Anda di halaman 1dari 7

Kasus Pelanggaran Kode Etik Dalam Negeri:

Desain Gedung Baru DPR Diduga Memplagiat Gedung Kongres Chile

Desain gedung baru DPR dirancang oleh arsitek bernama Rizal Syarifuddin pada tahun 2008.
Alasan dibuatnya desain baru ini karena bangunan lama sudah dianggap tidak layak terutama
banyaknya keretakan pada bangunan setelah terjadi gempa Tasikmalay tahun 2009. Jumlah
anggota DPR yang semakin bertambah juga membuat kebutuhan ruang bertambah, sehingga
gedung lama dianggap tidak lagi dapat menampung kapasitas pengguna di kemudian hari. Namun
ternyata desain yang dirancang menuai banyak kritikan karena dianggap telah memplagiat Gedung
Congreso Nacional de Valparaiso Chile atau Kongres Chile. Bentuk dan fasad bangunan dianggap
mirip dan bahkan bangunan dirancang berbentuk gerbang pada bagian tengah.

Gambar 1 (Kiri) Gedung Kongres Chile, (kanan) Desain Gedung Baru DPR

Menurut arsitek yang merancang desain gedung baru DPR ini, terdapat filosofi yang dapat
menjelaskan rancangannya yaitu:

1. Sopan-santun. Bentangan bangunan cukup lebar, yaitu 32 m, dan panjang 117 m. Arsitek
menyiasati dengan rancang bangun yang tidak terkesan masif dan memiliki bukaan sebagai
sarana masuknya cahaya matahari. Dibuatlah banyak lubang atau bukaan pada bangunan
ini. Frame yang tercipta juga menegaskan bahwa bangunan baru ini sopan terhadap
bangunan lama.
2. Suci niat dan tindakan. Konsep lain yang ditawarkan dan juga menjadi arahan adalah
konsep aliran air yang mewujudkan sucinya niat dan tindakan. Aliran air dibuat dari
gedung Nusantara 1 yang notabene menjadi pusat keputusan negara menuju gedung DPR
baru sebagai kantor anggota dewan, lalu bermuara di kolam dengan bendera indonesia yang
berarti “bermanfaat untuk bangsa”.
3. Kuncup berpendidikan. Seperti bunga yang kuncup diatas air, kelak akan merekah indah
dan berbuah. Filosofi ini tampil pada bangunan yang seolah dicelupkan ke dalam kolam,
yang bercerita bahwa ini bangunan pendidik (kriteria), yang akan menciptakan keputusan
berpendidikan pula dan mencerdaskan bangsa.
4. Mozaik keberagaman. Bangunan skybridge (bangunan tinggi berjembatan) yang berguna
untuk menghubungkan kedua massa bangunan, yang memisahkan zona publik serta privat.
Maksud dari konsep ini bukan untuk menciptakan jurang pemisah antara rakyat dengan
dewan perwakilan, namun untuk menjaga kenyamanan anggota saat bekerja. Selain
berkesan dinamis, mosaik mengartikan keragaman bangsa yang bersatu.
Selain menggunakan filosofi tersebut, Desain gedung baru ini dikatakan berbentuk gerbang
karena dianggap mencerminkan filosofi anggota DPR yang berlatar belakang ragam daerah dan
budaya. Gerbang sebagai metafora dari harapan bagi kemakmuran bangsa Indonesia dengan dua
pilar kokoh di atasnya, serta dibuat berdasarkan kebutuhan ruang dan penataan ulang kawasan
kompleks MPR/DPR/DPD.

Hal ini memunculkan pertanyaan tentang mengapa bentuk gerbang bangunan harus berbentuk
kotak. Sedangkan jika mengkaji dari segi budaya Indonesia gerbang dapat dilihat dari bangunan –
bangunan candi yang menggunakan dua sayap simetris yang terpisah sebagai gerbang. Jika melihat
kembali ke desain gedung baru DPR, bangunan dirancang dengan menggabungkan bagian atas
dan membentuk skybridge. Konsep seperti ini justru dianggap mirip dengan tradisi konsep gerbang
pada Arsitektur Barat. Hal ini juga kemudian membuat konsep gerbang pada desain gedung baru
DPR dianggap menyerupai bangunan Arch de Triomphe, Paris.

