Anda di halaman 1dari 28

MENOLONG

KELAHIRAN
 Partus (kelahiran) adalah proses fisiologik yang berhubungan dengan
pengeluaran fetus dan plasenta melalui saluran reproduksi. 
 Ketika proses kelahiran, hormon progesteron akan rendah, hormon
estrogen meningkat, hormon oksitosin dan prostaglandin juga
meningkat.
 Peningkatan prostaglandin menyebabkan lysisnya corpus luteum
sehingga kadar progesteron rendah. 
 Rendahnya hormon progesteron dan meningkatnya hormon estrogen
pada saat menjelang kelahiran akan mengakibatkan terjadinya kontraksi
myometrium yang membantu proses kelahiran.
 Peningkatan oksitosin menyebabkan uterus lebih sensitif  terhadap
estrogen yang mengakibatkan meningkatnya kontraksi myometrium.
  Penanganan yang tepat pada saat partus dan post partus
pada induk sangat berpengaruh terhadap
keberlangsungan proses reproduksi ternak selanjutnya
atau kebuntingan berikutnya. 
 Kerusakan alat reproduksi sangat rentan pada saat proses
kelahiran dan pada awal setelah melahirkan. 
 Ternak pada saat partus  dan post partus harus diamati
apakah terjadi masalah dalam saluran reproduksi. 
Tanda-tanda ternak akan melahirkan:

 Gelisah
 Keluar lendir
 Bila puting dipencet akan keluar colostrum
 Suka menyendiri
Letak Fetus pada waktu
Melahirkan
Pada semua jenis ternak dikenal ada dua macam
letak fetus dalam kandungan:
 letak Muka (Anterior) dan
 letak sungsang (Posterior).
 Letak muka adalah anak dalam kandungan menghadap
ke vulva induknya, sehingga kalau seseorang
menolong kelahiran ternak maka ia akan berhadapan
dengan bagian muka dari anak ternak tersebut.
Sedangkan kedua kaki depan dan kepala anak masuk
kedalam ruang pelvis dengan bagian punggung
menghadap kearah punggung induknya.
 Letak sungsang adalah letak anak di dalam kandungan
dimana kedua kaki belakang dan ekor masuk kedalam
ruang pelvis dengan punggung anak menghadap
kearah punggung induk.
 Distokia adalah kesulitan pada waktu melahirkan
 Etokia adalah kelahiran mudah tanpa campurtangan manusia.
 Perejanan (labor) adalah kontraksi urat daging uterus, urat daging perut
dan diafragma secara bersama-sama dan spontan.
 Terkadang sering juga ditemukan fetus yang melintang dalam kandungan
dan hal ini harus dibantu memperbaiki posisinya, kalau tidak fetus tidak
akan keluar dari uterus dan ini berbahaya bagi fetus dan induknya. Kita
dapat memperbaiki posisinya dengan cara memasukkan tangan secara
intra vulva dengan cara kepala menghadap ke vulva serta kaki depannya.
setelah itu bantu menariknya keluar dengan perhitungan tarik bersama-
sama saat sapi merejan, dan terus lakukan sampai fetus keluar,
 Ingat dan perlu diperhatikan, fetus ditarik hanya saaat sapi mengejan. 
Tahap - Tahap Kelahiran
 Tahap permulaan atau persiapan
 Tahap pengeluaran fetus dan plasenta atau disebut tahap
perejanan (labor) yang dibagi 3 yaitu:
          - Tahap persiapan perejanan
          - Tahap Perejanan kuat untuk mengeluarkan fetus
          - Tahap perejanan untuk mengeluarkan plasenta

