson study sebagai satu solusi untuk membangun learning community  antar
guru/dosen, peserta didik, maupun akademisi. Penerapan learning
community (LC) memberi kesempatan setiap siswa dalam menentukan dan
memahami konsep atau materi yang sulit dengan cara mendiskusikan masalah
tersebut dengan temannya dalam kelompok belajar. Penerapan lesson study saat
ini, dikembangkan pada learning community.
2. LSLC (lesson study for learning community) lebih menekankan pengkajian pada
bagaimana siswa belajar dan berkolaborasi dibandingkan dengan pengkajian
tentang bagaimana guru/dosen mengajar dan penguasaan materi.
3. Setiap siklus LSLC dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahap, yaitu tahap pertama
adalah Plan (merencanakan), tahap kedua adalah Do (melaksanakan), dan tahap
ketiga adalah See (merefleksi). Tiga tahap tersebut (satu siklus) dilaksanakan
secara berkelanjutan. Dengan kata lain LSLC merupakan suatu cara peningkatan
mutu pendidikan yang tak pernah berakhir (continous improvement).
4. Implementasi Lesson Study di Indonesia telah diintegrasikan dalam program
pemerintah pusat, yakni Program Induksi Guru Pemula (PIGP).

B. Saran
1. Salah satu bentuk kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan yaitu
melalui Lesson Study for Learning Community sehingga sangat disarankan
satuan Pendidikan maupun kelompok MGMP berbagai bidang studi dapat
menerapkan kegiatan ini.

11
2. Terwujudnya kegiatan Lesson Study for Learning Community yang optimal dan
berkesinambungan tentunya sangat membutuhkan dukungan dari berbagai pihak
diantaranya kepala dinas, kepala sekolah, guru-guru, pihak perguruan tinggi,
maupun kelompok masyarakat serta adanya komitmen yang tinggi untuk terus
melaksanakan kegiatan ini sebaik mungkin.

12
DAFTAR RUJUKAN
Hendayana, S., Suryadi, D., Karim, M. A., Sukirman, Ariswan, Sutopo, Supriatna,
A., Sutiman, Santosa, Imansyah, H., Paidi, Ibrohim, Sriyati, S., Permanasari,
A., Hikmat, Nurjanah, & Joharmawan, R. (2006). Lesson Study. UPI Press.

Marlina R. 2018. Penerapan Lesson Study For Learning Community (LSLC) pada
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Tanjungpura.
Proceeding Biology Education Conference. Volume 15, No 1, 598-605. 

Mulyana, Slamet. (2007). Lesson Study (Makalah). Kuningan: LPMP-Jawa Barat

Saito, E., Watanabe, M., Gillies, R., Someya, I., Nagashima, T., Sato, M., &
Murase, M. (2015). School reform for positive behaviour support through
collaborative learning: Utilizing lesson study for a learning community.
Cambridge Journal of Education, 45 (4), 489–518.

Sato, M. (2008, September & December). Philosophy on the restoration of schools


in Japan: The vision, principles and activity system of the learning
community. Journal of All India Association for Educational Research, 20
(3–4), 14–26.

Sato, M. (2011). Imaging neo-liberalism, the hidden realities of the cultural politics
of school reform: Teachers and students in a globalized Japan. In D. B.
Willis, & J. Rappleye (Eds.), Reimaging Japanese education: Borders,
transfers, circulations, and the comparative: Oxford studies in comparative
education (pp. 219–240). Oxford: Symposium Books.

Sato, M. (2012). A la recherché d’une ecole pour le XXle siecte – quelles (reformes
scolaires) alternatives aux politiques neoliberales? In C. Galan, & C. L.
Alvares (Eds.), Seisme educatife au Japon. Les Dossiers des Sciences de
l’Education, No. 27 (pp. 37–54). Toulouse: Presses Universitaries du Mirail.

Sato, M. (2016). Classroom management in Japan: A social history of teaching and


learning. In N. K. Shimahara (Ed.), Politics of classroom life: Classroom
management in international perspective. Abingdon, UK: Routledge.

Susilo, H., Chotimah, H., Joharmawan, R., Jumiati, Sari, Y. D., & Sunarjo. (2009).
Lesson Study Berbasis Sekolah. Malang: Bayumedia Publishing.

Suratno, T. Ibrohim. Joharmawan, R. Chotimah, H. Takasawa, N. (2019).


Harbringer of Lesson Study for Learning Community in Indonesia. Lesson
Sudy and Schools as Learning Communities: Asian School Reform in Theory
and Practice. Routledge

Syamsuri, I., & Ibrohim. (2011). lesson study (studi pembelajaran). Malang: UM
Press.

Tsukui, A., & Murase, M. (2019). Lesson Study and Schools as Learning
Communities. New York: Routledge.

13

Anda mungkin juga menyukai