Gambar 2 Bangunan Arch de Triomphe, Paris dengan Konsep Gerbang


Apabila arsitek benar – benar melakukan plagiarisasi rancangan terhadap bangunan Kongres
Chile, maka arsitek telah melanggar kode etik arsitek dan kaidah tata laku nomor lima yaitu:

Standar Etika 5.2

Pengakuan Kesejawatan

Arsitek tidak dibenarkan akan berusaha menggusur arsitek lain dari suatu penunjukan pekerjaan.

Kaidah Tata Laku 5.202


Arsitek tidak dibenarkan untuk mengambil alihhak intelektual atau memanfaatkan karya / kreasi
atau ide dari arsitek lain tanpa ijin yang jelas dari arsitek pemilik gagasan tersebut.

Hingga saat ini desain gedung baru DPR masih terus dipertanyakan keberlangsungannya, apakah
akan tetap dipertahankan atau diubah. Beberapa pihak menyebutkan untuk tetap mempertahankan
desain tersebut karena dinilai merespon era modern sekarang yang kemudian merujuk kepada
bentuk kotak. Namun terdapat juga pihak lain yang kurang setuju karena menimbang segi biaya
yang mahal dan tidak ada unsur budaya Indonesia yang tercerminkan dalam bangunan.

Sumber:

Kritik Arsitektur (Keep it Simple and Stupid) oleh Nasbahry Couto dan Harmaini Darwis:
https://visualheritageblog.blogspot.com/2011/04/kritik-arsitektur.html

Desain Gedung DPR Plagiat dari Negara Lain? :

https://www.tribunnews.com/nasional/2011/04/02/desain-gedung-dpr-plagiat-dari-negara-lain

Mengapa DPR bersikeras tentang pembangunan gedung baru? :


https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-40928556

Kasus – Kasus Pelanggaran Kode Etik:

https://prezi.com/-x21avsdvmyy/untitled-prezi/

Kode Etik dan Kaidah Tata Laku Profesional Arsitek – Ikatan Arsitek Indonesia
Kasus Pelanggaran Kode Etik Luar Negeri:

Galaxy Soho, Mall megah karya Zaha Hadid Dinilai ‘Merusak’ Warisan
Beijing

Gambar 3 Galaxy Soho, Beijing

Bangunan karya Zaha Hadid, Galaxy Soho, merupakan bangunan komersial yang berada di daerah
Hutong, Beijing, China. Bangunan ini dibangun dari tahun 2009 hingga 2012. Galaxy Soho
berhasil mendapatkan penghargaan tertinggi dari RIBA (Royal Institute of British Architects) pada
masa itu. Namun, keputusan dari RIBA ternyata membuat kelompok peletestarian lingkungan
China marah karena dianggap telah mendukung pengubahan konteks cagar budaya Beijing.

Beijing Cultural Heritage Protection Center (CHP) merupakan pihak yang merasa kecewa dengan
keputusan RIBA. Mereka merasa bahwa keputusan RIBA dalam memberikan penghargaan untuk
bangunan Galaxy Soho dapat mendorong pengembang dan pihak-pihak lain untuk melanjutkan
“perusakan situs cagar budaya”. Mereka akhirnya mengirimkan surat terbuka kepada RIBA untuk
mempertimbangkan kembali keputusan terkait penghargaan yang diberikan. Didalam surat
tersebut djelaskan bahwa Galaxy Soho telah melanggar beberapa peraturan hukum China yaitu:

1. Undang – Undang dan Peraturan terkait Pelestarian Warisan (Cultural Heritage


Preservation Act), termasuk Tindakan untuk Perlindungan Landmark Budaya dan Sejarah
Beijing.
 Article 33

Upon discovery of any building deserving of the designation of a monument, a historic


building, a commemorative building, or a group of buildings, the monument, building or
complex shall be forthwith reported to the competent authority for handling.
If any constructed structure deserving of the designation of a monument, a historic building,
a commemorative building, or a building complex of human settlements is discovered
during construction work or other land development activities, the construction work or
land development activities shall be immediately stopped and a report thereon shall be
made to the competent authority.

 Article 34

No construction work or other land development activities may damage the integrity of,
obscure, or obstruct access to any monument, historic building, commemorative building,
or building complex of human settlements. If an event under the preceding paragraph is
likely to occur, the competent authority shall, before the commencement of the construction
work or other land development activities, convene a meeting of the review committee for
monuments, historic buildings, commemorative buildings, and groups of buildings. The
construction work or land development activities may commence only after passing the
committee's review.

2. Rencana Induk Kota Beijing


3. Rencana Perlindungan Landmark Budaya dan Sejarah Beijing

Gambar 4 Rencana Tapak Galaxy Soho


Galaxy Soho juga dinilai telah merusak pelestarian lanskap jalanan Beijing yang lama, rencana
kota asli, Hutong tradisional dan halaman rumah, pembentukan lansekap, dan skema gaya dan
warna dari arsitektur vernakular unik Beijing. Galaxy Soho seperti sebuah komplek dengan 4
bangunan berbentuk telur dan terlihat asing di lingkungan Hutong, terkesan seperti benda asing
atau “alien”. Bangunan ini dinilai tidak berhasil menunjukan keselarasan bangunan dengan
lingkungan sekitarnya.

Gambar 5 Lingkungan Sekitar Galaxy Soho

Para arsitek yang terlibat dengan cepat menjauhkan diri dari gugatan tersebut, menyebutkan bahwa
situs tersebut telah dibersihkan sebelum mereka terlibat. Seorang juru bicara untuk Arsitek Zaha
Hadid mengatakan bahwa selama proses desain, ZHA bekerja dengan Institut Desain Lokal (LDI)
untuk memastikan proyek ini telah mematuhi semua peraturan bangunan pemerintah dan
persyaratan perencanaan. Ketika ZHA ditunjuk untuk proyek tersebut, tidak ada bangunan di
lokasi yang berdekatan dengan bangunan komersial / sipil berskala besar dan salah satu jalan raya
tersibuk di Beijing. Dari pembicaraan ini dapat disimpulkan bahwa pihak ZHA tidak mengecek
dan memastikan sendiri peraturan sekitar situs dan mempercayai hanya ke satu pihak yaitu LDI
terkait peraturan. Pihak ZHA juga tidak mempertimbangkan konteks kawasan ke dalam
rancangannya sehingga kemudian lebih mementingkan segi ikonik dan futuristik bangunan. Hal
ini dapat berarti Zaha Hadid Architects telah melanggar kode etik international oleh RIBA yaitu
Principle 3 – Relationship, yang berisi:
3.1 Members should respect the beliefs and opinions of other people, recognize social diversity
and treat everyone fairly. They should also have a proper concern and due regard for the effect
that their work may have on its users and the local community. (Harus mempertimbangkan
pengaruh dari hasil karya mereka kepada pengguna dan komunitas lokal)

3.2 Members should be aware of the environmental impact of their work. (Harus menyadari
pengaruh karya mereka dengan lingkungannya)

Sumber:

Zaha Hadid's mega mall accused of 'destroying' Beijing's heritage:


https://www.theguardian.com/artanddesign/architecture-design-blog/2013/aug/02/zaha-hadid-
destroying-beijing-heritage

Chinese heritage group "offended" by Zaha Hadid's RIBA Award for Galaxy Soho:
https://www.dezeen.com/2013/08/03/zaha-hadid-galaxy-soho-riba-award-lubetkin-prize-chinese-
heritage/

Undang – Undang dan Peraturan terkait Pelestarian Warisan (Cultural Heritage Preservation Act):
https://law.moj.gov.tw/ENG/LawClass/LawAll.aspx?pcode=H0170001

Riba – Code of Professional Conducts: https://www.architecture.com/-


/media/GatherContent/Test-resources-page/Additional-Documents/RIBA-Code-of-Professional-
Conduct-2005-with-July-2016-Guidance-Notespdf.pdf

Anda mungkin juga menyukai