Anda di halaman 1dari 31

Askep Klien Resiko

Bunuh Diri
Ns. Hasmira Ubaidy, S.Kep.,M.Kep,Sp.J
Outline

 DEFENISI
 FAKTOR RISIKO
 FAKTOR PREDISPRESI
 POHON MASALAH RBD
 KOPING
 MEKANISME KOPING
 INTERVENSI KEPERAWATAN (individu, keluarga, kelompok)
Defenisi

 Risiko bunuh diri merupakan keadaan seseorang berisiko membunuh dirinya


sendiri. Risiko bunuh diri jelas menandakan seorang individu pada risiko tinggi
dan membutuhkan perlindungan (Carpenito & Moyet, 2006).
 Bunuh diri merupakan kematian diri sendiri secara segaja dengan bukti bahwa
orang tersebut memang bermaksud untuk mati (Masango et al, 2008).
 Definisi lain disebutkan bahwa bunuh diri merupakan kematian yang
ditimbulkan oleh cedera, keracunan, atau sesak nafas dimana terbukti bahwa
orang yang meninggal memang bermaksud untuk membunuh dirinya sendiri
(Stuart, Keliat dan Pasaribu, 2016).
Faktor risiko Bunuh Diri
(mayor)
 Isyarat Bunuh diri
Kondisi ini tunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri, misalnya: dengan
mengatakan “Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh” atau “Segala seseuatu akan
lebih baik tanpa saya”. Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri
hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya
mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/sedih/marah/ putus asa/tidak berdaya. Pasien
juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.
 Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien. Berisi keinginan untuk mati disertai dengan
rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut.
Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan
bunuh diri. Walaupun dalam kondisi ini pasien belum mencoba bunuh diri, pengawasan ketat harus
dilakukan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan pasien untuk melaksanakan rencana
bunuh dirinya.
 Percobaan bunuh diri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri untuk
mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba bunuh diri
dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan
diri dari tempat yang tinggi. Berdasarkan jenis-jenis bunuh diri ini dapat dilihat
data-data yang harus dikaji pada setiap jenisnya.

; Setelah melakukan pengkajian, dapat dirumuskan diagnosa keperawatan


berdasarkan tingkat resiko dilakukannya bunuh diri.
Faktor risiko bunuh diri (Minor)

Laporan atau observasi hal-hal antara lain:


 · Depresi
 · Konsep diri kurang
 · Halusinasi/ delusi
 · Penyalahgunaan zat
 · Kontrol impuls yang kurang
 · Agitasi
 · Keputusasaan
 · Ketidakberdayaan
 · Kurangnya sistem pendukung
 · Kepedihan emosional
 · bermusuhan 
Faktor Predisposisi

Biologis
 Adanya riwayat bunuh diri dalam keluarga, riwayat gangguan mood dan ansietas pada
keluarga, riwayat gangguan psikiatrik pada keluarga
 Kembar monosigot mempunyai resiko
 Nutrisi: Adanya riwayat gangguan nutrisi ditandai dengan penurunan BB, rambut rontok,
anoreksia, bulimia nervosa.
 Keadaan kesehatan secara umum: menderita penyakit kronis atau terminal, gangguan
psikiatrik/gangguan jiwa, intoksikasi, adiksi
 Sensitivitas biologi: serotonin neurotransmitter menurun
 Penggunaan obat atai komplikasi obat
 Peminum alkhohol juga dihubungkan dengan kemungkinan melakukan resiko percobaan
bunuh diri


Sosialkultural
 Usia: anak di bawah 10 tahun atau remaja sering membahayakan diri atau
melakukan percobaan bunuh diri. Lansia kulit putih memiliki risiko yang paling
tinggi di Amerika Serikat. Resiko ini meningkatkan seiring dengan peningkatan umur
seseorang
 Gender: Homo yang berusia belasan atau berusia muda sering melakukan percobaan
bunuh diri 2 atau 3 kali lipat ketika teman kencannya melakukan heteroseksual.
Sebesat 30% dari bunuh diri tiap tahunya adalah homo yang berumur belasan.
Wanita lebih banyak melakukan bunuh diri, tetapi yang sebenar-benarnya
melakukan bunuh diri adalah laki-laki. Orang yang sudah menikah
 Pendidikan: pendidikan yang rendah dan riwayat putus sekolah atau gagal sekolah
 Pendapatan: penghasilan rendah atau mengalami ketidakstabililan ekonomi

