Anda di halaman 1dari 16

SKRIPSI

KERJASAMA INDONESIA DAN FILIPINA DALAM PENANGANAN PENYANDERAAN OLEH KELOMPOK


TERORIS ABU SAYYAF

Oleh :
NAMA : ANTONIUS KOTANON
NIM : 20170311054048
JURUSAN : ILMU POLITIK
PRODI : HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU POLITIK

PROGAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2022
BAB I BAB II
. BAB III BAB IV
PENDAHULUA GAMBARAN
PEMBAHASAN PENUTUP
N UMUM

kelompok terorisme Upaya Pemerintah


Latar belakang
di Filipina Indonesia dalam Kesimpulan
masalah
Menangani Kasus
Penyanderaan WNI
oleh Kelompok
Rumusan Teroris Abu Sayyaf Saran
masalah
Kelompok teroris abu
sayyaf
Tujuan dan Kerjasama
manfaat Pertahanan dan
Kasus Penyanderaan Keamanan Indonesia
Warga Negara - Filipina dalam
Teori dan Indonesia oleh Penanganan
konsep Kelompok Teroris Terorisme di wilayah
Abu Sayyaf di Perbatasan Kerjasama
Wilayah Perbatasan pertahanan
Indonesia dan Indonesia dan
Hipotesis Filipina Filipina dalam ruang
lingkup
Upaya kerjasama pertahanan Indonesia dan MOU(Memorandum
Filipina untuk mengatasi tindakan terorisme of Understanding)
BAB I
.
Latar belakang PENDAHULIAN
masalah

Terorisme merupakan sebuah kekerasan atau ancaman


yang menimbulkan terror serta menimbulkan rasa takut
terhadap masyarakat.salah satunya Abu sayyaf yang
merupakan kelompok teroris namun berbahaya,
kelompok tersebut bertempat di filipina selatan, adapun
Abu sayyaf sering melakukan pembajakan, penculikan,
dan penyanderaan untuk mendapatkan uang demi
memperkuat alutsista mereka dan kebutuhan hidup
mereka , namun tujuan utama mereka yaitu ingin
mendirikan negara sendiri di filipina selatan
dikarenakan bangsa moro yang mayoritas muslim di
filipina selatan selalu mendapatkan diskriminasi dari
pemerintah filipina, yaitu kurangnya perhatian
pemerintah terhadap pendidikan ,ekonomi, dan politik.
.
Rumusan masalah

1.Bagaimana dampak penyanderaan oleh kelompok


teroris Abu Sayyaf di wilayah perbatasan Indonesia
dan Filipina?
2.Mengapa Indonesia dan Filipina perlu melakukan
kerjasama pertahanan keamanan guna menghadapi
terorisme di wilayah perbatasan?
.
Tujuan dan Manfaat

Adapun manfaat penulisan


ini menjadi panduan dan
sebagai bahan pustaka
bagi semua kalangan agar
Tujuan penulisan ini dapat melihat bawah kasus
mengenenai kerjasama terorisme yang terjadi di
Indonesia dan Filipina Filipina selatan memiliki
yang merupakan dampak kekerasan bagi
hubungan bilateral yang masyarakat Indonesia dan
baik di bidang masyarakat intrnasional
pertahanan dan
keamanan dalam
penanganan teroris Abu
sayyaf
.
Teori dan Konsep

1. Teori kerjasama internasional

2. Konsep Diplomasi pertahanan

3. Konsep terorisme
. BAB II
GAMBARAN UMUM
Kelompok terorisme
di Filipina

1. Munculnya kelompok teroris di Filipina


Awal mula munculnya terorisme di filipina yaitu adanya faktor kristenisasi atau
memaksa agama lain untuk memeluk agama kristen khususnya diFilipina
selatan yang dilakukan pada masa penjajahan Spanyol di Filipina pada tahun
1898filipina selatan sendiri di duduki oleh bangsa moro yang mayoritas
beragama muslim, adapun darah filipina selatan merupakan daerah termiskin di
Filipina dengan indikator kesehatan dan pendidikan paling rendah seinggah
muncul adanya ketidakpuasan terhadap pemerintah filipina yang membuat
munculnya perlawanan seingga dibentuknya MILF (Moro Islamic Liberation
Front Moro) untuk memperjuangkan hak hak bangsa moro di filipina selatan
namun belum adanya perhatian pemerintah filipina maka dibentuklah
organisasi separatis Moro National Liberation Front (MNLF) yang dibentuk
pada tahun 1972 MNLF sendiri merupakan kelompok pecahan dari Gerakan
Kemerdekaan Muslim namun kelompok tersebut bubar dan membentuk
kelompok teroris yang bernama Abu sayyaf yang didirikan pada tahun 1993
•.
2. Dampak teroris bagi masyarakat Filipina
Terorisme yang terjadi difilipina khususnya filipina selatan merupakan akibat
dari adanya konflik Moro yang merupakan sebuah pemberontakan di wilayah
Mindanao di Filipina selatan, adapun dampak korban terorisme dari tahun 2010
sampai dengan 2011 memiliki peningkatan sangat tinggi. Berikut ini daftar
insiden oleh kelompok teroris khusunya di filipina selatan
Pada tahun 2010 tercatat sebanyak 205 insiden terorisme
Pada tahun 2011 sebanyak 149 insiden
Pada tahun 2012 ada sejumlah 247 insiden
Pada tahun 2013 insiden naik menjadi 651 insiden
Pada tahun 2014 sebanyak 597 insiden
Kemudian angka insiden paling tertinggi ada pada tahun 2015 dengan 717
insiden
Dan pada tahun 2016 insiden terorisme turun menjadi sejumlah 633 kejadian
Dari insiden tersebut kelompok-kelompok teroris yang ada difilipina menjadi
salah satu pelaku utama dalam menjalankan tindak kejatan tersebut. Di Filipina
selatan sering kali di hadapkan dengan kelompok teroris basis pemberontakan
bagi dua organisasi Islam radikal yaitu MILF dan Abu Sayyaf yang sering kali
beroperasi di Filipina selatan di karenakan ketidakpuasan terhadap pemerintaan
Filipina yang pro amerika dan banyak nya tindakan korupsi di Filipina.
. Kelompok teroris
abu sayyaf

Kelompok abu sayyaf merupakan kelompok teroris yang


beroperasi di wilayah laut sulu dan bermarkas di sekitar Filipina
Selatan. abu sayyaf merupakan kelompok kecil yang merupakan
pecahan dari kelompok MILF(Moro National Liberation Front).
Menurut salah satu anggota pemimpin abu sayyaf yaitu
Khadaffy janjalani ,Abu sayyaf sendiri memiliki nama lain yaitu
Al-Harakatul Islamiyyah lahir pada tahun 1993 saat mereka
memutuskan untuk menjadi satu kelompok Mujahidin baru di
luar Moro National Liberation Front (MNLF). Kelompok Abu
sayyaf telah melakukan banyak penculikan dan penyanderaan
warga negara asing dan turis –turis begitu pula warga sipil
setempat yang juga menjadi korban tindak kejahatan Abu sayyaf
adapun tujuan kelompok Abu sayyaf dalam melakukan
penculikan dan penyanderaan yaitu untuk mendapatkan tebusan
uang dari negara yang warga sipilnya di sandera demi
memperkuat alutsista dan kelangsungan hidup kelompok
tersebut.
. Kasus Penyanderaan Warga Negara Indonesia oleh Kelompok Teroris Abu
Sayyaf di Wilayah Perbatasan Indonesia dan Filipina

