Anda di halaman 1dari 24

Askep Keperawatan j

iwaBunuh Diri

Nama:Olivia herianandes
Nim: 2014201071
PENDAHULUAN
 Bunuh diri bukan diagnosis / gangguan tetapi merupakam
perilaku mencederai diri langsung
 Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu
mengalami resiko untuk menyakiti diri sendiri atau
melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa.
FAKTOR EPIDEMIOLOGI
 Kira – kira 30.000 orang di usia mengakhiri hidup dengan
bunuh diri

 Perilaku Bunuh diri :


 Ke – 5 untuk orang dewasa
 Ke 2 untuk remaja
 Masalah kesehatan terbesar di usiah
RENTANG RESPON BUNUH DIRI
Respon adaptif Respon maladaptif

Peningkatan Pertumbuhan- perilaku Pencederaan Bunuh


Diri peningkatan destruktif diri diri
berisiko diri tidak
langsung

(Stuart dan Sudeen 1998, h.386)


PERNYATAAN / MITOS YANG SALAH
TENTANG BUNUH DIRI

 Ancaman bunuh diri hanya cara individu untuk menarik


perhatian dan tidak perlu dianggap serius.

 Bunuh diri tidak memberi tanda.

 Berbahaya membicarakan pikiran bunuh diri pada klien

 Kecendrungan bunuh diri adalah keturunan.


FAKTOR RESIKO
 Status pernikahan  Agama
 Belum menikah 2 x lebih Agama memegang
besar dari menikah peranan kuat dalam
 ‘single’ janda / duda meningkatkan kekuatan
cerai rata-rata 4-5 x lebih seseorang yang rasa
besar dari meninkah percaya dirinya kurang.
• Jenis Kelamin  Etnik
 Tingkat bunuh diri pria Penelitian menunjukkan
70% dan wanita 30 % risiko bunuh diri
 Wanita bunuh diri tertinggipada etnik kulit
karena over dosis, pria putih Amerika
dengan menggunakan dubandingkan
senjata api dengan pribumi dan
Asia.
 Usia  Status sosial –
Laju bunuh diri wanita ekonomi
menetap dan pria Status sosial ekonomi
meningkat khususnya tinggi dan status sosial
pada masa remaja,
ekonomi rendah lebih
puncaknya usia 30-40 th,
berakhir usia 65 tahun tinggi bunuh dirinya
meningkat kembali pada dibandingkan status
sisa kehidupannya. sosial
ekonomimenegah
 Faktor risiko yang lain
 Faktor risiko pada remaja
 Gangguan alam perasaan
karena agama kurang,
(depresi mayor dan
gangguan bipolar) penyakit psikiatri
(pemakai obat,
 Depresi
penyalagunaan alkohol),
 Klien psikoaktif dengan
riwayat keluarga, tidak
penyalagunaan zat,
punya pekerjaan
skizofrenia,organik
pada otak, gangguan
kepribadian, dan klien
dengan panik
 Pekerja profesional  Insomnia berat tanpa
seperti eksekutif depresi
bisnis,farmasi, dokter
 Psikosis dengan
halusinasi
gigi, pengacara dan  Pengguna alkohol,
insyinyur berisiko kombinasi
tinggi bunuh diri,  pengguna alkohol dan
sedangkan bunuh diri barbiturat.
rendah pekerja kebun, tl
kebun, kayu.
FAKTOR PENYEBAB :
TEORI BUNUH DIRI
• Teori Psikologi  Perasaan yang ditekan
• Marah yang diarahkan terus menerus untuk
pada diri sendiri, Freud
melakukan bunuh diri
mengatakan :
 Bunuh diri bisa dilakukan
 rasa benci pada diri
pada diri sendiri / orang
yang terus menerus, lain
seperti orang kemasukan
setan
 Kehilangan harapan dan  Keputusan
perasaan bersalah  Faktor dasar terjadinya
 kehilangan harapan, bunuh diri (ghost dan
individu tidak victor, 1994)
berdaya, tetapi ia  Riwayat agresi dan
juga merasakan kekerasan
perubahan yang  Perilaku bunuh diri
tidak sesuai pada
dirinya. dilakukan pada
individu dalam keadaan
 Perasaan bersalah sadar melakukan
dan menuduh diri kekerasan.
aspek dari
kehilangan harapan
 Marah merupakan faktor
 Stressor perkembangan
 Remaja dan dewasa
penting psikologi untuk
muda karena
perilaku diri. konflik,
 Perasaan malu dan perceraian /
penghinaan perpisahan dan
 dapat dilihat dari penolakan
mekamisme ekspresi  Usia 40-40 thn
wajah karena masalah
 rasa malu akibat ekonomi
kegagalan sosial yaitu
status dan pendapatan
B. TEORI SOSIAL (FAKTOR PENYEBAB)
Kategori bunuh diri secara sosial :
• Bunuh diri egoistik
 Integrasi terhadap sosial kurang
 Hubungan sosial buruk
2. Bunuh diri altruistik
 Lawan dari bunuh diri egoisitik
 Individu masuk dalam kelompok terlalu berlebihan
 Masuk kelompok karena adanya ikatan budaya,agama
dan politik
 Juga karena kepatuhan terhadap adat dan kebiasaan
3. Bunuh diri anomik
 Akibat lingkungan tidak dapat memberikan kenyamanan
pada individu (perceraian, kehilangan pekerjaan).
 Perasaan persiapan dan kurang dukungan klpk
c. TEORI BIOLOGI (FAKTOR PENYEBAB)
• Genetik
Kembar monozigotik lebih berisiko dari kembar dizigotik
2. Faktor neurokimia
 Perilaku bunuh diri ada berhubungannya dengan fungsi
neurokimia dengan sistem saraf pusat
 Setelah kematian terjadi penurunan kadar serotini
di batang otak pada korban bunuh diri
 Fokus pada neurotrasmitter, bahwa setelah kematian
terjadi peningkatan reseptor beta adrenergik dan
 Penurunan ikatan faktor pelepasan kortikotropin pada
klien yang bunuh diri
APLIKASI PROSES KEPERAWATAN
DENGAN KLIEN BUNUH DIRI
• Pengkajian
 demografi
 gejala yang tampak atau diagnosa medis psikiatri
 ide bunuh diri atau tindakan bunuh diri
 sistem pendukung interpersonal
 analisis krisis bunuh diri
 riwayat psikistri/pengobatan/keluarga
 mekanisme koping.
PENGKAJIAN

5. Ide bunuh diri atau 6. Analisis krisis bunuh diri


tindakan bunuh diri. * Stressor pencetus :
* dilihat dari 2 aspek yaitu terjadi karena
perilaku perilaku dan peningkatan perubahan
ucapan verbal emosi, berupa orang yang
mendukung tindakan disayangi hilang aakibat
kematian / perceraian,
bunuh diri. perubahan peran atau
* Contoh perilaku : penyakit fisik yang
memberikan hadiah, serius.
saling memberikan uang, * riwayat yang
menulis bunuh diri pada berhubungan biasanya
buku catatan. berupa kegagalan,
penolakan.
* Verbal bisa berupa * isu terhadap kehidupan
ucapan langsung dan tidak kemampuan mentoleransi
langsung terhadap kehilangan dan
ketidak puasan ditekan
* Contoh berupa/perkataan
(contoh :remaja, dewasa
langsung: “saya ingin mati”,
muda)
“saya akan bunuh diri”
* Contoh ucapan / 7. Mekanisme koping.
perkataan tidak langsung > Bagaimana individu
> “hidup ini lama, kamu menagani masalah
yakin seperti saya krisis situasi?
> “Saya tidak mempunyai > Bagaimana situasi itu
apa-apa di kehidupan berbeda dari masalah
ini untuk beberapa yang lain.
orang
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Contoh :
Risiko tinggi terhadap bunuh diri b.d keputusasaan.
Masalah keperawatan :
• Keputusasaan
• Ketidak berdayaan
• Kecemasan
• Gangguan konsep diri : harga diri rendah
• Gangguan konsep diri : gangguan citra tubuh
• Berduka disfungsional
• Koping individu tak efektif
• Penatalaksaan regimen terapeutik tak efektif
• Koping keluarga tak efektif : ketidakmampuan
INTERVENSI

1. Melindungi 2. Meningkatkan harga diri


 Mencegah klien  Bantu klien
melukai dirinya  Mengekspresikan
 Jelaskan semua perasaan positif dan
presedur, tempatkan di negatif.
tempat yang aman,  Berikan pujian pada hal
bukan isolasi yang positif
 Pengawasan yang  Bersama klien
ketat identifikasi sumber
 Tindakan : krisis kepuasan dan rencana
intervensi aktivitas.
 Dorong klien
menuliskan hasil yang
dicapai
3. Menguatkan koping yang 4. Menggali perasaan
kontrruktif.  bantu klien mengenal
 Kuatkan koping yang perasaannya.
konstruktif  cari faktor penyebab
 Modifikasi koping resiko yang
yang destruktif mempengaruhi perila
klien.
5. Menggerakkan dukungan  beri pengetahuan pada
sosial keluarga mengenai tanda
 gerakan dukungan dan gejala perilaku bunuh
sosial : keluarga, diri serta fasilitas yang
teman
dapat menolong situasi
dekat, lembaga
pelayanan dimasyarakat krisis.
untuk mengontrol
perilaku klien.
 tingkatkan pola dan
kualitas komunikasi
antara keluarga dan
klien.
 beri pengetahuan
pada keluarga
mengenai tanda dan
gejala perilaku bunuh
diri serta fasilitas
yang dapat menolong
situasi krisis.
EVALUASI

 Merupakan proses yang kontinyu dari pengkajian dan juga


dihubungkan dengan tujuan akhir yang akan dicapai.

 Tujuan akhir untuk individu dan kelompok adalah:


1. mengembangkan dan mempertahankan konsep diri
yang positif
2. belajar secara efektif dalam mengungkapkan
perasaan pada orang lain
3. sukses membina hubungan dengan orang lain
4. perasaan menerima orang lain dan mempunyai rasa
memiliki

Anda mungkin juga menyukai