  
 Pekerjaan: pengangguran atau tidak mempunyai pekerjaan dan perubahan pekerjaan dihubungan
dengan kelompok yang berisiko melakukan bunuh diri. Pekerjaan profesional juga berisiko
memunculkan resiko bunuh diri
 Status sosial: terisolasi secara sosial, tinggal sendirian, relokasi atau pindah rumah. Resiko
menurun pada pria dan wanita menikah. Meningkat seiring dengan kesendirian (hidup seorang diri)
 Latar belakang budaya: bunuh diri massal/berkelompok
 Agama dan keyakinan: Pelaksanan kegiatan religi yang berlebihan atau kurang
 Keikutsertaan dalam politik: aktif dalam kegiatan sosial dan organisasi berisiko melakukan bunuh
diri ketika mengalami kegagalan
 Pengalaman sosial: Perceraian, perpisahan dan janda meningkatkan risiko bunuh diri, kejadian
alam, sulit mendapatkan pekerjaan, adanya tekanan dalam pekerjaan
 Peran sosial: semakin tinggi tingkat kepuasan atas hubungan sosial, semakin rendah kemungkinan
yang terjadi (semakin kecil tingkat resikonya), adanya stigma negatif dalam masyarakat, acuh
dengan lingkungan

  
Psikologis
 Adanya riwayat kerusakan struktur dilobus frontal yang menyebabkan
suplay oksigen dan glukosa terganggu di mana lobus tersebut berpengaruh
kepada proses kognitif anak yang dapat berpengaruh pada kemampuan
kognitif anak.
 Keterampilan komunikasi verbal yang kurang, misalnya tidak mampu
berkomunikasi, komunikasi tertutup (non verbal), gagap, riwayat
kerusakan yang mempunyai fungsi bicara, misalnya trauma kepala dan
berdampak kerusakan pada area broca dan area wernich.
 Moral: Remaja yang tinggal di tatanan nontradisional (misalnya; penjara
anak-anak, penjara, rumah singgah, rumah grup/kelompok atau tempat
tinggal yang tidak disiplin
 Kepribadian: orang yang mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan
yang tinggi dan menutup diri dan pernah mengalami depresi sebelumnya
Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
 Perubahan/kehilangan pekerjaan
 Kegagalan di tempat kerja/sekolah (sering mengalami kegagalan)
 Ancaman kehilangan sumber pendapatan
 Perceraian dan perpisahan
 Kehilangan orang yang berarti
 Penyakit/kecelakaan
 Ancaman tuntutan kriminal
 Penggunaan alkhohol/obat dalam keluarga
 Konflik/penganiayaan orang tua terhadap anak
Konsep diri

 Ideal diri yang tidak realistis, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas,
krisis peran, gambaran diri negative
 Motivasi : adanya riwayat kegagalan dan kurangnya penghargaan
 Pertahanan psikologis, ambang toleransi terhadap stres yang rendah,
riwayat gangguan perkembangan sebelumnya
 Self kontrol: tidak mampu melawan terhadap dorongan untuk menyendiri,
perasaan ditinggal orang di sekitarnya
Faktor Presipitasi

Biologi
 Terdapat kasus bunuh diri dalam beberapa hari dalam keluarga. Terdapat upaya
kekerasan yang mengancam terhadap diri klien, terdapat tanda depresif atau
menarik diri
 Dalam enam bulan terakhir terjadi gangguan nutrisi ditandai dengan tidak mau
makan, ada upaya untuk mengkahiri hidup melalui penolakan makan
 Sensitivitas biologi: mengalami peningkatan neurotransmiter GABA , dopamin dan
perubahan kadar serotonin dalam otak yang menimbulkan delusi dan halusiansi
 Menderita penyakit gangguan jiwa, yaitu gangguan alam perasaan atau depresi
dan ada riwayat percobaan bunuh diri sebelumnya,
 Pembedahan atau kelahiran anak yang baru saja terjadi
 Paparan terhadap racun, misalnya CO dan asbestosos yang dapat
mempengaruhi metabolisme di otak sehingga mempengaruhi fisiologis otak
Sosial Kultural
 Usia: Pada remaja adanya perasaan terabaikan, pengharapan yang tidak realistis
dari anak oleh orang tua
 Gender: enam bulan terakhir alami ketidakjelasan identitas dan kegagalan peran
gender (model peran negatif)
 Pendidikan: dalam enam bulan terakhir mengalami putus sekolah dan gagal sekolah
 Pekerjaan : kehilangan pekerjaan atau tidak bekerja (PHK), pensiun atau
perubahan pekerjaan
 Pendapatan: penghasilan rendah atau dalam enam bulan terakhir tidak mempunyai
pendapatan atau terjadi perubahan status kesejahteraan
 Status sosial: perawatan di rumah sakit, penolakan atau tekanan pada teman
sebaya, lansia mengalami isolasi sosial. Kesendirian/hidup sendiri dalam waktu
enam bulan terakhir
 Agama dan keyakinan: tidak bisa menjalankan aktivitas
keagamaan secara rutin. Terdapat nilai-nilai sosial di masyarakat
yang tidak diharapkan
 Kegagalan dalam berpolitik: kegagalan dalam berpolitik
 Kejadian sosial saat ini: perpisahan/perceraian, kematian orang
terdekat, seseorang yang meninggalkan rumah, kehilangan orang
terdekat, kehilangan yang baru saja terjadi
 Peran sosial: ancaman pengabaian dari lingkungan sosial, adanya
stigma atau praduga yang negatif

