Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MATA PELAJARAN KDM

PERAWATAN PASIEN MENINGGAL DUNIA

Disusun Oleh :
Muhammad Devan Putra Abdullah
XI keperawatan A

PROGRAM KEAHLIAN KEPERAWATAN


JL. KH SOLEH ISKANDAR SALABENDA RT.01/04
KEL. KAYUMANIS KEC. TANAH SAREAL
KOTA BOGOR 16169
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..3

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….2

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………………….4

A. Latar belakang ……………………………………………………………………………...4

B. Tujuan …………….:……………………………………………………………………….4

C. Manfaat …………………………………………………………………………………….4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………..…5

A. Definisi kematian …………………………………………………………………………..5

B. Jenis kematian ……………………………………………………………………………..8

C. Penyebab kematian…………………………………………………………………………9

D. Tanda kematian ……………………………………………………………………….…..11

SOAP PERAWATAN PASIEN MENINGGAL DUNIA…………………………………15

BAB III PENUTUP …………………………………………………………………………17

A. Kesimpulan …,…..,……………………………………………………………………….17

B. Saran ………………………………………………………………………………………17

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..…18
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami bisa menyelesaikan makalah mata kuliah
"perawatan pasien meninggal dunia". Selawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi
besar kita Muhammad saw. yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan
sunah untuk keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan satu di antara tugas mata pelajaran KDM diprogram Keperawatan
pada SMK Kesehtaan dwi putri Husada . Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ibu Henny selfhia thenu selaku guru pembimbing mata pelajaran
KDM.

Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini maka
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bogor, 17 April 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehilangan merupakan suatu peristiwa dari pengalaman manusia yang bersifat unik secara
individual. Kehilangan dalam suatu situasi aktual maupun potensial dapat dialami oleh
individu ketika berpisah dari suatu yang sebelumnya ada, baik sebagian ataupun
keseluruhan atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan.

Dalam kehidupan setiap individu hanya ada satu hal yang pasti, yaitu individu tersebut akan
meninggal dunia . Kematian merupakan suatu hal yang alami. Saat terjadinya kematian
merupakan saat-saat yang tidak diketahui waktunya. Kematian dapat terjadi singkat dan
tidak terduga seperti seorang anak yang meninggal akibat kecelakaan, kematiaan dapat
berlangsung mendadak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya seseorang yang
pingsan dan dalam waktu 24 jam sudah meninggal, kematian dapat diperkirakan
sebelumnya melalui diagnosis medis tetapi saat kematian itu sendiri biasa terjadi
mendadak,atau pasien dapat mengalami dahulu stadium terminal penyakit dalam waktu
yang bervariasi mulai dari berapa hari hingga berbulan-bulan.

Kematian dari masa lampau sampai saat ini selalu dikhaskan dengan kondisi terhentinya
pernapasan, nadi, dan tekanan darah, serta hilangnya respon terhadap stimulus eksternal,
ditandai dengan terhentinya kerja otak secara menetap. Namun demikian, kemajuan dalam
teknologi kedokteran berlangsung sedemikian cepat sehingga kalau satu atau lebih sistem
tubuh tidak berfungsi, pasien mungkin masih dapat dipertahankan “hidupnya” dengan
bantuan mesin, tindakan ini dapat dilakukan sehubungan dengan pengangkatan organ
tubuh untuk bedah transplantasi.

Dengan memahami bahwa kematian merupakan suatu yang alami dari proses kehidupan
akan membantu perawat dalam memberikan respon terhadap kebutuhan pasien dengan
lebih murah hati.

B. Tujuan

 Untuk membantu mahasiswa dalam melakukan perawatan jenazah.

C. Manfaat

 Agar siswa keperawatan dapat melakukan tindakan perawatan jenazah dengan baik.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kematian

Kematian suatu keadaan alamiah yang setiap individu pasti akan mengalaminya. Secara
umum, setiap manusia berkembang dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa, lansia dan
akhirnya mati.

Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah,
serta hilangnya respon terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas
listrik otak, atau dapat juga dikatakan terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap
atau terhentinya kerja otak secara menetap. Terdapat beberapa perubahan tubuh setelah
kematian, diantaranya :

1. Algor mortis (Penurunan suhu jenazah)

Algor mortis merupakan salah satu tanda kematian yaitu terhentinya produksi panas,
sedangkan pengeluaran berlangsung terus menerus, akibat adanya perbedaan panas antara
mayat dan lingkungan.

Faktor yang mempengaruhi Algor mortis yaitu :

a. Faktor lingkungan

b. Suhu tubuh saat kematian ( suhu meningkat, a.m.makin lama)

c. Keadaan fisik tubuh serta pakaian yang menutupinya

d. Aliran udara, kelembaban udara

e. Aktivitas sebelum meninggal, konstitusi tubuh

f. Sebab kematian, posisi tubuh


2. Livor mortis (Lebam mayat)

Livor mortis (lebam mayat) terjadi akibat peredaran darah terhenti mengakibatkan stagnasi
maka darah menempati daerah terbawah sehingaa tampak bintik merah kebiruan.

3. Rigor mortis (Kaku mayat)

Rigor mortis adalah kekakuan pada otot tanpa atau disertai pemendekan serabut otot.

Tahapan tahapan rigor mortis:

a. 0-2 sampai 4 jam : kaku belum terbentuk

b. 6 jam : Kaku lengkap

c. 12 jam : kaku menyeluruh

d. 36 j am : relaksasi sekunder

4. Dekomposisi ( Pembusukan)

Hal ini merupakan suatu keadaan dimana bahan-bahan organik tubuh mengalami
dekomposisi baik yang disebabkan karena adanya aktifitas bakteri, maupun karena autolisis.
Skala waktu terjadinya pembusukan

Mulai terjadi setelah kematian seluler. Lebih dari 24 jam mulai tampak warna kehijauan di
perut kanan bawah (caecum).
Mekanisme:

1. Degradasi jaringan oleh bakteri → H2S, HCN, AA, asam lemak

>H2S + Hb → HbS (hijau kehitaman).

Faktor yang mempengaruhi pembusukan:

a. Mikroorganisme

b. Suhu optimal (21 – 370C)

c. Kelembaban tinggi→cepat

d. Sifat mediumnya udara=air=tanah=(1:2:8)

e. Umur bayi, anak, ortu → lambat

f. Kostitusi tubuh : gemuk (cepat)

g. Keadaan waktu mati kematian :edema(cepat), dehidrasi(lambat)

h. Sebab kematian : radang (cepat)

Jenazah adalah seseorang yang meninggal karena penyakit. Perawatan jenazah adalah
perawatan pasien setelah meninggal, termasuk menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan
kepada anggota keluarga yang bersangkutan, transportasi ke kamar jenazah dan melakukan
disposisi (penyerahan barang-baran) milik pasien. Perawatan jenazah biasanya dilakukan
karena ditundanya penguburan/kremasi, misalnya untuk menunggu kerabat yang tinggal
jauh di luar kota atau di luar negeri.
Perawatan jenazah pada penderita penyakit menular dilaksanakan dengan selalu
menerapkan kewaspadaan universal tanpa mengakibatkan tradisi budaya dan agama yang
dianut keluarganya. Setiap petugas kesehatan terutama perawat harus dapat menasehati
keluarga jenazah dan mengambil tindakan yang sesuai agar penanganan jenazah tidak
menambah risiko penularan penyakit seperti halnya hepatitis-B, AIDS, kolera dsb.

Tradisi yang berkaitan dengan perlakuan terhadap jenazah tersebut dapat diizinkan dengan
memperhatikan hal yang telah disebut di atas, seperti misalnya mencium jenazah sebagai
bagian dari upacara penguburan. Perlu diingat bahwa virus HIV hanya dapat hidup dan
berkembang dalam tubuh manusia hidup, maka beberapa waktu setelah penderita infeksi-
HIV meninggal, virus pun akan mati.

