Anda di halaman 1dari 15

Asuransi Kesehatan

KEBIJAKAN PELAYANAN DAN PEMBIAYAAN


KESEHATAN PADA MASA ERA JKN

Dosen Pengampu :
Muhlisin, S.KM.,MHKes.
Disusun oleh :
• Cahyaningtias Perwitasari H
J410160008
• Alya Salsabilla J410160033
• Bunga Shafa Nirmala J410160039
Latar Belakang

JKN (Jaminan Kesehatan Nasional

Metode pembiayaan

Fungsi pembiayaan

Fungsi BPJS
Pelayanan dan
pembiayaan Kesimpulan
kesehatan era
Saran
JKN
Latar Belakang
Tujuan pembahasan sebuah Negara pada hakikatnya adalah
untuk mencapai suatu kesejahteraan bagi seluruh warga
negaranya.

Guna memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang


layak maka perlu perlindungan penduduk Indonesia dalam
suatu system asuransi. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang
dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Jaminan sosial sendiri terdiri
dari jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari
tua, jaminan pension dan jaminan kematian.
JKN (Jaminan Kesehatan Nasional
Sejak tanggal 1 Januari 2014, Indonesia mengawali langkah besar
dalam bidang kesehatan, yaitu penerapan Jaminan Kesehatan
Nasional yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan (BPJS Kesehatan). Jaminan kesehatan nasional ini adalah
jaminan kesehatan melalui sistem asuransi sosial dan gotong royong,
dimana penduduk yang kaya dapat membantu penduduk yang miskin
dan penduduk yang sehat dapat membantu penduduk yang sakit.

Jaminan Kesehatan Nasional merupakan aset untuk


menyelamatkan financial risk dari penduduk Indonesia akibat sakit
sehingga tidak ada lagi istilah orang miskin karena sakit.. Sifat dari
Jaminan Kesehatan Nasional ini adalah wajib sehingga seluruh
penduduk Indonesia harus menjadi peserta BPJS Kesehatan dalam
rentang waktu 2014 hingga 2019.
Sebelum JKN ini berjalan, Indonesia sebenarnya
sudah menganut sistem upaya kesehatan berjenjang.

Upaya kesehatan ini dibagi menjadi dua, yaitu


Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) dan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM). Upaya kesehatan
perseorangan ini lebih difokuskan dalam upaya
kuratif dan rehabilitatif, sedangkan upaya kesehatan
masyarakat lebih difokuskan dalam upaya preventif
dan promotif.
 Terdapat empat poin penting dalam mutu pelayanan
kesehatan dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN),
yaitu :
1. Perubahan mendasar dalam sub sistem pembiayaan
masih tidak diikuti dengan perubahan mendasar
pada sub sistem yang lain dalam SKN termasuk
regulasi mutu pelayanan kesehatan
2. Mutu pelayanan kesehatan masih belum benar-
benar diukur secara sistematis dan nasional
3. Akses dan efisiensi masih merupakan dimensi
mutu yang paling sering dibicarakan,
meninggalkan dimensi lain seperti efektivitas,
akseptabilitas dan keadilan serta keselamatan
4. Fraud dalam pelayanan kesehatan muncul sebagai
salah satu masalah yang berpotensi mengancam
hampir seluruh dimensi mutu.
Metode pembiayaan
Metode pembiayaan yang diterapkan dalam era JKN
adalah metode pembayaran prospektif. Salah satu
metode pembayaran prospektif yang kini dianut di
Indonesia adalah casemix (case based payment) dan
telah diterapkan sejak tahun 2008 pada program Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).
Sejak di implementasikannya sistem casemix di
Indonesia telah dihasilkan tiga kaliperubahan besaran
tarif, yaitu tarif INA-DRG tahun 2008, tarif INA-CBGs
tahun 2013 dan tarifINA-CBGs tahun 2014.
Pengelompokan kode diagnosis dan prosedur dilakukan
dengan menggunakan grouper UNU (UNU grouper).
Tarif INA-CBGs dalam Jaminan Kesehatan Nasional Tarif INA-
CBGs yang digunakan dalam program JKN per 1 Januari 2014
diberlakukan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI dengan
beberapa prinsip, salah satunya adalah tariff dikelompokkan
menurut tipe dan kelas rumah sakit.
terdiri dari tarif rumah sakit kelas A,tarif rumah sakit kelas B, tarif
rumah sakit kelas B pendidikan, tarif rumah sakit kelas C,
tarifrumah sakit kelas D, tarif rumah sakit khusus rujukan
Nasional, tarif rumah sakit umum rujukan Nasional.
Pengelompokan tarif berdasarkan penyesuaian setelah melihat
besaran Hospital Base Rate (HBR) yang didapatkan dari
perhitungan total biaya pengeluaran rumah sakit. Apabila dalam
satu kelompok terdapat lebih dari satu rumah sakit, maka
digunakan Mean Base Rate. Tarif rumah sakit terbagi atas 5 (lima)
Regional didasarkan pada Indeks Harga Konsumen (IHK) dan
telah disepakati bersama antara BPJS Kesehatan dengan Asosiasi
Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan (AFKTL).
Regionalisasi tarif INA-CBGs yang dimaksud antara lain:
• Regional I : Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur
• Regional II : Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan,
Lampung Bali, dan NTB
• Regional III : NAD, Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu,
Kepulauan Riau, Kalimantan Barat,Sulawesi Utara,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat
• Regional IV : Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah
• Regional V : BangkaBelitung, NTT, Kalimantan Timur,
Kalimantan Utara, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan
PapuaBarat (Binsasi, E. 2016).
Fungsi pembiayaan
Sistem pembiayaan kesehatan pada masa era JKN memiliki 3
fungsi utama :
• Mengumpulkan dana dari peserta (collecting)
• Menghimpun dana dan meminimalkan risiko (risk polling)
• Membeli dan menyediakan layanan kesehatan untuk
melayani peserta (purchasing).