 Pada kelahiran normal pada umumnya tahap permulaan


berlangsung lebih lama dari pada tahap perejanan.
Tahap Permulaan atau
Persiapan
 Banyak teori yang menerangkan bagaimana kelahiran seekor
anak/fetus dimulai:
 Adanya faktor mekanik berupa pembesaran fetus dalam kandungan ,
yaitu adanya desakan keluar yang berasal dari pertambahan besarnya
fetus terhadap dinding uterus, karena semakin tua umur kandungan
maka semakin besar pula volume fetus didalam kandungan. Hal ini
berhubungan dengan kenyataan bahwa kebuntingan kembar pada
species Monotocous pada umumnya mengalami proses kelahiran
lebih awal. Tetapi pada species polytocous tidak terjadi perlambatan
atau perawalan kelahiran, datangnya kelahiran tetap seperti biasa.
 Faktor hormonal: Progesteron, Estrogen dan Oxytocin.
 Hampir semua jenis hewan mamalia progesteron merupakan
hormon yang menjaga dan merawat kandungan, yaitu dengan
mencegah terjadinya kontraksi urat daging uterus sehingga uterus
menjadi tenang. Hal ini terjadi saat dimulainya CL.
 Oxytocin dihasilkan oleh hipofisa posterior induk hewan dan
merupakan hormon yang memegang peranan yang sangat penting
dalam merangsang uterus untuk berkontraksi.
 Jika progesteron dihilangkan dari peredaran darah misalkan dengan
jalan membuang CL maka proses kebuntingan akan terganggu dan
terjadilah abortus. Pada waktu plasenta telah terbentuk maka
terbentuk pula sumber-sumber Progesteron dan Estrogen.
 Pertambahan estrogen dalam darah mempunyai korelasi yang
erat dengan pertambahan berat plasenta yaitu semakin berat
plasenta dalam uterus maka semakin tinggi kadar estrogen
dalam darah, sejak kebuntingan belum terjadi maka estrogen
telah mengambil peranan dalam merangsang Uterus untuk
berkontraksi yang diperlukan untuk membawa semen yang
dideposisikan dalam serviks ke tempat fertilasi. Setelah
kebuntingan terjadi maka estrogen merangsang Uterus untuk
berkontraksi baik sendiri maupun bersama-sama dengan
oxytocin.
a. Tahap Persiapan Perejanan