 
Psikologi
 Tidak ada gangguan intelegensi
 Keterampilan verbal, tidak mampu komunikasi, gagap, mengalami kerusakan yang
mempengaruhi fungsi bicara
 Moral: Dalam enam bulan terakhir tinggal dalam lingkungan broken home, panti
asuhan, panti sosial, pesantren, biara atau penjara. mendapatkan malu dari
lingkungan sosial
 Mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan: sindroma pasca trauma,
gangguan somatoform, gangguan penyesuaian masa remaja
 Dalam enam bulan muncul perasaan putus asa atau ketidakberdayaan akibat
penyakit akut atau kronis yang dideritanya (penyakitnya mempengaruhi hidupnya),
nyeri kronis, ketergantungan kimia, penyalahgunaan obat, didiagnosis HIV positif
atau AIDS tahap lanjut
 Konsep diri: penurunan harga diri adanya perasaan tidak berharga dan putus asa
 Ketidakpuasan hasil tindakan (misalnya pembedahan, psikologis akibat
penyakitnya)
 Ketidakpastian penyakitnya berhubungan dengan lamanya ketergantungan pada
dialisis, suntikan insulin, kemoterapi/radiasi atau ventilator
 Adanya konflik orang tua/perkawinan, penyalahgunaan zat dalam keluarga,
ketidakefektifan keterampilan koping individu, penyiksaan anak
 Self kontrol: ketidakmampuan keluar dari stressor yang tidak dapat ditoleransi
yang telah terakumulasi dalam waktu yang lama yang disertai dengan perasaan
putusasa yang hebat
 Kepribadian: mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan yang tinggi,
menutup diri, tidak mampu membuat keputusan, negativistik, bermusuhan
  
Respons kognitif
Subyektif
 1. Mengungkapkan tidak berguna / merasa gagal
 2. Mengungkapkan putus asa / tidak ada harapan
 3. Mengungkapkan ada keinginan bunuh diri
 4. Mengungkapkan pernah mencoba bunuh diri
 5. Mengungkapkan orang yang gagal
 6. Merasa kurang energy / letih
Obyektif
Bingung
Tidak dapat berfikir logis
Tidak mampu membuat tujuan hidup
Tidak dapat mengambil keputusan
Pikiran negatif terhadap diri
Tidak dapat fokus atau konsentrasi
Tidak mampu memecahkan masalah
Ragu- ragu / ambivalensi
Tidak ada harapan hidup
Respon Afektif

Subyektif

Afek datar
Afek tumpul
Fisiologis

Subyektif
1. Merasa dada berdebar-debar
2. Mengatakan tidak dapat tidur
3. Mengatakan tidak ada selera makan
4. Tidak dapat tidur nyenyak
5. Merasa letih
6. Merasa lemas
Obyektif
7. Menahan nafas
8. Tekanan darah meningkat
9. Denyut nadi meningkat
10. Frekuensi nadi meningkat
Perilaku
 Obyektif
1. Gelisah
2. Tidak mampu merawat diri
3. Menolak minum obat
4. Banyak diam
5. Menarik diri dari lingkungan
6. Berbicara seperlunya
7. Menunjukkan perilaku isyarat bunuh diri
8. Impulsif
9. Melakukan percobaan bunuh diri
10. Membeli obat atau alat untuk percobaan bunuh diri
11. Mudah menangis

Sosial
Subyektif
1. Mengatakan malas bicara
2. Mengatakan malas berinteraksi
Obyektif
3. Acuh dengan lingkungan
4. Mengurung diri
5. Kontak mata mudah beralih
6. Intonasi suara pelan
Total tanda dan gejala
Pohon masalah risiko bunuh diri

Resiko bunuh diri Halusinasi

Harga diri rendah Isolasi sosial


kronik

Faktor predis presi


Koping

 Mekanisme Koping
Perilaku menghindari masalah seperti alkhohol atau
minuman keras sering dihubungankan dengan bunuh diri
Intervensi Keperawatan

Tindakan Keperawatan Ners


 Individu
 Mengidentifikasi beratnya masalah risiko bunuh diri: isyarat, ancaman,
percobaan (jika percobaan segera rujuk)
 Mengidentifikasi benda-benda berbahaya dan mengamankannya
(lingkungan aman untuk pasien)
 Melatih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat daftar
aspek positif diri sendiri, latihan afirmasi/berpikir aspek positif yang
dimiliki
 Melatih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat daftar
aspek positif keluarga dan lingkungan, latih afirmasi/berpikir aspek
positif keluarga dan lingkungan
 Mendiskusikan harapan dan masa depan
 Mendiskusikan cara mencapai harapan dan masa depan
 Melatihcara-cara mencapai harapan dan masa depan
secara bertahap
 Melatih tahap kedua kegiatan mencapai masa depan

 
 Keluarga

 Mendiskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat pasien


 Menjelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses terjadinya
risiko bunuh diri (gunakan booklet)
 Menjelaskan cara merawat risiko bunuh diri
 Melatih cara memberikan pujian hal positif pasien, memberi
dukungan pencapaian masa depan
 Melatih cara memberi penghargaan pada pasien dan menciptakan
suasana
 positif dalam keluarga: tidak membicarakan keburukan anggota
keluarga
 Bersama keluarga berdiskusi dengan pasien tentang harapan
masa depan serta langkah- langkah mencapainya
 Bersama keluarga berdiskusi tentang langkah dan kegiatan untuk
mencapai harapan masa depan
 Menjelaskan follow up ke RSJ/PKM, tanda kambuh, rujukan
Kelompok
 Terapikelompok yang dapat dilakukan untuk pasien
dengan resiko bunuh diri adalah: TAK stimulasi persepsi
untuk harga diri rendah, meliputi kegiatan
mengidentifikasi kemampuan/hal positif pada diri dan
melatih kemampuan/hal positif pada diri
 Pendidikan kesehatan pada kelompok keluarga klien resiko
bunuh diri
References

 
Carpenito, L. J. & Moyet. (2006). Handbook of nursing diagnosis 11th edition. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.
Dwivedi, Y. (2012). The neurobiological of suicide. Boca Raton: Taylor & Francis Group
Ebrahimi, H., Kazmi, A. H., Khoshknab, M. F., & Modabber, R. (2014). The Effect of Spiritual and Religious Group
Psychotherapy on Suicidal Ideation in Depressed Patients: A Randomized Clinical Trial. Journal of Caring Sciences,
3(2), 131-140 doi:10.5681/jcs.2014.014
Keliat, B. A., Akemat, Helena, N., & Nurhaeni, H. (2010). Keperawatan
Linehan, M. M., Comtois, K. A., Murray, A. M., Brown, M. Z., Gallop, R. J. et al. (2006). Two-Year Randomized
Controlled Trial and Follow-up of Dialectical Behavior Therapy vs Therapy by Experts for Suicidal Behaviors and
Borderline Personality Disorder. Arch Gen Psychiatry.  63(7), 757-766. doi:10.1001/archpsyc.63.7.757.
Masango, S. M., Rataemane, S.T., & Motojesi, A. A. (2008). Suicide and suicide risk factors: A literature review. SA
Fam Pract, 50(6), 25-29.
National Alliance on Mental Illnes, (2015). Risk of Suicide. NAMI. Retrieved from
https://www.nami.org/Learn-More/Mental-Health-Conditions/Related-Conditions/Suicide
Sadock, B. J. Sadock, V. A. (2013). Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta: EGC
Stuart, G. W. (2013), Principles and practice of psychiatric nursing.10 th
edition. St Louis,Missouri: Elsevier mosby

Anda mungkin juga menyukai