Fungsi ini dilaksanakan berlandaskan pada kaidah dan


prinsip asuransi kesehatan sosial. Fungsi yang dilaksanakan
oleh sebuah badan hukum publik, yaitu badan penyelenggara
jaminan sosial bidang kesehatan (BPJS) yang merupakan
transformasi PT Askes menurut amanat UU BPJS.
Fungsi BPJS
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) berfungsi
mengumpulkan dana dari pembayaran (payor) dengan
mekanisme tertentu, mengelola dana tersebut serta menyeleksi
dan mengontrak pemberi layanan kesehatan (provider) untuk
melayani peserta JKN. Dengan mekanisme ini tidak ada
hambatan akses finansial untuk memperoleh pelayanan
kesehatan. Adanya JKN tidak berarti peserta sama sekali terbebas
dari hambatan finansial, karena perserta tetap harus menanggung
biaya tidak langsung. Untuk memininalkan pengeluaran biaya
tidak langsung, BPJS harus mengupayakan ketersediaan provider
sedekat mungkin atau ditengah masyarakat.
Kesimpulan
• Jaminan Kesehatan Nasional merupakan aset untuk
menyelamatkan financial risk dari penduduk Indonesia
akibat sakit sehingga tidak ada lagi istilah orang miskin
karena sakit.
• Sifat dari Jaminan Kesehatan Nasional ini adalah wajib
sehingga seluruh penduduk Indonesia harus menjadi peserta
BPJS Kesehatan.
• Dilihat dari kategori upaya kesehatan, Jaminan Kesehatan
Nasional merupakan upaya kesehatan perseorangan
sehingga lebih berfokus dalam hal pengobatan dan
pemulihan kesehatan.
Kesimpulan
• Metode pembiayaan yang diterapkan dalam era JKN adalah
metode pembayaran prospektif , pembayaran prospektif
yang kini dianut di Indonesia adalah casemix (case based
payment).
• Tarif INA-CBGs dalam Jaminan Kesehatan Nasional
diberlakukan oleh beberapa prinsip, salah satunya adalah
tarif dikelompokkan menurut tipe dan kelas rumah sakit,
• Pengelompokan tarif berdasarkan penyesuaian setelah
melihat besaran Hospital Base Rate (HBR) yang didapatkan
dari perhitungan total biaya pengeluaran rumah sakit.
• Apabila dalam satu kelompok terdapat lebih dari satu
rumah sakit, maka digunakan Mean Base Rate.
Saran
• Diharapkan terjadi keseimbangan antara pendapatan
bersih tenaga di BPJS kesehatan dan pendapatan bersih
tenaga di fasilitas kesehatan yang dikontrak.
• Bahan medis dan obat juga harus mendapat porsi belanja
yang memadai, yang memungkinkan industri kesehatan
berkembang.
• Sosialisasi terkait program JKN juga masih perlu
ditingkatkan, mengingat masih banyak masyarakat yang
belum memahami skema program ini. Transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan program perlu terus
ditingkatkan di masa mendatang.

Anda mungkin juga menyukai