Anda di halaman 1dari 9

174

ABSTRAK
Tulisan ini ingin menguraikan tentang pemberdayaan Babinsa di tengah masyarakat dalam
mendeteksi, mengidentifikasi, dan mencegah aksi radikalisme yang tercermin dalam gerakan
terorisme, ekstrimisme, dan fundamentalisme. Babinsa sebagai ujung tombak TNI AD di tengah
masyarakat desa / kelurahan harus diberdayakan dari aspek personil, anggaran, sarana prasarana,
dan metode / piranti lunak. Hal ini penting dilakukan agar supaya Babinsa mampu melaksanakan
tugas pokok untuk mencegah aksi radikalisme sehingga membantu TNI AD dalam menjaga keutuhan
NKRI dari berbagai ancaman.

Kata kunci : Pemberdayaan, Babinsa, Radikalisme.

ABSTRACT

This paper wants to elaborate on the empowerment of rural NCO builder in the community in
detecting, identifying, and preventing radicalism reflected in the movement of terrorism, extremism
and fundamentalism. NCO village builder as the spearhead of the military in the middle of the village
should be empowered from the aspect of personnel, budget, facilities, and methods / software. This
is important in order to NCO village builder is able to perform basic tasks to prevent radicalism that
helps maintain the integrity of the military in Indonesia from various threats.

Keyword: Empowerment, non- commissioned officers village, Radicalism.

Pendahuluan dunia berupaya bahu membahu untuk mencegah


Dinamika keamanan global saat ini tengah dan menangkal aksi dan geraka terorisme yang
mengalami transformasi dari ancaman keamanan membahayakn keamanan negaranya masing-
tradisional menuju pada keamanan non tradisional masing.
yang tercermin dari munculnya berbagai aksi Di Indonesia, aksi radikalisme sebenarnya
radikalisme, ekstremisme, fundamentalisme yang sudah berlangsung sejak jaman perjuangan
dikenal dengan gerakan terorisme di berbagai kemerdekaan. Secara historis, aksi radikalisme
belahan dunia.1 telah muncul dan menguat sejak adanya gerakan
Maraknya aksi terorisme di berbagai DI/TII yang kemudian bermetamorfosa dalam
negara, khususnya yang saat ini terjadi di negara- berbagai pemikiran, aksi dan gerakan terorisme,
negara Eropa Barat, yang dibuktikan dengan seperti Jamaah Islamiyah (JI), Jamaah Anshorut
adanya serangan dan teror Paris dan Brussel, yang Tauhid (JAT), dan saat ini terpecah pada Majelis
disinyalir dilakukan oleh ISIS, telah menaikan Indonesia Barat (MIB) dan Majelis Indonesia
peringkat terorisme sebagai ancaman nomor Timur (MIT) pimpinan Santosa alias Abu Wardah
wahid di dunia. Ancaman terorisme, khususnya yang terpusat di Taman Jeka, Pegunungan Biru,
ISIS, menjadi skala prioritas untuk ditangani Poso, Sulawesi Tengah.
secara cepat, tepat dan integral. Setiap negara di Semua organisasi teroris yang ada
1 Agus Subagyo, Terorisme Global Abad 21, Bandung : Penerbit di Indonesia memiliki keterkaitan dengan
Alfabeta, 2015, hal. 12

Karya Vira Jati | Jurnal Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat | Edisi 01 (Mei 2016)
175

organisasi teroris dunia, seperti Al Qaeda dan nasional dan internasional. Aksi radikalisme dan
saat ini adalah ISIS. Sel-sel ISIS di Indonesia terorisme telah mengalami perubahan sasaran,
sangat banyak sekali dan bahkan mereka telah dimana jika dahulu banyak menyasar pada
mem-baiat sebagai pengikut dan pendukung sasaran simbol-simbol Barat, maka sekarang ini
ISIS di Asia Tenggara dan Indonesia2. Hal ini mengalami perluasan sasaran tidak hanya sasaran
terjadi karena mereka banyak yang merupakan Barat, namun telah meluas pada sasaran kepada
alumni dari ISIS atau paling tidak mereka telah Polisi, TNI maupun obyek nasional yang dianggap
mendapatkan pelatihan ISIS di Suriah dan Irak. oleh mereka berafilisi dengan kepentingan Barat.
Berdasarkan informasi dari BIN, sampai dengan Aksi dan gerakan radikalisme di tengah
tahun 2016 ini telah terdapat 800 orang berangkat masyarakat sangat cepat mengingat masyarakat
ke Suriah untuk melakukan peperangan maupun Indonesia memiliki budaya ketimuran yang
mendapatkan pelatihan perang, untuk kemudian santun dan ramah terhadap pendatang asing,
kembali ke Indonesia dalam rangka membangun kultur memandang semua orang baik, dan permisif
sel-sel ISIS di bumi pertiwi. terhadap hal-hal baru. Ditambah lagi dengan
Aksi dan gerakan sel-sel ISIS selalu kondisi sosial ekonomi masyarakat yang relatif
berada di bawah tanah alias klendestein yang miskin, banyak pengangguran dan kesulitan
bergerak di tengah masyarakat, khususnya di ekonomi dan ketimpangan sosial, sehingga aksi
desa maupun kelurahan. Mereka memanfaatkan radikalisme mudah masuk dan menyusup di hati
kelengahan masyarakat untuk melakukan sanubari masyarakat, dengan cara mengontrak
perekrutan, pelatihan maupun cuci otak atau rumah, melakukan kegiatan keagamaan sebagai
“brain washing” di tengah masyarakat sehingga kedok, dan melakukan pernikahan dengan
sulit untuk diidentifikasi dan dideteksi. Banyak penduduk setempat sebagai pelindung diri dan
sekali masyarakat yang kurang kuat iman dan membangun ikatan emosional kekerabatan.
pendiriannya kemudian terbawa dalam pengaruhi Dalam konteks inilah, peran Babinsa
dan doktrin radikalisme sehingga membahayakan (Bintara Pembina Desa) sebagai organisasi
masa depan bangsa karena rata-rata pihak yang teritorial TNI AD yang paling bawah, berada di
terkena korban rekrutan ISIS adalah anak muda, desa / kelurahan, menempati posisi yang sangat
kalangan pemuda, dan generasi muda yang strategis. Babinsa melaksanakan tugas dan fungsi
berumur antara 17 tahun sampai dengan 30 sebagai alat identifikasi, deteksi, dan cegah dini
tahun. terhadap berbagai aksi dan gerakan radikalisme
Target ISIS di Indonesia adalah ingin di tengah masyarakat. Babinsa dirancang oleh
mendirikan Negara Islam Indonesia Malaysia TNI AD sebagai “mata” dan “telinga” di tengah
dan mengganti ideologi negara Pancasila dengan masyarakat untuk menyerap, mengumpulkan,
ideologi radikal yang mereka yakini dan mereka mengolah, menganalisis, dan menyajikan
anut3. Data statistik menunjukkan bahwa aksi berbagai informasi, data dan fakta untuk bahan
serangan teror di Indonesia telah terjadi puluhan pertimbangan TNI AD dalam mengambil
kali dengan menyasar banyak sekali obyek vital kebijakan lebih lanjut.
Aksi dan gerakan radikalisme di tengah
2 Syarifudin Tippe & Agus Subagyo, Kapita Selekta Hubungan
Internasional, Bandung : Penerbit Alfabeta, 2016, hal. 29 masyarakat sebenarnya dapat dideteksi, dicegah
3 Ramses Salomoa, Kebijakan Indonesia Dalam Mencegah
Pergerakan ISIS, Tesis, Cimahi : MIP FISIP Unjani, 2015, hal. 58 dan ditangkal secara dini oleh Babinsa yang

