Anda di halaman 1dari 24

Pengantar Ekonomi

Makro
3D Manajemen
Present by. Kel 6
Nama Kelompok

Layla Fitria Yoga Hesti


Prasetyo Istianingsih
2021610022 02 2021610166 04 2021610247 06

Aulia Tagina Nur Adelia Zhahrani


01 03 05
Putri Deliana
2021610109 2021610238 2021610258
Bab 13.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Hijau

PDRB hijau merupakan indikator penting dalam mengukur keberlanjutan


pembangunan, namun dalam menghitung PDRB bukanlah hal mudah, karena
begitu kompleksnya metodologi yang digunakan serta ketersediaan data
ditingkat nasional dan juga reginoal. Berikut adalah contoh studi kasus yang
digunakan dalam perhitungan PDRB Hijau, dimana dalam hal ini menggunakan
provinsi Bali :
Pada studi kasus ini dinyatakan bahwa, di tahun 2010 perhitungan PDRB
Bali berdasarkan pada hasil workshop atau diskusi bersama KEMENLI,
KEMENHU, dan BPS. Dimana dalam diskusi ini menghasilkan uji coba
perhitungan PDRB hijau baik menggunakan data latar belakang, deplesi dan
degradasi lingkungan, ilegal logging, ilegal finishing, serta ilegal finishing.
Nah hasil lain yang diperoleh dari ini adalah issue yang menyatakan bahwa
nilai PDRB setiap provinsi tidak sama, apalagi dengan nilai PDB nasional,
karena perbedaan wilayah. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa PDB
dan PDRB adalah istrument penting dalam mengukur keberhasilan
pembangunan berkelanjutan yang sebenarnya, untuk kepentingan ekonomi
yang akan datang.
Rasionalnya PDRB hijau ini adalah untuk menentukan metodologi yang
tepat guna untuk menyusun laporan bagi setiap masing – masing provinsi,
kabupaten, dan kota diseluruh Indonesia. Point penting dari rasionalnya
PDRB adalah sebagai berikut :
a. PDB dan PDRB sebagai indikator ekonomi (KONVENSIONAL)
Dimana dalam hal ini memiliki kelemahan dan kekurangan, yakni adalah
sebagai berikut :
1. Menyebabkan salah arah dalam pembangunan
2. Biaya pencegahan kerusakan terhitung sebagai tambahan penghasilan
3. Nilai ekonomi tidak dimasukkan dan diperhitungkan
4. Multifungsi hutan tidak dikenali secara baik dan tepat
5. Memberikan nilai dan penghargaan yang over
b. PDB Hijau dan PDRB Hijau untuk mengukur hasil pembangunan ekonomi
yang berkelanjutan
Selain kelemahan, PDB dan PDRB hijau juga memiliki aspek positif yakni
adalah sebagai berikut :
1. Bersifat lebih realistis, tidak ada biaya yang tersembunyi maupun
disembunyikan
2. Bias atau penyimpangan pada kontribusi PDB dan PDRB konvensional
3. PDB dan PDRB hijau adalah laporan kinerja perekonomian yang bersifat
jujurm dan benar
4. Memberikan motivasi bagi pengelola SDA untuk mengelola SDA dan
lingkungan dengan cara baik dan positif
5. Menjadi indikator yang lebih baik dan benar bagi perencanaan pembagunan
Berikut adalah cara perhitungan PDRB hijau :
a. Metodologi
Perhitungan ini menggunakan pendekatan produksi dan pendekatan
pengeluaran yakni adalah sebagai berikut :
PDRB = ε NTBн
Ket : ε jumlah dari NTB
NTB = nilai tambah bruto pada pdrb hijau
PDRB Hijau merupakan instrumen mengukur kinerja pembangunan
berkelanjutan ditingkat daerah dimana rumusnya adalah sebagai berikut :
PDRBн = PDRBк – Df – Dл
Ket = PDRBн = PDRB Hijau
PDRBк = PDRB Konvensional
Df = nilai deplesi SDA
Dл = nilai degradasi lingkungan
Hal – hal yang mempengaruhi pergitungan PDRB Hijau adalah sebagai
berikut :
1. Keberadaan data dan kondisi SDA
Sebagai contoh adalah data mengenai jumlah ikan tangkap yang berdasarkan
atas catatan dimana produksi ikan dibongkar langsung di pelabuhan perikanan,
sementara penangkapan ikan oleh nelayan dilakukan diluar daerah, sehingga
jumlah produksi dan nilainya tidak benar-benar mengurangi cadangan ikan.
2. Perhitungan PDRB Hijau
PDRBн = PDRBк – Df – Dл
Ket = PDRBн = PDRB Hijau
PDRBк = PDRB Konvensional
Df = nilai deplesi SDA
Dл = nilai degradasi lingkungan
3. Degradasi jasa lingkungan
Dimana dalam hal ini menerapka perhitungan nilai kerugian ynag diakibatkan
hilangnya jasa lingkungan, karena kerusakan pada proyek pembangunan,
penebangan hutan, dan penggalian
4. Deplesi SDA
Dimana dalam hal ini masih menggunakan provinsi Bali sebagai contohnya,
seperti pada studi kasus diawal pernyataan tadi, deplesi ini ada beberapa bentuk
anata lain =
a. Sumber daya hutan
b. Sektor perikanan
c. Pertambangan dan penggalian
d. Sumber daya tanah dan lahan
e. Kualitas lahan
f. Adanya pencemaran atau emisi udara
Isu menerapkan PDRB Hijau ketingkat nasional, dimana dalam hal ini adanya
metodologi dalam mengukur aktivitas yang berhubungan dengan deplesi dan
degradasi lingkungan ditingkat regional, sehingga dengan adaya pengetahuan
mengenai PDB dan PDRB hijau ini diharapkan pengelola sumber daya alam
diharapkan dapat mengelola sumber daya alam secara lebih bijaksana. Selain
itu terdapat banyak pelajaran yang didapatkan dari ujicoba PDRB dan PDB
Hijau antara lain :
1. Ada issue mengenai ketersediaan data daerah dan sektoral
2. Isu valuasi ekonomi
3. Kegiatan ilegal dimasukkan dalam perhitungan deplesi sumber daya hutan
sepanjang datanya tersedia
4. Terkait dengan jasa lingkungan dari kegiatan ilegal harus diperhitungkan
dalam peghitungan PDRB Hijau
5. Pencemaran lingkungan oleh sektor rumah tangga sebaiknya juga
dimasukkan dalam perhitungan PDRB Hijau
6. Kerusakan dan degradasi yang terjadi karena bencana alam tidak ikut
diperhitunglan dalam PDB dan PDRB Hijau
Kesimpulan akhir :
Ujicoba menghitung PDRB Hijau merupakan usaha awal untuk menyediakan pijakan
yang secara umum dapat diterima, baik metedologi dan implementasinya. Dan hasilnya
menunjukkan bahwa deplesi sumber daya alam dan degradasi lingkungan merupakan
komponen penting dan utama dalam biaya pembangunan yang harus diperhitungkan
sebagai indikator pembangunan. Namun dalam hal ini PDRB Hijau juga menghadapi
tantangan yang berupa kurang tersediannya data dan kemungkinan terjadinya deplesi
perhitungan.
Disamping itu kelemahan tersebut diatas PDB dan PDRB Hijau ini sangat diperlukan
bagi pembuat kebijakan daerah karena dapat memberikan tanda peringatan akan biaya
lingkungan dalam pembangunan perekonomian. Dengan demikian penyusunan PDRB
Hijau merupakan kebutuhan yang peru terus dikembangkan oleh Pemerintah Pusat dan
Pemda dengan mengimplikasikan kebijakan ini dalam memperbaiki ketersediaan data
baik kuantitas dan kualitas, perhitungan disetiap sektor kegiatan pembangunan, terus
mengembangkan ujicoba perhitungan indikator (indeks) untuk masing-masing
komponen, dan Mendagri mengambil keputusn sabai mandat penyusunan PDRB Hijau
Gelombang Konjungtur
● Apa itu gelombang konjungtur?