Wilayah filipina selatan di pulau sulu berbatasan langsung dengan laut sulawesi
Indonesia maka sering terjadi pembajakan, penculikan dan penyanderaan Abu sayyaf
terhadap warga Indonesia. Berikut ini daftar penculikan pambjakan WNI.
 Pada tahun 2002 penculikan WNI dengan membawa kapal Lebroy 179 berbendera
Indonesia sedang berlayar dari Indonesia ke Kota Cebu dengan membawa 4 anak
buah kapal dibajak oleh abu sayyaf
 Pada Desember 2004, 9 WNI yang menjadi awak kapal tunda Christian, diculik di
Laut Sulu.
 Pada 24 Maret 2016, 10 ABK kapal tunda Brahma 12 dibajak di Laut Sulu
 Pada 15 April 2016, 4 awak kapal tunda Henry dan tongkang Christy disergap dan
disandera ketika berlayar pulang dari San Fernando, Cebu, menuju Tarakan
 Pada 20 Juni 2016, 7 WNI yang bekerja sebagai awak kapal tunda Charles 001
dibajak dan disandera oleh kelompok Abu Sayyaf dan sempalannya, secara terpisah,
yakni Kelompok Al-Habsyi.
 Kemudian pada 24 Juni 2016, 7 ABK kapal tunda Charles 001 diserang dan
disandera saat berlayar melintasi perairan antara Pulau Sulu dan Pulau Basilan
•. BAB III
Upaya Pemerintah
Indonesia dalam PEMBAHASAN
Menangani Kasus
Penyanderaan WNI
oleh Kelompok
Teroris Abu Sayyaf

Abu sayyaf telah melakukan pembajakan kapal, penculikan, dan penyanderaan


warga Indonesia sejak tahun 2002 sampai dengan 2016 , adapun wilayah operasi
Abu sayyaf yaitu laut sabah malaysia, laut sulu yang berbatasan langsung dengan
laut sulawesi Indonesia, dari dampak pembajakan, penyanderaan dan penculikan
yang dilakukan oleh Abu sayyaf kepada warga negara Indonesia, maka indoensia
mejalin kerjasama tidak hanya dengan Filipina namun malaysia juga turut dalam
lingkup kerjasama trilateral, adapun pertemuan trilateral mengenai Joint
Declaration yang diadakan pada tanggal 5 Mei 2016 bertujuan untuk menyepakati
dalam melakukan patroli bersama diwilayah laut sulu untuk mencegah munculnya
tindak kejahatan berencana yang terjadi di lintas perbatasan Indonesia, Filipina
dan Malaysia.
.
termasuk aksi pembajakan kapal dan meningkatkan kordinasi dalam
memberikan bantuan cepat bagi warga dan kapal yang mengalami keadaan
bahaya, serta kerjasama pertukaran informasi dan intelejen seingga
memperkuat dan memastikan efektivitas kerja sama dalam keadaan darurat,
ancaman keamanan dan membentuk komunikasi saluran telepon antara ketiga
negara untuk meningkatkan penyatuan kekuatan pertahanan seandainya
ditemui keadaan darurat dan ancaman keamanan.
1. Upaya penyelamatan sandera warga Negara Indonesia
Tindak kejahatan kelompok Abu sayyaf telah menimbulkan banyak korban
warga negara Indonesia terutama para nelayan yang mengalami pembajakan.
Dari tindak kejahatan itu maka pemerintah indonesia mangambil upaya
penyelamatan para sandera yang di lakukan oleh Yayasan Sukma kepada
sejumlah tokoh masyarakat, LSM, lembaga kemanusian di daerah Sulu yang
memiliki ikatan komunikasi secara langsung oleh kelompok Abu Sayyaf,
adapun peluang indonesia dalam menyelamatkan para sandera sangat bagus
namun upaya hanya dilakukan dengan cara bernegosiasi dengan kelompok
Abu sayyaf dengan memberikan tebusan, adapun sala satu perusahan yang
siap membayar tebusan tersebut adalah PT Patria Maritime Line.
. Kerjasama Pertahanan dan Keamanan Indonesia -
Filipina dalam Penanganan Terorisme di wilayah
Perbatasan