 Intensitas kontraksi dari Muskuler Uterus, karena kontraksi


dimulai dari ujung uterus maka isi kandungan terdesak kearah
serviks yang dapat mengakibatkan cairan Allantois dan
Amnion beserta membrannya masuk kedalam Lumen Serviks.
Serviks yang telah merileks akan mengakibatkan kontraksi
semakin sering dan semakin kuat. Kontraksi terjadi setiap 3
menit sekali dan lamanya sampai 20 - 40 detik.
 Pada sapi tahap persiapan ini berlangsung antara 0.5 jam
sampai 24 jam. Akhir dari tahapan ini adalah serviks dan
vagina terbuka luas, dan hal ini membuat saluran yang tidak
jelas batasannya.
 Dari luar akan terlihat pembengkakan membran allantois
yang kemudian akan pecah dan mengeluarkan cairan.
 Sementara kantong amnion yang berisi fetus telah masuk ke
dalam pelvis dan menyembul sedikit dari celah vulva.
 Jika kontraksi terus berjalan maka kepala dan kedua kaki
depan akan menuju pelvis dan terjadilah rangsangan kepusat
dan sumsum tulang punggung yang diteruskan ke urat
daging perut dan diafragma.
 Dan apabila terjadi kontraksi maka tahap persiapan selesai
dan proses kelahiran masuk ke tahap pengeluaran fetus.
b. Tahap Pengeluaran Fetus
 Pada tahap ini berlangsung sangat singkat.
 Jika kontraksi berlangsung terus maka kantong Amnion masuk kedalam ruang
pelvis beserta fetus yang ada didalamnya. Jika kantong amnion masuk
kedalam ruang pelvis beserta fetus yang ada didalamnya.
 Jika kantong Amnion masuk kedalam ruang pelvis maka kantong Allantois
terdesak keluar dan pecah, kantong Amnion menyembul keluar.
 Kantong Amnion umumnya berwarna abu-abu dan mengkilat, lebih tebal dan
lebih kuat dari kantong Allantois. Oleh sebab itu tidak mudah pecah.
 Besarnya kantong Amnion yang keluar dari mulut vulva pada ternak
ruminansia (sapi) mencapai sebesar tinju sampai sebesar kelapa yang
bergantung beberapa lama sampai perejanan kuat terjadi.
 Jika fetus masuk ke dalam ruang pelvis maka fetus merupakan
benda yang menyebabkan kerenggangan pada ruang pelvis
maupun jalan kelahiran. Yang dimaksud dengan jalan kelahiran
adalah serviks, vagina, vulva yang telah bersatu tidak jelas lagi
batasannya, rangsangan yang diterima ruang pelvis dan jalan
kelahiran ini diteruskan ke otak dan timbullah perejanan yang
lebih kuat yang menimbulkan gertakan dari otak ke urat daging
uterus, urat daging diafragma dan urat daging perut. Dengan
perejanan yang terus-menerus dan kuat maka fetus yang ada di
jalan keluar akan terdorong kuat untuk keluar.
 Mula-mula kantong amnion pecah dan cairannya
mempermudah fetus untuk meluncur dalam jalan kelahiran
yang sangat sempit.
 Dengan perejanan yang kuat dan lama (80 - 100 detik) maka
kepala fetus yang merupakan bagian terbesar dan tersulit
untuk melalui jalan kelahiran sedikit demi sedikit bergerak
terus menuju vagina dan vulva.
 Jika kepala telah melalui jalan kelahiran lewat vagina maka
seluruh badan fetus dengan mudah keluar.
 Cairan amnion sangat berguna dalam melicinkan jalan
kelahiran yang sangat sempit, sampai fetus telah lahir
seringkali sisa-sisa cairan amnion masih ada dan mengalir
keluar yang menggantung di ujung bagian kantong amnion,
kantong allantois dan tali pusar.
 Induk pada umumnya jika telah merasakan adanya perejanan
akan berbaring dan hal ini sangat baik sekali bagi fetus yang
akan dilahirkan karena tidak perlu jatuh dari suatu ketinggian,
walaupun terkadang ada induk yang partus berdiri.
 Biasanya induk setelah melahirkan akan menjilati anaknya
membersihkan dari sisa-sisa cairan amnion.
 Kita jika melihat fetus baru lahir kita harus memberikan
pertolongan pertama dengan membersihkan mukanya dari
cairan plasenta dan jangan lupa membersihkan lubang
hidungnya agar bisa bernafas dengan teratur.
 Jika kita melihat tali pusarnya tidak perlu untuk kita
memotongnya karena akan putus sendiri, setelah putus maka
Arteri, vena dan urachus tertarik kedalam ruang abdomen dan
pendarahan terhenti.
c. Tahapan Pengeluaran
Plasenta
 Beberapa saat sebelum fetus lahir (tahap permulaan), maka jaringan-
jaringan plasenta fetus akan mengalami degenerasi yang berjalan