Karya Vira Jati | Jurnal Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat | Edisi 01 (Mei 2016)
176

setiap harinya berada di tengah masyarakat4. bertugas di 1 desa / kelurahan sehingga dapat
Babinsa mengenal masyarakat karena berada optimal melaksanakan tugasnya di tengah
di tengah masyarakat dan membaur dalam masyarakat.
aktifitas masyarakat yang dengan mudah dan Babinsa merupakan ujung tombak bagi
cepat mendeteksi aksi perekrutan, cuci otak pelaksanaan tugas pokok TNI AD karena Babinsa
maupun pelatihan perang yang dilakukan oleh memiliki posisi strategis berada di tengah
ISIS maupun sel-sel nya di tengah masyarakat masyarakat dan sehari-hari bersama masyarakat.
Indonesia. Babinsa merupakan komponen yang Babinsa diarahkan untuk melakukan pembinaan
sangat strategis, berada di paling depan, dan terhadap desa/kelurahan, khususnya dalam
ujung tombak dalam identifikasi dini, deteksi menyelesaikan persoalan keamanan di setiap desa
dini, cegah dini, dan tangkal dini terhadap aksi / kelurahan. Babinsa diharapkan dapat melakukan
radikalisme di tengah masyarakat. deteksi dini, peringatan dini, cegah dini, dan
Namun demikian, Babinsa yang menempati tangkal dini terhadap berbagai permasalahan dan
posisi strategis tersebut mengalami banyak persoalan pertahanan keamanan yang terjadi di
sekali kendala, hambatan dan permasalahan, tengah masyarakat.
khususnya keterbatasan personil, anggaran, Babinsa merupakan aparat kewilayahan
sarana prasarana, dan piranti lunak / metode. TNI AD yang setiap hari bersentuhan dengan
Oleh karena itu, diperlukan pemberdayaan masyarakat, berinteraksi dengan semua
Babinsa agar lebih berdaya untuk mencegah aksi komponen masyarakat, dan berhubungan
radikalisme di setiap desa / kelurahan di seluruh dengan semua stakeholders di tengah masyarakat,
Indonesia. Babinsa harus terus diberi daya dan sehingga memiliki peran, posisi, dan signifikansi
diberdayakan baik kompetensi, kapabilitas dan yang sangat strategis bagi keberhasilan tugas TNI
kapasitasnya agar mampu melaksanakan tugas AD. Babinsa merupakan “mata” dan “telinga”
dan fungsinya di tengah masyarakat. bagi TNI AD dalam mencari, mengumpulkan,
mengolah dan menganalisis berbagai informasi,
Pembahasan. fakta, dan data yang terjadi di tengah masyarakat.
1. Babinsa : Ujung Tombak Deteksi Dini Babinsa bertugas untuk sarana
Dalam organisasi TNI AD, dikenal yang pengumpulan bahan dan keterangan (pulbaket)
namanya aparat komando territorial yang terdiri terhadap berbagai aspek ipoleksosbudhankam
dari Kodam, Korem, Kodim, Koramil, sampai yang berkembang di tengah masyarakat masing-
dengan Babinsa. Babinsa umumnya berada di masing, untuk kemudian dipilah, diolah,
wilayah desa / kelurahan5. Babinsa merupakan dianalisis, dan disajikan secara sistematis untuk
Bintara Pembina Desa yang kadangkala memang kemudian dilaporkan secara cepat kepada
1 Babinsa wilayah penugasannya ada di beberapa pimpinan sebagai bahan pengambilan keputusan
desa / kelurahan, karena keterbatasan kuantitas lebih lanjut. Dalam konteks pencegahan aksi
personil Babinsa. Idealnya memang 1 Babinsa radikalisme, Babinsa menempati posisi yang
sangat vital, untuk mendeteksi, mencegah, dan
4 Agus Subagyo, Bela Negara : Peluang Dan Tantangan Di Era
Globalisasi, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2015, hal. 31 menangkal berbagai kegiatan, aksi maupun
5 Suwarno Sutikno, Pemberdayaan Desa Dalam Perspektif
Babinsa, Yogyakarta : Tiara Wacana, 2011, hal. 10 gerakan radikalisme yang berbasis baik kepada

Karya Vira Jati | Jurnal Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat | Edisi 01 (Mei 2016)
177

radikalisme agama maupun radikalisme etnik6. yang dihadapi Babinsa, antara lain :
Babinsa dirancang untuk mensosialisasikan
dan menerapkan sistem keamanan lingkungan • Sumber Daya Manusia.
(siskamling), pos keamanan lingkungan Dari aspek kuantitas, jumlah Babinsa di
(poskamling), ronda keliling, dan sistem “tamu Indonesia memang relatif banyak yang tersebar di
wajib lapor” kepada ketua RT setempat bagi semua desa dan kelurahan di Indonesia. Namun
pendatang asing yang bertamu dan menginap demikian, dihadapkan pada luas wilayah dan
1 X 24 jam. kompleksitas topografi Indonesia, maka jumlah
Babinsa juga didesain menjadi ujung Babinsa yang dimiliki oleh TNI AD masih relatif
tombak dalam melakukan pendekatan dan sedikit. Sebagai gambaran, 1 Babinsa kadangkala
komunikasi kepada semua tokoh masyarakat, harus meng-cover 2 sampai 3 Desa / Kelurahan
tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh pemuda, sehingga membuat kinerja personil Babinsa
maupun berbagai pimpinan Ormas, LSM, dan menjadi kurang optimal. Ditambah lagi dengan
pondok pesantren yang ada di tengah masyarakat pluralitas permasalahan yang dihadapi di tengah
dalam rangka program deradikalisasi7. Babinsa masyarakat yang sangat majemuk, sehingga
yang ada di tengah masyarakat menjadi memengaruhi pelaksanaan tugas personel
sumber bertanya bagi masyarakat tentang Babinsa dalam mendeteksi aksi radikalisme.
aspek keamanan, pertahanan dan beragam Dari aspek kualitas, personel Babinsa masih
permasalahan kamtibmas di tengah masyarakat. menghadapi permasalahan kompetensi, yang
terlihat dari aspek pengetahuan (knowledge),
2. Permasalahan Yang Dihadapi Babinsa keterampilan (skills), dan sikap/perilaku
Babinsa yang tersebar di seluruh desa atau (attitudes). Ditinjau dari aspek pengetahuan,
kelurahan di Indonesia tentunya menghadapi tidak semua personel Babinsa memiliki tingkat
berbagai permasalahan dalam mendeteksi, pendidikan formal yang memadai, rata-rata
mencegah, menangkal, dan menangani aksi lulusan SMA/SMU, dan masih jarang yang
radikalisme di tengah masyarakat. Berikut ini tingkat pendidikannya strata 1 (S1). Ditinjau
akan diuraikan kendala / permasalahan apa saja dari aspek keterampilan / keahlian, belum semua
6 Herman Sasongko, Peran Babinsa Dalam Menanggulangi
personil Babinsa mampu menguasai kemampuan
Terorisme, Tesis, Bogor : Unhan, 2014, hal. 23 bahasa lokal dari tempat bertugasnya, masih
7 Suranto, Program Deradikalisasi Demi NKRI, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2013, hal. 71

Karya Vira Jati | Jurnal Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat | Edisi 01 (Mei 2016)
178