B. Jenis Kematian

Berikut ini terdapat beberapa definisi mengenai kematian sebagai berikut :

1. Mati klinis

Mati Klinis adalah henti nafas (tidak ada gerak nafas spontan) ditambah henti sirkulasi
(jantung) total dengan semua aktivitas otak terhenti, tetapi tidak ireversibel. Pada masa dini
kematian inilah, pemulaian resusitasi dapat diikuti dengan pemulihan semua fungsi sistem
organ vital termasuk fungsi otak normal, asalkan diberi terapi optimal.

2. Mati biologis (kematian semua organ)

Mati biologis selalu mengikuti mati klinis bila tidak dilakukan resusitasi jantung paru (RJP)
atau bila upaya resusitasi dihentikan. Mati biologis merupakan proses nekrotisasi semua
jaringan, dimulai dengan neuron otak yang menjadi nekrotik setelah kira-kira 1 jam tanpa
sirkulasi, diikuti oaleh jantung, ginjal, paru dan hati yang menjadi nekrotik selama beberapa
jam atau hari.

Pada kematian, seperti yang biasa terjadi pada penyakit akut atau kronik yang berat, denyut
jantung dan nadi berhenti pertama kali pada suatu saat, ketika tidak hanya jantung, tetapi
organisme secara keseluruhan begitu terpengaruh oleh penyakit tersebut sehingga tidak
mungkin untuk tetap hidup lebih lama lagi. Upaya resusitasi pada kematian normal seperti
ini tidak bertujuan dan tidak berarti.
Henti jantung (cardiac arrest) berarti penghentian tiba-tiba kerja pompa jantung pada
organisme yang utuh atau hampir utuh. Henti jantung yang terus berlangsung sesudah
jantung pertama kali berhenti mengakibatkan kematian dalam beberapa menit. Dengan
perkataan lain, hasil akhir henti jantung yang berlangsung lebih lama adalah mati mendadak
( sudden death). Diagnosis mati jantung (henti jantung ireversibel) ditegakkan bila telah ada
asistol listrik membandel (intractable, garis datar pada EKG) selama paling sedikit 30 menit,
walaupun telah dilakukan RJP dan terapi obat yang optimal.

3. Mati serebral (kematian korteks)

Mati serebral adalah kerusakan ireversibel (nekrosis) serebrum, terutama neokorteks. Mati
otak (MO,kematian otak total) adalah mati serebral ditambah dengan nekrosis sisa otak
lainnya, termasuk serebelum, otak tengah dan batang otak.

C. Penyebab Kematian

Penyebab kematian menurut ilmu kedokteran tidak berhubungan dengan jatuhnya manusia
ke dalam dosa atau dengan Allah, melainkan diakibatkan tidak berfungsinya organ tertentu
dari tubuh manusia.

Kematian menurut dokter H. Tabrani Rab disebabkan empat faktor:

1. berhentinya pernafasan

2. matinya jaringan otak

3. tidak berdenyutnya jantung

4.adanya pembusukan pada jaringan tertentu oleh bakteri-bakteri


Seseorang dinyatakan mati menurut Dr. Sunatrio bilamana fungsi pernafasan/paru-paru dan
jantung telah berhenti secara pasti atau telah terbukti terjadi kematian batang otak. Dengan
demikian, kematian berarti berhentinya bekerja secara total paru-paru dan jantung atau
otak pada suatu makhluk. Dalam ilmu kedokteran, jiwa dan tubuh tidak d

H2S + Hb → HbS (hijau kehitaman).

Faktor yang mempengaruhi pembusukan:

a. Mikroorganisme

b. Suhu optimal (21 – 370C)

c. Kelembaban tinggi→cepat

d. Sifat mediumnya udara=air=tanah=(1:2:8)

e. Umur bayi, anak, ortu → lambat

f. Kostitusi tubuh : gemuk (cepat)

g. Keadaan waktu mati kematian :edema(cepat), dehidrasi(lambat)

h. Sebab kematian : radang (cepat)

Jenazah adalah seseorang yang meninggal karena penyakit. Perawatan jenazah adalah
perawatan pasien setelah meninggal, termasuk menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan
kepada anggota keluarga yang bersangkutan, transportasi ke kamar jenazah dan melakukan
disposisi (penyerahan barang-baran) milik pasien. Perawatan jenazah biasanya dilakukan
karena ditundanya penguburan/kremasi, misalnya untuk menunggu kerabat yang tinggal
jauh di luar kota atau di luar negeri.

Perawatan jenazah pada penderita penyakit menular dilaksanakan dengan selalu


menerapkan kewaspadaan universal tanpa mengakibatkan tradisi budaya dan agama yang
dianut keluarganya. Setiap petugas kesehatan terutama perawat harus dapat menasehati
keluarga jenazah dan mengambil tindakan yang sesuai agar penanganan jenazah tidak
menambah risiko penularan penyakit seperti halnya hepatitis-B, AIDS, kolera dsb.

Tradisi yang berkaitan dengan perlakuan terhadap jenazah tersebut dapat diizinkan dengan
memperhatikan hal yang telah disebut di atas, seperti misalnya mencium jenazah sebagai
bagian dari upacara penguburan. Perlu diingat bahwa virus HIV hanya dapat hidup dan
berkembang dalam tubuh manusia hidup, maka beberapa waktu setelah penderita infeksi-
HIV meninggal, virus pun akan mati.

Seseorang dinyatakan mati menurut Dr. Sunatrio bilamana fungsi pernafasan/paru-paru dan
jantung telah berhenti secara pasti atau telah terbukti terjadi kematian batang otak. Dengan
demikian, kematian berarti berhentinya bekerja secara total paru-paru dan jantung atau
otak pada suatu makhluk. Dalam ilmu kedokteran, jiwa dan tubuh tidak dapat dipisahkan.
Belum dapat dibuktikan bahwa tubuh dapat dipisahkan dari jiwa dan jiwa itu baka.

D. Tanda Kematian

1. Tanda Kematian Tidak Pasti

a. Berhentinya sistim pernafasan dan sistim sirkulasi.

Secara teoritis, diagnosis kematian sudah dapat ditegakkan jika jantung dan paru berhenti
selama 10 menit, namun dalam prakteknya seringkali terjadi kesalahan diagnosis sehingga
perlu dilakukan pemeriksaan dengan cara mengamati selama waktu tertentu. Pemeriksaan
dapat dilakukan dengan mendengarkannya melalui stetoscope pada daerah precordial dan
larynx dimana denyut jantung dan suara nafas dapat dengan mudah terdengar.

Kadang-kadang jantung tidak segera berhenti berdenyut setelah nafas terhenti, selain
disebabkan ketahanan hidup sel tanpa oksigen yang berbeda-beda dapat juga disebabkan
depresi pusat sirkulasi darah yang tidak adekwat, denyut nadi yang menghilang merupakan
indikasi bahwa pada otak terjadi hipoksia. Sebagai contoh pada kasus judicial hanging
dimana jantung masih berdenyut selama 15 menit walaupun korban sudah diturunkan dari
tiang gantungan.

b. Kulit yang pucat

Kulit muka menjadi pucat ,ini terjadi sebagai akibat berhentinya sirkulasi darah sehingga
darah yang berada di kapiler dan venula dibawah kulit muka akan mengalir ke bagian yang
lebih rendah sehingga warna kulit muka tampak menjadi lebih pucat.

Akan tetapi ini bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya. Kadang-kadang kematian
dihubungkan dengan spasme agonal sehingga wajah tampak kebiruan.

Pada mayat yang mati akibat kekurangan oksigen atau keracunan zat-zat tertentu (misalnya
karbon monoksida) warna semula dari raut muka akan bertahan lama dan tidak cepat
menjadi pucat.(4,8)

c. Relaksasi otot

Pada saat kematian sampai beberapa saat sesudah kematian , otot-otot polos akan
mengalami relaksasi sebagai akibat dari hilangnya tonus. Relaksasi pada stadium ini disebut
relaksasi primer. Akibatnya rahang turun kebawah yang menyebabkan mulut terbuka, dada
menjadi kolap dan bila tidak ada penyangga anggota gerakpun akan jatuh kebawah.
Relaksasi dari otot-otot wajah menyebabkan kulit menimbul sehingga orang mati tampak
lebih muda dari umur sebenarnya, sedangkan relaksasi pada otot polos akan mengakibatkan
iris dan sfincter ani akan mengalami dilatasi. Oleh karena itu bila menemukan anus yang
mengalami dilatasi harus hati-hati menyimpulkan sebagai akibat hubungan seksual
perani/anus corong.

d. Perubahan pada mata

Perubahan pada mata meliputi hilangnya reflek kornea dan reflek cahaya yang
menyebabkan kornea menjadi tidak sensitif dan reaksi pupil yang negatif .

Hilangnya reflek cahaya pada kornea ini disebabkan karena kegagalan kelenjar lakrimal
untuk membasahi bola mata. Kekeruhan pada kornea akan timbul beberapa jam setelah
kematian tergantung dari posisi kelopak mata, akan tetapi kornea akan tetap menjadi keruh
tanpa dipengaruhi apakah kelopak mata terbuka atau tertutup. Walaupun sering ditemui
kelopak mata tertutup secara tidak komplit, ini terjadi oleh karena kekakuan otot-otot
kelopak mataKekeruhan pada lapisan dalam kornea ini tidak dapat dihilangkan atau diubah
kembali walaupun digunakan air untuk membasahinya
Setelah kematian tekanan intra okuler akan turun, tekanan intra okuler yang turun ini
mudah menyebabkan kelainan bentuk pupil sehingga pupil kehilangan bentuk sirkuler
setelah mati dan ukurannya pun menjadi tidak sama ,pupil dapat berkontraksi dengan
diameter 2 mm atau berdilatasi sampai 9 mm dengan rata-rata 4-5 mm oleh karena pupil
mempunyai sifat tidak tergantung dengan pupil lainnya maka sering terdapat perbedaan
sampai 3 mm.

2. Tanda kematian pasti

Setelah beberapa waktu timbul perubahan paska mati yang jelas, sehingga memungkinkan
diagnosa kematian menjadi lebih pasti. Tanda-tanda tersebut dikenal sebagai tanda pasti
kematian berupa:

a. Lebam mayat / Livor Mortis(hipostatis/lividitas paska mati)

b. Kaku mayat (rigor mortis)

c. Penurunan suhu tubuh

d. Pembusukan

e. Mummifikasi

f. Adiposera

E. Perubahan pada tubuh setelah kematian

Perubahan pada tubuh mayat adalah dengan melihat tanda kematian pada tubuh tersebut.
Perubahan dapat terjadi dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya:

1. Kerja jantung dan peredaran darah terhenti,


2. Pernapasan berhenti,

3. Refleks cahaya dan kornea mata hilang,

4. Kulit pucat,

5. Terjadi relaksasi otot.

F. Tindakan Perawat Dalam Menangani Jenazah

Dalam menangani jenazah perawat harus melakukannya dengan hormat dan sebaik-
baiknya. Rasa hormat ini dapat dijadikan prinsip, dengan kata lain, seseorang telah
diperlakukan secara manusiawi dan sama seperti orang lain. Seorang perawat harus
memperlakukan tubuh jenazah dengan hormat. Sebelum kematian terjadi, anggota tubuh
harus diikat dan kepala dinaikkan ke atas bantal. Tubuh harus dibersihkan dengan
membasuhnya dengan air hangat secara perlahan. Segala sesuatu yang keluar dari tubuh
pasien harus dicuci dan dibersihkan rawatan posmortem,

