Kel.14
Kel.14
Kel.14
KELOMPOK 14
NAMA NPM
Intan S. Nainggolan 12114201200098
Frensca M Tita 12114201200076
Astry Patty 12114201190026
Febrianty C Tumansery 12114201200067
Wilma.Gaspersz 12114201190282
DEFINISI
Pada beberapa kasus Thalassemia dapat ditemukan gejala-gejala seperti: badan lemah, kulit kekuningan (jaundice),
urin gelap, cepat lelah,denyut jantung meningkat, tulang wajah abnormal dan pertumbuhan terhambat serta
permukaan perut yang membuncit dengan pembesaran hati dan limpa.
Pasien Thalassemia mayor umumnya menunjukkan gejalagejala fisik berupa hambatan pertumbuhan, anak menjadi
kurus, perut membuncit akibat hepatosplenomegali dengan wajah yang khas, frontal
bossing, mulut tongos (rodent like mouth), bibir agak tertarik, dan maloklusi gigi. Perubahan ini terjadi akibat
sumsum tulang yang terlalu aktif bekerja untuk menghasilkan sel darah merah, pada Thalassemia bisa menyebabkan
penebalan dan pembesaran tulang terutama tulang kepala dan wajah, selain itu anak akan mengalami pertumbuhan
yang terhambat. Akibat dari anemia kronis dan transfusi berulang, maka pasien akan mengalami kelebihan zat besi
yang
kemudian akan tertimbun di setiap organ, terutama otot jantung, hati, kelenjar pankreas, dan kelenjar pembentuk
hormon lainnya, yang dikemudian hari akan menimbulkan komplikasi. Perubahan tulang yang
paling sering terlihat terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah. Kepala pasien Thalassemia mayor menjadi
besar dengan penonjolan pada tulang frontal dan pelebaran diploe (spons tulang) tulang tengkorak
hingga beberapa kali lebih besar dari orang normal.
PATOFISIOLOGI
KOMPLIKASI
a. Komplikasi Jantung
Kerusakan jantung akibat terlalu banyak zat besi dapat
menyebabkan penurunan kekuatan pompa jantung, gagal jantung,
aritmia atau detak jantung yang tidak beraturan, dan terkumpulnya
cairan di jaringan jantung.
b. Komplikasi pada Tulang
Sumsum tulang akan berkembang dan memengaruhi tulang
akibat tubuh kekuerangan sel darah merah yang sehat.
c. Pembesaran Limpa (Splenomegali)
Pembesaran limpa terjadi karena limpa sulit untuk mendaur ulang
sel darah yang memiliki bentuk tidak normal dan berakibat kepada
meningkatnya jumlah darah yang ada di dalam limpa, membuat limpa
tumbuh lebih besar.
d. Komplikasi pada Hati
Kerusakan hati akibat terlalu banyak zat besi dapat menyebabkan
terjadinya beberapa hal, seperti fibrosis atau pembesaran hati, sirosis
hati atau penyakit degeneratif kronis di mana sel-sel hati normal
menjadi rusak, lalu digantikan oleh jaringan parut, serta hepatitis.
e. Komplikasi pada Kelenjar Hormon
Sistem hormon diatur oleh kelenjar pituitari yang sangat sensitif
terhadap zat besi. Para penderita thalassemia beta mayor, walaupun
telah melakukan terapi khelasi, dapat mengalami gangguan system horm on.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis untuk Thalassemia terdapat dua yaitu secara screening test dan definitive
test. Di daerah endemik, anemia hipokrom mikrositik perlu diragui sebagai gangguan
Thalassemia (Wiwanitkit, 2007).
a. Screening test
1) Interpretasi apusan darah
2) Pemeriksaan osmotic fragility (OF)
3) Indeks eritrosit
4) Model matematika
b. Definitive test
1) Elektroforesis hemoglobin
2) Kromatografi hemoglobin
3) Molecular diagnosis
Penatalaksanaan Medis
1. Tranfusi Darah
2. Terapi khelasi besi
3. Suplemen asam folat
4. HLA ( Human Leukocyte Antigens)
Analisa Kasus
Pada tanggal 8 Juli,pasien An.K dibawa ke RS.Ibu pasien mengatakan tahun
dan rutin menjalankan transfusi darah,serta pasien tidak nafsu makan dan
BBnya sulit naik.Pasien tampak pucat,konjutiva anemia,bibir pucat,
kurus,dengan ttv:ttv: TD:100/70 Mmhg N:65x/m,S36,2°,RR:21x/m,BB:11kg,
TB: 120cm, hasil,labolatorium:HB:8,5 HT:18 Lekosit:9200/mm²
Trombosit:240.000/mm²
A. Pengkajian
3. Identitas
1. Pengkajian pola umum Penanggungjawab
Tanggal MRS : 8 Juli 2022
Nama : Ny.S
DX Medis : Thalasemia
Usia : 30 tahun
Tanggal pengkajian : 8 Juli 2022/jam 12:30
Alamat : Batu Meja
wit
Agama : Kristen Protestan
Jenis Kelamin : Perempuan
2. Identitas klien Hubungan dengan pasien : Orang tua(Ibu)
Nama : An.D
Tanggal lahir : 30 Januari 2002 4. Keluhan Utama
Jenis kelamin : Laki-Laki Ibu pasien mengatakan anaknya pucat,dan juga
Alamat : Batu Meja anaknya didiagnosa thalasemia sejak usia 3 tahun
Agama : Kristen Protestan dan rutin menjalankan transfusi darah.
No.RM : 012……..
Tanggal masuk :8 Juli 2022
Lanjutan…
1. Pemeriksaan tubuh
a. Kulit : Putih pucat
b. Kepala : Rambut hitam, tipis, tidak ada lesi, dan
kepala simetris
c. Mata : Ikterik
d. Hidung : Simetris tidak ada lesi, tidak ada bengkak
dan nyeri tekan
e. Mulut : keadaan mukosa bibir kering dan pucat,
1.Keadaan umum:Cukup tidak ditemukan stomatitis
f. Telinga : Tidak ada deformitas, lubang telinga
2.TTV
bersih, dan simetris
• TD:100/70MmHg
g. Leher : Bersih, tidak ada pembesaran kelenjar
• RR:21x/m tiroid
• S:36,2°C h. Abdomen : Simetris, tidak ada lesi
• N:65x/m i. Genetalia : Tidak ada kelainan
13.10 2.Mengoservasi adanya batasan Ibu mengatakan pasien hanya tidur ditempat
pasien dalam beraktifitas tidue
08.10 4.Menganjurkan makan sedikit tapi sering Ibu memahami anjuran dari
perawat
08.15 5.Menganjurkan makan makanan yang Ibu memahami anjuran dari
kaya akan serat perawat
08.25 7.Menganjurkan kepada orang tua untuk Ibu memahami anjuran dari
meningkatakan asupan nutrisi pasien perawat
09.10 10.Memonitor tanda daan gejala infeksi Tidak ada tanda&gejala infeksi
09.40 12. Mendorong asupan nutrisi yang Ibu memahami anjuran dari
cukup perawat
P:Lanjutkaan intervensi
P:Lanjutkaan intervensi
Kesimpulan
● Thalasemia, yang berasal dari kata yunani thalassa dan memiliki makna laut, digunakan pada
sejumlah kelainan darah bawaan yang ditandai defisiensi pada kecepatan produksi rantai globin
yang spesifik dalam Hb (Wong, 2009). Thalasemia digolongkan bedasarkan rantai asam amino
yang terkena 2 jenis yang utama adalah : 1. Alfa Thalasemia (melibatkan rantai alfa) Alfa
Thalasemia paling sering ditemukan pada orang kulit hitam (25% minimal membawa 1 gen). 2.
Beta Thalasemia (melibatkan rantai beta) Beta Thalasemia pada orang di daerah Mediterania dan
Asia Tenggara. Pada talasemia β minor, terdapat sebuah gen globin β yang normal dan sebuah gen
abnormal. Talasemia mayor adalah penyakit yang mengancam jiwa. Talasemia mayor β
disebabkan oleh mutasi titik (kadang-kadang delesi) pada kedua gen globin β, menyebabkan
terjadinya anemia simtomatik pada usia 6-12 bulan, seiring dengan turunnya kadar hemoglobin
fetal. Tingkat keparahan dari talasemia intermedia berada diantara talasemia minor dan talasemia
mayor. Semua thalasemia memiliki gejala yang mirip, tetapi beratnya bervariasi.sebagian besar
penderita mengalami anemia yang ringan. Pada bentuk yang lebih berat, misalnya beta-thalasemia
mayor, bisa terjadi sakit kuning (jaundice), luka terbuka di kulit (ulkus, borok), batu empedu dan
pembesaran limpa. Akibat anemia yang berat dan lama, sering terjadi gagal jantung. Tranfusi
darah yang berulang ulang dan proses hemolisis menyebabkan kadar besi dalam darah sangat
tinggi, sehingga di timbun dalam berbagai jarigan tubuh seperti hepar, limpa, kulit, jantung dan
lain lain. Hal ini menyebabkan gangguan fungsi alat tersebut (hemokromatosis ).
.
Daftar Pustaka
Apsari, Nurliana. Cipta. (2016). Pendampingan Bagi Anak Penyandang
Thalasemia Dan Keluarganya. Share : Social Work Journal.
Arnis, Yuliastati. & Amelia. (2016). Keperawatan Anak. Jakarta Selatan:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Dahnil, Fitriayi, Ai Mardhiyah, dan Efri Widianti.(2017). Kajian Kebutuhan
supportive care pada orang tua anak penderita thalasemia.
Ghofur, yustiana olfah abdul. (2016). Dokumentasi Keperawatan. Jakarta
Selatan: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Hera Hijrian.(2018). Pengaruh Psychoeducational Parenting Terhadap Kecemasan
Orang tua yang Mempunyai Anak Penyandang Thalasemia Mayor. Journal
of Chemical Information and Modeling.
nurvitasari, Julvia, Ai mardhiyah, dan Ikeu nurhidayah. (2019). Masalah
Psikososial Pada Penyandang Thalasemia Usia Sekolah Di Politeknik
Thalasemia Rsud Sumedang.
Sekian dan Terima
Kasih