lemah penguasaan adat istiadat masyarakat masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, tokoh
dan masih kurang optimal dalam memahami pemuda, dan pemuka masyarakat lainnya. Semua
budaya, karakter masyarakat, dan kondisi sosial itu tentunya memerlukan anggaran untuk makan,
budaya masyarakat setempat. Ditinjau dari aspek bensin, pulsa, dan lain-lain.
mentalitas / sikap / perilaku, masih ada personil • Sarana Prasarana.
Babinsa yang kurang merakyat, kurang dikenal Sarana prasarana yang dimiliki oleh personil
masyarakat, dan kurang bersikap arogan alias Babinsa masih kurang lengkap untuk mendukung
mentang-mentang sebagai anggota TNI AD. pelaksanaan tugas pokok personil Babinsa dalam
Dari gambaran aspek kualitas personil Babinsa mendeteksi dan mencegah aksi radikalisme di
tersebut, dapat dinyatakan bahwa lemahnya tengah masyarakat. Sarana prasarana berupa
pengetahuan, kurangnya keterampilan, dan peralatan komunikasi, peralatan transportasi,
sikap / perilaku yang kurang mencerminkan fasilitas kantor Babinsa, dan peralatan
sapta marga dan sumpah prajurit, tentunya pendukung lainnya masih sangat minim sehingga
mempengaruhi pelaksanaan tugas personil berpengaruh terhadap kinerja personil Babinsa.
Babinsa dalam mendeteksi aksi radikalisme Sebagai gambaran, belum semua personil
di tengah masyarakat. Sebagian kecil personil Babinsa yang ditempatkan di desa atau
Babinsa menjadi kurang tanggap, kurang waspada, kelurahan, didukung dengan kendaraan
dan kurang membaur dengan masyarakat dalam bermotor roda 2, yang sebenarnya sangat penting
mendeteksi dan mencegah aksi radikalisme yang untuk mendukung mobilitas dan manuver
berada di tengah masyarakat. personil Babinsa dalam melakukan kunjungan,
• Anggaran. silaturahmi, dan safari ke ormas, LSM maupun
Alokasi anggaran untuk personil Babinsa berbagai organisasi keagamaan lainnya, termasuk
sampai dengan saat ini masih sangat minim pesantren, masjid, dan menghadiri pengajian
sebagai konsekuensi dari alokasi anggaran keagamaan lainnya, untuk mendeteksi benih-
pertahanan negara yang masih rendah, benih pemikiran radikalisme.
sehingga mempengaruhi alokasi anggaran Belum lagi dukungan peralatan komunikasi
untuk operasional Babinsa. Padahal, dukungan berupa HT atau HP yang sangat penting bagi
anggaran yang besar dan memadai merupakan personil Babinsa untuk melakukan komunikasi
salah satu syarat bagi keberhasilan pelaksanaan dan koordinasi, baik komunikasi kepada atasan
tugas pokok Babinsa dalam mendeteksi aksi maupun komunikasi kepada warga masyarakat.
radikalisme di tengah masyarakat. Belum semua personil Babinsa diberikan HP
Alokasi anggaran yang diperlukan untuk personil atau HT untuk mendukung tugasnya di tengah
Babinsa cukup besar, baik dukungan anggaran masyarakat, sehingga selama ini komunikasi
operasional dan anggaran rutin, khususnya uang menggunakan HP pribadi dengan uang pulsa
saku, uang transportasi, uang makan, dan uang secara pribadi. Padahal, peralatan komunikasi
komunikasi / koordinasi. Selama ini, personil sangat penting untuk mendukung tugas lapor
Babinsa dituntut untuk turun ke kampung- cepat dan temu cepat dalam rangka deteksi dini,
kampung atau dusun-dusun, sambang desa, cegah dini, dan tangkal dini.
sambung kampung, dan sambang dusun untuk • Metode.
bertemu dan bersilaturahmi dengan semua tokoh Pelaksanaan metode / sistem yang diterapkan oleh

Karya Vira Jati | Jurnal Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat | Edisi 01 (Mei 2016)
179

