Anda di halaman 1dari 7

ETIKA PROFESI

KAIDAH DASAR SATU : KEWAJIBAN UMUM

Disusun Oleh Kelompok 1

Sastraman Gulo (178140028)


Wiranda Pradinata (178140024)
Nizar Fauzi (188140025)
Denri Waluyo (188140013)
Edwin Pasti Tabah Zega (198140006)
KAIDAH DASAR SATU
KEWAJIBAN UMUM

Para Arsitek menguasai pengetahuan dan teori mengenai seni-budaya, ilmu, cakupan kegiatan
dan keterampilan arsitektur, yang diperoleh dan dikembangkan baik melalui pendidikan formal,
informal maupun nonformal.

Proses pendidikan, pengalaman, dan penigkatan keterampilan yang membentuk percakapan dan
kepakaran itu diuji melalui pengujian keprofesian dibidang arsitektur. Hal itu juga dapat
memberikan penegasan kepada masyarakat, seorang bersertifikat keprofesian arsitek dianggap
telah memenuhi standar kemampuan memberikan pelayanan penugasan profesionalnya dibidang
arsitektur dengan sebaik-baiknya.

Secara umum, para arsitek memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk menjunjung tinggi
dan meningkatkan nilai-nilai budaya dan arsitektur, serta menghargai dan ikut berperan dalam
mempertimbangkan segala aspek sosial dan lingkungan untuk setiap kegiatan profesionalnya,
dan menolak hal-hal yang tidak profesional.
STANDAR ETIKA
1. PENGABDIAN DIRI
Arsitek melakukan tugas profesinya sebagai bagian dari pengabdiannya kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan
mengutamakan kepentingan negara dan bangsa.
2. PENGETAHUAN & KEAHLIAN
Arsitek senantiasa berupaya meningkatkan pengetahuan dan keahlian serta sikap profesionalnya sesuai dengan
nilai-nilai moral maupun spritual.
3. STANDAR KEUNGGULAN
Arsitek selalu berupaya secara terus menerus untuk meningkatkan mutu karyanya antara lain melalui :
pendidikan, penelitian, pengembangan dan penerapan arsitektur.
4. WARISAN ALAM, BUDAYA DAN LINGKUNGAN
Arsitek sebagai budayawan selalu berupaya mengangkat nilai-nilai dan budaya melalui karya serta wajib
menghargai dan membantu kelestarian dan juga berupaya meningkatkan kualitas lingkungan hidupnya yang
tidak semata-mata menggunakan pendekatan teknis-ekonomis tetapi juga menyertakan asas pembangunan
berkelanjutan.
5. NILAI HAK ASASI MANUSIA
Arsitek wajib menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia dalam setiap upaya menegakan profesinya. Dalam
menjalankan kegiatan profesinya arsitek tidak membeda-bedakan seseorang atau golongan atas dasar penilain
ras/suku, agama, kebangsaan, cacat atau orientasi gender.
6. ARSITEKTUR, SENI DAN INDUSTRI
Arsitek bersikap terbuka dan sadar untuk memadukan arsitek dengan seni-seni terkait dan selalu berusaha
mengembangkan ilmu dan pengetahuan dalam memajukan proses produksi industri konstruksi.
STUDI KASUS
1. PELANGGARAN STANDAR ETIKA PENGETAHUAN & KEAHLIAN
Selain dikenal akan kemajuan ekonominya, China juga dikenal
sebagai negara peniru yang handal. Tak dipungkiri berbagai
macam produk elektronik global, baik keluaran Eropa maupun
Amerika selalu dibuatkan "kembaran" oleh para produsen di
China.
Kini, tak hanya barang elektronik yang ditiru, gedung tinggi
bahkan kota pun tak luput dari aksi jiplak-menjiplak. Hal ini
lah yang dialami oleh arsitek ternama peraih nobel Pritzker
Prize, Zaha Hadid. Arsitek yang berbasis di Inggris saat itu
sedang mengerjakan 11 proyek baru di seantero China.
Namun, sayangnya salah satu produk anyar Hadid, Wangjing
SOHO malah dibajak.
Sumber :
https://economy.okezone.com/read/2013/01/02/476/740264/parah-
karya-arsitek-peraih-nobel-pun-dibajak-di-china

Ironisnya, proyek bajakan yang dibangun di daerah Chongqing, sebuah kota besar dekat dataran tinggi Tibet itu
malah lebih duluan rampung ketimbang Wangjing SOHO asli yang sedang digarap Hadid.
STUDI KASUS
2. PELANGGARAN STANDAR ETIKA WARISAN ALAM, BUDAYA DAN LINGKUNGAN

Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) dan Tim Sidang Pemugaran


(TSP) DKI Jakarta menyebut proyek revitalisasi Halte Bus
TransJakarta Bundaran Hotel Indonesia (HI) melanggar
prosedur terkait cagar budaya karena tidak melalui sidang di
tim tersebut.
Menurut ketua TSP, ketinggian bangunan halte busway yang
sedang direvitalisasi tersebut menutupi kawasan Bundaran
HI, termasuk Patung Selamat Datang. Kawasan tersebut,
kata dia, merupakan Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB)
yang perlakuannya sama dengan cagar budaya. Jadi, visual
objek cagar budaya itu tidak boleh ditutupi.

Sumber : https://metro.tempo.co/read/1639944/proyek-halte-bus-
transjakarta-tutup-bundaran-hi-tim-ahli-melanggar

Sementara itu, anggota Tim Ahli Cagar Budaya Candrian Attahiyyat mengatakan ada beberapa opsi yang
kemungkinan dapat dilaksanakan misalnya bangunan direndahkan atau dibongkar.
STUDI KASUS
3. PELANGGARAN STANDAR ETIKA NILAI HAM
Proses pembebasan tanah mega-proyek pembangunan
pariwisata di Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat,
dituding melanggar hak asasi manusia (HAM) penduduk
lokal. Kuasa hukum salah satu warga yang dirugikan atas
pembangunan tersebut mengatakan, pelanggaran HAM
terjadi karena tidak terpenuhinya hak warga dan terus
dilakukannya pembangunan dengan melibatkan aparat
penegak hukum.
Sebelumnya, tudingan akan adanya pelanggaran HAM di
lokasi yang akan dibangun Sirkuit MotoGP itu juga
disampaikan oleh sejumlah pakar Perserikatan Bangsa-
Bangsa untuk HAM. Pakar tersebut menyampaikan bahwa
dalam proses pembangunan itu telah terjadi perampasan
tanah yang agresif, penggusuran dan pengusiran paksa
terhadap masyarakat adat Sasak, intimidasi, dan ancaman
serta tidak ada ganti rugi.
Sumber : https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-56639620
PERGI KELUAR TIDAK PAMITAN
PULANG-PULANG SUDAH MALAM
TERIMA KASIH KAMI HATURKAN
DARI HATI YANG TERDALAM

Anda mungkin juga menyukai