Perawatan tubuh setelah kematian disebut perawatan postmortem. Hal ini dapat menjadi
tanggung jawab perawat. Perawat akan lebih mudah melakukannya apabila bekerja sama
dengan staf kesehatan lainnya. Adapun hal yang harus diperhatikan :

1. Perlakukan tubuh dengan rasa hormat yang sama perawat lakukan terhadap orang yang
masih hidup.

2. Beberapa fasilitas memilih untuk meninggalkan pasien sendiri sampai petugas kamar
jenazah tiba.

3. Periksa prosedur manual rumah sakit sebelum melanjutkan perawatan postmortem.


SOAP PERAWATAN PASIEN MENINGGAL DUNIA

PENGERTIAN : Suatu tindakan yang harus diambil oleh perawat jika mendapati pasien yang
telah meninggal dunia.

TUJUAN : Supaya jenazah dalam keadaan bersih dan rapi 2. Memberi kesan yang baik
kepada keluarga

KEBIJAKAN : Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kelet Provinsi Jawa Tengah
Nomor : 001 Tahun 2018 Tentang Kebijakan Pelayanan Rumah Sakit.

PROSEDUR :

1. Pasien dinyatakan meninggal oleh dokter

2. Siapkan surat kematian.

3. Melapor kepada Kasubag Umum dan Kepegawaian baahwa ada pasien meninggal dunia

4. Perawat memakai APD Level 3

5. Lepas peralatan yang terpasang di pasien

6. Lepaskan semua perhiasan yang ada pada jenazah dan di masukkan kedalam kantong
plastic, kemudian diserahkan kepada keluarganya.

7. Ikat rahang dengan kassa agar mulut pasien tidak terbuka

8. Rapatkan kedua kaki dan tangan pasien dengan kain kassa.

9. Tutup Jenazah dengan kain ( selimut / sprei )

10. Menunggu tim pamulasaraan jenasah untuk melanjutkan proses selanjutnya

11. Berkas RM masukkan plastik kuning, serahkan ke RM setelah 5 hari paska kematian

12. Jika tim pamulasaraan jenasah datang, satu perawat dahlia membantu tim.

13. Pasien dibawa tim pamulasaraan jenasah ke pemakaman

14. perawat merapikan ruang dan peralatan


15. perawat menuju ruang pelepasan APD, masuk camber untuk disinfektan bersama APD

16. perawat melakukan pelepasan APD sesuai prosedur

UNIT TERKAIT :

1. IRNA

2. IGD

3. ICU

4. Pemulasaraan Jenazah
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari perawatan jenazah yaitu :

1. Perawatan jenazah dilakukan untuk membersihkan pasien yang baru meninggal serta
memberikan penghormatan terakhir kepada pasien selama dirawat di rumah sakit.

2. Jenazah yang belum langsung dikuburkan akan diawetkan dengan pemberian bahan kimia
tertentu untuk menghambat terjadinya pembusukan serta menjaga penampilan jenazah
supaya tetap mirip dengan kondisi sewaktu hidup. Pengawetan jenazah dapat dilakukan
pada jenazah yang dalam beberapa hari tidak dikubur.

3. Dalam perawatan jenazah tidak boleh diotopsi. Dalam hal tertentu otopsi dapat dilakukan
setelah mendapat persetujuan dari pimpinan rumah sakit serta keluarga yang bersangkutan
dan dilaksanakan oleh petugas yang mahir dalam hal tersebut.

B. Saran

1. Lakukan perawatan jenazah sesuai dengan standar protokol.

2. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca
yang membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://seputarkuliahkesehatan.blogspot.com/2018/03/makalah-perawatan-jenazah.html

https://dediirawandi.files.wordpress.com/2014/08/sop-perawatan-jenazah.pdf

Anda mungkin juga menyukai