Pertemuan yang ke 3 antara Indonesia dan Filipina yaitu Memorandum of


Understanding on the Eshtablishment of a Joint Commission for Bilateral
Cooporation (JCBC) yang didirikan pada tahun 1993 ini membahas tentang
mengatasi kegiatan kelompok teroris yang berada di wilayah perbatasan
Indonesia dan Filipina yang di adakan pada tahun 2005. adapu kerjasama berikut
yaitu kerjasama pertahanan Indoneia dan Filipina dalam menyepakati kerjasama
Memorandum of Understanding(MOU) yang bertujuan untuk memperkuat
kerjasama pertahanan antara kedua negara dalam hal memperkuat alutsista dan
pertukaran informasi intelejen terhadap dampak-dampak yang terjadi di
perbatasan Indonesia dan Filipina.
1. Kerjasama militer Indonesia dan Filipina
Kerjasama militer Indonesia dan Filipina di kenal dengan nama The Philippines
Indonesia Military Cooperation (Philindo MC) adapun kerjasama tersebut di
mulai pada tahun 1975 dalam bentuk Border Crossing Agreement dan bertujuan
untuk memperkuat kerjasama militer antara kedua negara dalam menangani
tindakan kejahatan terorisme yang terjadi di wilayah perbatasan Indonesia dan
Filipina.
. Kerjasama pertahanan Indonesia dan
Filipina dalam ruang lingkup
MOU(Memorandum of Understanding)

Kerjasama Indonesia dan Filipina melakukan perjanjian kerjasama dalam bidang


pertahan dan logistik yang ditandai dengan penandatangan perjanjian
Memorandum of Understanding (MoU) , adapun kerjasama ini sangat penting
terkait turut sertanya industri strategis Indonesia dalam hal ini PT Pindad (Persero)
dan industri pertahanan lainnya untuk pengadaan alutsista di Philipina dengan
mekanisme Government to Government (G to G) Hasil dari kerjasama tersebut
Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto juga beberapa waktu lalu telah
menawarkan Medium Tank Harimau yang merupakan produk PT Pindad (Persero)
Indonesia yang didukung oleh Kementerian Pertahanan RI yang di tawarkan
kepada Filipina di sela-sela pertemuan ASEAN Defence Ministers’ Meeting
(ADMM) Retreat and 6th ADMM Plus 2019 di Bangkok, Thailand dimana Dalam
hal ini Indonesia berperan lebih besar dalam memperkuat perdamaian dunia
khususnya di Asia tenggara, serta Indonesia dan Filipina juga menggunakan cara
soft power atau kemampuan sebagai bentuk kerjasama untuk menghadapi
radikalisme dengan cara memeberantas terorisme yang berada di ASIA dan Asia
tenggara khususnya di wilayah perbatasan Filipina dan Indonesia.
. Upaya kerjasama pertahanan Indonesia dan
Filipina untuk mengatasi tindakan terorisme

Kerjasama Indonesia dan Filipina dalam upaya


menanggapi tindakan terorisme di filipina yang ada di
perbatasan laut sulu dan sulawesi, upaya Indonesia
sendiri dalam menangani bahaya teroris juga tidak hanya
melalui kementrian pertahanan ada juga organisasi yang
berjuang menangani teroris seperti BNPT (Badan
Nasional Penanggulangan Terorisme). Adapun
peningkatan kerjasama pertahanan Indonesia berkembang
pada tanggal 23 Mei 2014 dengan mengadakan kembali
kerjasama untuk memerangi terorisme antara Badan
Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia
dan Dewan Anti Terorisme Republik Filipina, organisasi
tersebut dibuat untuk memerangi teroris dengan baik atau
bersifat komperhensif.
.

Anda mungkin juga menyukai