personil Babinsa masih kurang efektif dan efisien. desa / kelurahan di seluruh Indonesia. Diperlukan
Selama ini, belum semua masyarakat mengetahui penambahan jumlah Babinsa sehingga akan
siapa personil Babinsa yang ada di desa / memenuhi rasio ideal, yakni : 1 desa / kelurahan
kelurahannya masing-masing. Masyarakat desa : 1 Babinsa, sehingga akan dapat meningkatkan
/ kelurahan belum tahu siapa nama Babinsanya, kinerja Babinsa dalam mendeteksi dan mencegah
bertempat tinggal dimana, berapa nomor HP aksi radikalisme di tengah masyarakat.
nya, melalui cara apa bisa ditemui, dan untuk apa Ditinjau dari aspek kualitas personil,
saja menemui Babinsa. pemberdayaan Babinsa dapat dilakukan dengan
Artinya, sistem dan metode sosialisasi harus meningkatkan pengetahuan personil Babinsa,
dilakukan oleh Babinsa untuk memberikan seperti melakukan sosialisasi dan pelatihan
informasi kepada masyarakat tentang keberadaan Babinsa secara rutin oleh Dandim dan Danramil
Babinsa di desa / kelurahan, berikut manfaat, sehingga dapat meningkatkan pemahaman,
arti penting, dan nilai strategis Babinsa bagi pengetahuan, dan ilmu-ilmu yang berkaitan
keamanan lingkungannya masing-masing. Perlu dengan deteksi dini, cegah dini, komunikasi
ada mekanisme anev atau monev terhadap kinerja sosial, maupun pemahaman ajaran agama, aliran
personil Babinsa, berupa mekanisme pemberian kepercayaan, dan deradikalisasi.
buku saku, buku harian, log book, mekanisme Selain itu, diperlukan pemberdayaan Babinsa
pelaporan, evaluasi, dan pemberlakuan reward dari aspek keterampilan dan keahlian, baik
dan punishment secara transparan, profesional, keterampilan berbahasa lokal, bahasa daerah,
akuntabel, bersih dan jujur. pemahaman nilai-nilai kearifan lokal, adat
3. Pemberdayaan Babinsa istiadat, hukum adat, maupun dinamika sosial di
Mengingat begitu pentingnya posisi, tengah masyarakat tempat Babinsa ditugaskan.
signifikansi dan peran Babinsa dalam mencegah Harapannya, agar supaya Babinsa lebih cepat
aksi radikalisme di tengah masyarakat yang marak beradaptasi, fleksibel, dan akomodatif, maka
belakangan ini, khususnya dipicu oleh munculnya hendaknya penempatan personil Babinsa
gerakan ISIS8, maka diperlukan pemberdayaan menerapkan prinsip : “the local boy for the local
Babinsa untuk meningkatkan kapasitas, job”. Artinya, personil Babinsa yang ditugaskan di
kredibilitas, kapabilitas, dan kompetensi Babinsa desa / kelurahan seyogyanya berasal dari daerah
sehingga akan mencapai target kinerja maupun yang bersangkutan, sehingga dapat memudahkan
capaian kinerja sesuai dengan ketentuan yang komunikasi sosial dan memiliki ikatan psikologis
berlaku di lingkungan TNI AD. dengan masyarakat setempat.
Pemberdayaan Babinsa harus berpegang Ditambah lagi dengan pemberdayaan Babinsa
teguh pada aspek sumber daya organisasi, berupa terhadap aspek sikap / perilaku / moralitas /
aspek personil, anggaran, sarana prasarana, dan mentalitas, yang hendaknya selalu dijaga dan
metode, yang akan diuraikan sebagai berikut : dipelihara oleh setiap Babinsa9. Meskipun Babinsa
• Personil berada di tengah masyarakat setiap harinya,
Ditinjau dari aspek kuantitas personil, namun Babinsa adalah personil TNI AD yang
pemberdayaan Babinsa dapat dilakukan dengan harus tetap memegang teguh sapta marga dan
cara menambah jumlah personil Babinsa di setiap 9 Yoki Naura, Sistem dan Kebijakan Babinsa Di Era Reformasi,
8 Sumarjo Sukito, ISIS : Sejarah, Aksi dan Deradikalisasi, Tesis, Bogor : Unhan, 2014, hal. 28
Jurnal Jipolis FISIP Unjani, Vol VI, No. 2 Tahun 2015, hal. 9

Karya Vira Jati | Jurnal Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat | Edisi 01 (Mei 2016)
180

sumpah prajurit, menjaga sikap, perilaku, dan manuver dan mobilitas mendatangi tokoh agama
perbuatan yang profesional, transparan, terpuji maupun tokoh masyarakat lainnya. Peralatan
dan bermoral. Babinsa harus mampu menjadi komunikasi berupa HT maupun HP harus pula
teladan dan “role model” bagi masyarakat dimiliki oleh Babinsa dan penting dipenuhi oleh
sehingga masyarakat akan dengan senang dan TNI AD agar supaya Babinsa dapat melaporkan
nyaman untuk aktif dan interaktif melaporkan secara cepat setiap kejadian dan peristiwa yang
berbagai gejala radikalisme di wilayahnya terjadi di tengah masyarakat.
masing-masing. Peralatan kantor, berupa ATK, markas Babinsa di
• Anggaran desa / keluarahan dan segala kebutuhan logistik
Alokasi anggaran rutin dan anggaran operasional lainnya harus dimiliki oleh Babinsa. Selama ini,
untuk Babinsa harus ditingkatkan sebagai bagian Babinsa masih menumpang kantornya di balai
dari program pemberdayaan Babinsa untuk desa dan bersandar pada Kepala Desa. Babinsa
mendeteksi, mencegah dan menindak aksi harus dipenuhi peralatan, fasilitas, dan logistik
radikalisme di tengah masyarakat. Anggaran yang memadai sehingga akan mendukung kinerja
operasional dan anggaran rutin harus terpenuhi Babinsa dalam mendeteksi, mencegah, dan
dengan baik sehingga Babinsa memiliki kekuatan, menangkal aksi terorisme di tengah masyarakat.
kapasitas, dan mobilitas tinggi dalam mencegah • Metode
dan menangkal aksi radikalisme di setiap desa / Sistem dan metode kerja Babinsa di tengah
keluarahan. masyarakat merupakan sebuah keharusan agar
Sudah selayaknya dibuat kebijakan standar tentang supaya Babinsa melaksanakan tugas pokok
indeks uang makan, uang saku, uang komunikasi, secara benar, profesional dan modern10. Babinsa
dan uang transportasi guna mendukung Babinsa harus mampu diberikan pedoman, petunjuk dan
setiap harinya di tengah masyarakat. Babinsa arahan agar supaya bekerja secara maksimal dan
harus didukung dengan anggaran yang memadai, optimal di tengah masyarakat desa dan kelurahan.
sehingga mereka akan melakukan tugasnya Diperlukan rancangan sistem sosialisasi yang
dengan baik di tengah masyarakat. Babinsa bisa efektif kepada Babinsa agar supaya Babinsa
fokus bekerja dan melaksanakan tugas dengan mampu dikenal oleh setiap penduduk di desa
penuh tanggungjawab dan konsisten. Tanpa atau kelurahan.
adanya alokasi anggaran yang memadai maka Babinsa diwajibkan untuk membuat buku catatan
Babinsa tidak akan bekerja secara optimal di harian / buku saku yang berfungsi untuk mencatat
tengah masyarakat desa dan kelurahan. semua kegiatan setiap harinya, diwajibkan
• Sarana Prasarana menemui penduduk di setiap dusun / kampung
Sarana prasarana, logistik, dan peralatan setiap harinya, dan melakukan anjangsana
pendukung sangat penting bagi Babinsa untuk ke semua tokoh masyarakat dengan bukti
melaksanakan tugas pokok di tengah masyarakat buku catatan / buku saku yang ditandatangani
dalam mendeteksi aksi radikalisme. Babinsa oleh warga / penduduk yang ditemui dan
harus dilengkapi dengan peralatan transportasi dikunjunginya. Selain itu, diperlukan juga foto
berupa kendaraan bermotor roda dua untuk sebagai dokumentasi dan bukti kepada atasannya
melakukan sambang desa dan memudahkan / Danramilnya masing-masing.
10 Wiwin Aprianti, Babinsa : Masalah, Prospek dan Masa
Depan, Jurnal Wijaya Kusama, Vol. III, No. 1, Tahun 2012, hal. 2

Karya Vira Jati | Jurnal Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat | Edisi 01 (Mei 2016)
181

Babinsa didorong untuk melakukan sosialisasi / kelurahan sehingga mampu menangkal aksi
kepada masyarakat nya masing-masing untuk radikalisme.
lebih mengenal. Babinsa harus dikenal di Pemberdayaan Babinsa dalam mendeteksi,
tengah masyarakat dimana setiap warga desa mencegah, dan menangkal aksi radikalisme di
harus mengetahui keberadaan Babinsa, manfaat tengah masyarakat adalah sebuah keharusan
Babinsa, tugas Babinsa, dan tujuan Babinsa di dan keniscayaan. Babinsa harus diberdayakan
tengah masyarakat Desa. Babinsa dirancang baik dari aspek kuantitas dan kualitas personil,
untuk memberikan alamat, No HP dan bahkan peningkatan alokasi anggaran, pemenuhan
memiliki media sosial sebagai sarana untuk sarana prasarana, dan perbaikan piranti lunak /
sharing informasi, tukar pengalaman, pelaporan, metode. Babinsa harus mampu berdaya, memiliki
pengaduan, maupun berbagai kepentingan kompetensi, kapasitas, dan kapabilitas dalam
administrasi lainnya, khususnya sosialisasi kepada menghadapi berbagai ancaman, khususnya
masyarakat oleh Babinsa tentang pentingnya ancaman radikalisme di tengah masyarakat.
menjaga keamanan lingkungan dari ancaman
aksi radikalisme melalui siskamling, poskamling,
ronda keliling, dan kewaspadaan dini lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kesimpulan
Di era globalisasi, dinamika keamanan
Agus Subagyo, Bela Negara : Peluang Dan Tantangan Di Era
mengalami perubahan dari ancaman militer Globalisasi, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2015
menjadi ancaman non militer, dari ancaman Agus Subagyo, Terorisme Global Abad 21, Bandung :
keamanan tradisional menjadi ancaman Penerbit Alfabeta, 2015

keamanan non tradisional, dan dari classic security Herman Sasongko, Peran Babinsa Dalam Menanggulangi
Terorisme, Tesis, Bogor : Unhan, 2014
issues menjadi modern security issues. Ancaman
radikalisme, ekstremisme, dan fundamentalisme Ramses Salomoa, Kebijakan Indonesia Dalam Mencegah
Pergerakan ISIS, Tesis, Cimahi : MIP FISIP Unjani,
yang tercermin dalam ISIS dan sel-selnya di 2015
berbagai belahan dunia merupakan ancaman
Sumarjo Sukito, ISIS : Sejarah, Aksi dan Deradikalisasi,
nyata yang membahayakan kedaulatan negara Jurnal Jipolis FISIP Unjani, Vol VI, No. 2 Tahun 2015
dan keutuhan bangsa. Suranto, Program Deradikalisasi Demi NKRI, Yogyakarta :
Dalam mendeteksi, mencegah dan Pustaka Pelajar, 2013

menangkal aksi radikalisme di tengah masyarakat, Suwarno Sutikno, Pemberdayaan Desa Dalam Perspektif
Babinsa, Yogyakarta : Tiara Wacana, 2011
diperlukan Babinsa yang terdidik, terlatih dan
kompeten. Sebagai bagian dari organisasi TNI Syarifudin Tippe & Agus Subagyo, Kapita Selekta Hubungan
Internasional, Bandung : Penerbit Alfabeta, 2016
AD, Babinsa merupakan ujung tombak dalam
Wiwin Aprianti, Babinsa : Masalah, Prospek dan Masa
mencegah aksi, gerakan dan manuver radikalisme Depan, Jurnal Wijaya Kusama, Vol. III, No. 1, Tahun
di tengah masyarakat desa dan kelurahan. Babinsa 2012
yang tergelar di setiap desa dan kelurahan baik Yoki Naura, Sistem dan Kebijakan Babinsa Di Era Reformasi,
di kota maupun di desa dituntut untuk mampu Tesis, Bogor : Unhan, 2014

melakukan pulbaket dan belanja masalah di desa

Karya Vira Jati | Jurnal Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat | Edisi 01 (Mei 2016)
182

BIODATA PENULIS

Dr. Agus Subagyo, S.I.P., M.Si. lahir di Sukoharjo, 18 April 1978. Pria yang aktif sebagai
Dosen dan menulis sejumlah buku seperti buku Bela Negara; Peluang dan Tantangan Di Era
Globalisasi ini, memperoleh gelar Sarjana (S.I.P.) dalam Ilmu Hubungan Internasional di Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2000, kemudian meraih Gelar Magister (M.Si.) Program Studi
Ilmu Politik, Program Pascasarjana di Universitas Gadjah Mada pada tahun 2002, dan meraih Gelar
Doktor Ilmu Politik (Dr.) dari FISIPOL UGM pada tahun 2013.

Alumnus Universitas Gajah Mada tersebut pernah mengajar di sejumlah tempat seperti di
FISIP Universitas Langlang Buana (2007–2009); Dosen Non Organik di Sesko TNI (2004–2007);
Dosen Non Organik di Pusdikintel Polri (2008 – 2010); Dosen Non Organik di Seskoad (2003–
Sekarang); Unhan Jakarta (2011-Sekarang) dan Pascasarjana FISIP Unswagati Cirebon (2015).

Karya Vira Jati | Jurnal Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat | Edisi 01 (Mei 2016)

Anda mungkin juga menyukai