terus sambil uterus berkontraksi selama tahap permulaan.
 Setelah fetus lahir dan tali pusar terputus. maka volume darah dalam
jaringan-jaringan turun dengan cepat sehingga menjadi menyusut
dan mengkerut. Setelah fetus lahir Uterus masih terus berkontraksi
untuk melepaskan plasentanya dari endometrium, disamping itu
volume uterus berangsur-angsur menjadi kecil.
 Hormon yang ikut berperan dalam mengeluarkan  plasenta ini
adalah Estrogen dan Oxytocin.
 Oxytocin selain membantu turunnya susu dari Alveoli ke dalam
saluran susu juga membantu pengeluaran plasenta dari uterus.
 Waktu yang diperlukan mengeluarkan plasenta dari berbagai
jenis ternak tersebut berbeda-beda. Jika ternak sering dilakukan
exercise akan mudah untuk mengeluarkan plasentanya.
 Perlu diperhatikan, jika plasentanya sudah keluar harus
cepat diambil karena ternak bisa kembali memakannya
kembali, dan hal ini tentunya tidak bagus untuk
kesehatan ternak tersebut.
 Ternak yang sering memakan kembali plasentanya adalah
sapi, kerbau, kambing, domba, babi, anjing, kucing.
 Setelah melahirkan akan keluar lochea atau leleran dari
saluran reproduksi, keluarnya lochea merupakan hal yang
normal setelah ternak melahirkan.
 Penting diperhatikan selama proses kelahiran agar
mengeliminir bakteri yang masuk ke saluran reproduksi,
memastikan mukosa uterus kembali normal untuk menerima
implantasi embrio, dan siklus ovarium kembali normal. 
 Penanganan kelahiran perlu perlakuan yang lege artis agar
tidak terjadi kerusakan atau tidak terjadi gangguan
reproduksi. 
 Sering terjadi gangguan reproduksi terutama kasus
endometritis.   Oleh karena itu penanganan yang baik pada
saat proses partus dan post partus sangat menentukan untuk
tidak terjadi gangguan reproduksi pada induk ternak.
 Setelah melahirkan harus dilakukan managemen pengendalian reproduksi post
partus yaitu mengecek selama 14 hari setelah melahirkan dan setelah 14 hari
melahirkan baik kelahiran normal maupun kesulitan melahirkan (distokia). 
 Pengecekan dilakukan apakah ada leleran yang abnormal, sikus estrus tidak
teratur, tidak menunjukkan estrus setelah 50 hari melahirkan (Anestrus),
dikawinkan sebanyak tiga kali tidak terjadi kebuntingan dan dilakukan
pemeriksaan kebuntingan setelah 2 bulan dikawinkan. Hal ini dilakukan untuk
menghindari terjadi peradangan uterus. 
 Peradangan uterus post partus diantaranya adalah acute endometritis, cronic
endometritis dan piometra.  Faktor predisposisi endometritis adalah distokia,
retensio secundinae, kelahiran kembar dan induksi, kembalinya aktifitas
ovarium, situasi yang memungkinkan bakteri masuk dan penyakit
metabolisme.
Waktu Mengawinkan Ternak
Ruminansia Post Partus
 Setelah melahirkan ada proses involusi uteri atau kembali
normalnya ukuran uterus ke ukuran sebelum bunting.
 Saat involusi uteri terjadi proses regenerasi epitel endometrium,
pengecilan serat urat otot myometrium, pengecilan pembuluh-
pembuluh darah uterus. 
 Kecepatan involusi uteri tergantung pada kontraksi myometrium,
pengeluaran infeksi bakteri dan regenerasi endometrium.
 Setelah involusi uteri terjadi birahi pertama, birahi pertama tidak
dilakukan perkawinan, hal ini bertujuan agar uterus lebih siap
untuk melakukan proses reproduksi.
 Kemudian setelah siklus birahi kedua, ternak sudah dapat
dilakukan perkawinan. 
 Tujuan dikawinkan pada siklus birahi ke dua selain kesiapan
saluran reproduksi juga untuk memperpendek calving
interval agar tidak terjadi kerugian ekonomi yang ditimbulkan
baik biaya pemeliharaan maupun biaya tenaga kerja akibat terlalu
lama  dikawinkan kembali setelah melahirkan.
Kerugian Akibat Gangguan
Reproduksi
 Banyak kerugian akibat dari gangguan reproduksi
 Kerugian akibat gangguan reproduksi post partus:
- jarak kelahiran akan lebih panjang,
 kerugian ekonomi karena tidak  menghasilkan pedet dan
susu pada kambing perah dan sapi perah,
 akibat jangka panjang: peningkatan populasi terhambat
dan biaya pemeliharaan yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai