Anda di halaman 1dari 11

PERAWATAN PASIEN

SEBELUM DAN SESUDAH


MENINGGAL
KEMATIAN
• Kematian suatu keadaan alamiah yang setiap individu pasti akan
mengalaminya. Secara umum, setiap manusia  berkembang dari bayi, anak-
anak, remaja, dewasa, lansia dan akhirnya mati. Kematian (death) merupakan
kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah, serta hilangnya
respon terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas
listrik otak, atau dapat juga dikatakan terhentinya fungsi jantung dan paru
secara menetap atau terhentinya kerja otak secara menetap.
Beberapa Perubahan Kematian antara lain:
Algor mortis (Penurunan suhu jenazah)- Algor mortis merupakan salah satu tanda
kematian yaitu terhentinya produksi panas, sedangkan pengeluaran berlangsung
terus menerus, akibat adanya perbedaan panas antara mayat dan lingkungan.

Livor mortis (Lebam mayat) - Livor mortis (lebam mayat) terjadi akibat peredaran
darah terhenti     mengakibatkan stagnasi maka darah menempati daerah
terbawah sehingaa tampak bintik merah kebiruan.

Rigor mortis (Kaku mayat) - Rigor mortis adalah kekakuan pada otot tanpa atau
disertai pemendekan serabut otot.

Dekomposisi (Pembusukan) -Hal ini merupakan suatu keadaan dimana bahan-


bahan organik tubuh   mengalami dekomposisi baik yang disebabkan karena
adanya aktifitas bakteri, maupun karena autolisis. Lebih dari 24 jam mulai tampak
warna kehijauan di perut kanan bawah (caecum).
Definisi Kematian
1. Mati klinis
• Mati klinis adalah henti nafas (tidak ada gerak nafas spontan)
ditambah henti sirkulas jantung total dengan semua aktivitas otak
terhenti, tetapi tidak ireversibel.
2. Mati biologis (kematian semua organ)                                                                
• Mati selalu mengikuti mati klinis bila tidak dilakukan resusitasi jantung
paru (RJP) atau bila upaya resusitasi dihentikan. mati biologis
merupakan proses nekrotisasi semua jaringan, dimulai dengan neuron
otak yang menjadi nekrotik setelah kira-kira 1 jam tanpa sirkulasi,
diikuti oaleh jantung, ginjal, paru dan hati yang menjadi nekrotik
selama beberapa jam atau hari.
3. Mati serebral (kematian korteks)
• Mati adalah kerusakan ireversibe (nekrosis) serebrum, terutama
neokorteks. Mati otak (MO,kematian otak total) adalah mati serebral
ditambah dengan nekrosis sisa otak lainnya, termasuk serebelum, otak
tengah dan batang otak.
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
• Pengkajian masalah ini antara lain adanya tanda klinis
saat menghadapi kematian (sekarat), seperti perlu dikaji
adanya hilangnya tonus otot, relaksasi wajah, kesulitan untuk
berbicara, kesulitan menelan, penurunan aktivitas
gastrointestinal, melemahnya tanda sirkulasi, melemahnya
sensasi, terjadinya sianosis pada ekstremitas, kulit teraba
dingin, terdapat perubahan tanda vital seperti nadi melambat
dan melemah, penurunan tekanan darah, pernapasan tidak
teratur melalui mulut, adanya kegagalan sensori seperti
pandangan kabur dan menurunnya tingkat kecerdasan.
• Pasien yang mendekati kematian ditandai dengan dilatasi
pupil, tidak mampu bergerak, refleks hilang, nadi naik
kemudian turun, respirasi cheyne stokes (napas terdengar
kasar), dan tekanan darah menurun. Kematian ditandai dengan
terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah, hilangnya
respons terhadap stimulus eksternal, hilangnya pergerakan
otot, dan terhentinya aktivitas otak.
2.   Diagnosis Keperawatan
• Ketakutan berhubungan dengan ancaman kematian (proses sekarat).
• Keputusan berhubungan dengan penyakit terminal.

3.  Perencanaan dan tindakan keperawatan


• Hal yang dapat dilakukan dalam perencanaan tujuan keperawatan adalah
membantu mengurangi depresi, mempertahankan harapan, membantu
pasien dan keluarga menerima kenyataan. Rencana yang dapat dilakukan
untuk mencapai tujuan tersebut, antara lain:
• Memberikan dukungan dan mengembalikan kontrol diri pasien dengan
cara mengatur tempat perawata, mengatur kunjungan, jadwal aktivitas,
dan penggunaan sumber pelayanan kesehatan.
• Membantu pasien mengatasi kesepian, depresi, dan rasa takut.
• Membantu pasien mempertahankan rasa aman, percaya diri, dan harga
diri.
• Membantu pasien mempertahankan harapan yang dimiliki.
• Membantu pasien menerima kenyataan.
• Memenuhi kebutuhan fisiologis.
• Memberikan dukungan spiritual dengan memfasilitasi kegiatan spiritual
pasien.
4.   Tindakan Perawat Dalam Menangani Jenazah
• Dalam menangani jenazah perawat harus
melakukannya dengan hormat dan sebaik-baiknya.
Rasa hormat ini dapat dijadikan prinsip, dengan kata
lain, seseorang telah diperlakukan secara manusiawi
dan sama seperti orang lain. Seorang perawat harus
memperlakukan tubuh jenazah dengan hormat.
• Sebelum kematian terjadi, anggota tubuh harus diikat
dan kepala dinaikkan ke atas bantal. Tubuh harus
dibersihkan dengan membasuhnya dengan air hangat
secara perlahan. Segala sesuatu yang keluar dari tubuh
pasien harus dicuci dan dibersihkan rawatan
posmortem,
• Perawatan tubuh setelah kematian disebut
perawatan postmortem. Hal ini dapat menjadi
tanggung jawab perawat. Perawat akan lebih
mudah melakukannya apabila bekerja sama dengan
staf kesehatan lainnya. Adapun hal yang harus
diperhatikan :
• Perlakukan tubuh dengan rasa hormat yang sama
perawat lakukan terhadap orang yang masih hidup.
• Beberapa fasilitas memilih untuk meninggalkan
pasien sendiri sampai petugas kamar jenazah tiba.
• Periksa prosedur manual rumah sakit sebelum
melanjutkan perawatan postmortem.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah sekarat dan kematian
secara umum dapat dinilai dari kemampuan
individu untuk menerima makna kematian,
reaksi terhadap kematian, dan perubahan
perilaku, yaitu menerima arti kematian.
SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai