2. Peserta menyimak contoh soal dan DSRT (Slide di bawah) 3. Dikerjakan sendiri tanpa berdiskusi dengan yang lain 4. Isikan kuesioner Blok I-IV (10-15 Menit) 5. Bahas Bersama hasil isian Blok I-IV Praktik Pengisian Kuesioner Keluarga Pak Banu yang berdomisili di Kota Bogor dan Pada SSGI 2022 Keluarga Pak Banu terpilih menjadi sampel. Keluarga Pak Banu menempati rumah warisan orangtuanya karena sebelumnya rumah Pak Banu yang terletak tidak jauh dari rumah orantuanya tersebut terbakar hangus tidak menyisakan apapun. Dalam rumah tersebut juga tinggal 2 kakak Pak Banu, yaitu Pak Rasid dan Pak Jodi. Pak Rasid tinggal dengan istri dan 1 orang anaknya, sedangkan Pak Jodi tinggal bersama istri dan 2 anaknya. Dalam kehidupan sehari-hari ketiga kakak beradik tersebut makan dan biaya kehidupan terpisah. Pak Banu (5/08/75) tinggal bersama istrinya Bu Nur (9/5/79) yang baru saja melahirkan anak perempuan diberi nama Dewi, PAS sebulan sebelum enumerator SSGI datang berkunjung. Waktu melahirkan Dewi penuh perjuangan, awalnya Bu Nur akan melahirkan di Bidan Novi di Puskesmas Kebon Kalapa, tetapi ketika akan melahirkan HB bu Nur di bawah normal maka bu Nur dirujuk ke RS PMI Bogor untuk mendapatkan transfusi darah terlebih dahulu dan akhirnya melahirkan di sana dengan proses sesar. Semua biaya persalinan gratis karena menggunakan BPJS. Keluarga Pak Banu tercatat sebagai keluarga miskin, sehingga Pak Banu, istri dan anak-anaknya penerima bantuan BPJS. Selain itu pengurusan akte kelahiran Dewi juga diberikan secara gratis dan prosesnya cepat. Hal ini berbeda dengan Dimas, terkait dokumen kelahiran hanya memiliki Surat Kenal Lahir. Pak Banu juga memiliki 2 anak lainnya yaitu bernama Dimas (20/09/18) dan Delia (15/10/06/). Sehari-hari pak Banu bekerja sebagai Supir Angkot Jurusan Bogor-Parung , Pak Banu hanya sekolah sampai kelas 5 SD , sedangkan bu Nur IRT pendidikannya lebih baik dari pak Banu yaitu sekolah sampai kelas 2 SMP. Delia anak Pak Banu yang sulung sekolah kelas di SMA 1 Bogor kelas 1. Anaknya yang kedua, Dimas Pada umur 3 tahun pernah sekolah di PAUD Cendikia, tapi sejak 3 bulan yang lalu saat ibu Nur mau melahirkan, Dimas berhenti PAUD karena tidak ada yang mengantarkan ke sekolah. 1 minggu sebelum petugas enumerator SSGI berkunjung ke rumah Pak Banu, Pak Banu mengalami kecelakaan lalulintas di Parung dan sempat mendapatkan perawatan Di RS Sari Asih selama beberapa hari, tapi akhirnya meninggal dunia. Semua biaya pengobatan ditanggung BPJS. Sepeninggalnya Pak Banu, Bu Nur menggantikan Pak Banu untuk mencari nafkah dengan membuka jasa jahitan di rumah. Dalam 1 minggu ada saja orderan jahitan untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Untuk meringankan beban tugas Bu Nur dalam menjaga Dimas, Bu Nur meminta keponakannya, Nengsih (1/1/2002) yang usianya lebih tua dari anak sulung Bu Nur dan berpendidikan tamat SMA. Rencananya Nengsih akan tinggal di rumah Bu Nur hingga Dimas masuk SD nanti. Nengsih juga merupakan seorang janda yang baru bercerai dari suaminya. Sebelum bercerai, tepatnya 6 bulan yang lalu pernah mengalami keguguran dan harus di kuret di RSUD Bogor, karena tidak memiliki asuransi apapun maka dibayarkan secara langsung/cash. Tempat tinggal Nengsih sebelumnya bersama mantan suaminya masih dekat dengan rumah pak Banu. Untuk Pendataan SSGI, Petugas enumerator SSGI (Galih 085710128809 dan Ratna 081280758893) datang mendata pada tanggal 10 Agustus 2022 pagi hari Senin, jam 09.00 WIB saat Delia sedang sekolah. Pengukuran antropometri Dimas dilakukan pada hari pertama kunjungan, sedangkan pengukuran Dewi dilakukan esok harinya karena pada hari pertama Dewi tidur. Sebelumnya petugas SSGI sudah janjian dengan ibu Nur dengan menghubungi bu Nur di nomer kontak 085783159909.