● Gelombang konjungtur (economic cycle) adalah naik turunnya


kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu (Business Cycle).
● Naik turunnya kegiatan ekonomi membentuk satu gelombang.
Fluktuasi atau perubahan yang terjadi kegiatan perekonomian
disebut sebagai konjungtur atau business cycle.
Suatu gelombang konjungtur dikatakan
lengkap apabila terdiri dari 2  fase yaitu:

● Fase ekspansi
Apabila perekonomian sedang tumbuh dalam arti riil (yaitu unsur inflasi telah
dihilangkan)

● Fase resesi
Apabila perekonomian menciut dalam arti riil
● Gelombang kunjungtur biasanya berkisar 2 sampai 10 tahun.
● Gelombang menurun (resesi) merupakan periode dimana PDB
merosot paling tidak dalam 2 triwulan berturu turut.
● Dalam gambar 14.1 dilukiskan dua gelombang konjugtur yg
masing” fase ekspansi dan resesi.

Gambar Gelombang konjungtur dapat dilihat di gambar 14.1 pada buku halaman
287
Tanda-Tanda Resesi
● Pengeluaran konsumen untuk barang dan jasa menurun sedangkan cadangan barang
tahan lama bertambah.
● Permintaan terhadap tenaga kerja juga berkurang dan pertama kali tampak pada
jumlah jam kerja dan hari kerja perminggu, kemudian diikuti dengan pemutusan
hubungan kerja dan meningkatnya pengangguran
● Upah dan harga harga meningkat walaupun ekonomi melemah.
● Laba perusahaan berkurang tajam dalam masa resesi
Gelombang Konjungtur di Indonesia

● Pertumbuhan ekonomi
pertumbuhan ekonomi perubahan yang bersifat kuantitatif dan
biasanya diukur dengan menggunakan data produk domestik bruto
atau pendapatan output perkapita.

Contoh gelombang konjungtur dapat dilihat dr perkembangan


Indonesia sejak thn 1990 sampi dengan thn 2013 dibuku hal 288
Tingkat Pengangguran
● Terdapat hubungan terbalik antara pertumbuhan ekonomi dan
pengangguran dan ini sesuai dengan hukun Okun .
● Hukum Okun menunjukkan hubungan terbalik antara
pertumbuhan ekonomi dan pengangguran .
● Pada saat laju pertumbuhan ekonomi tinggi,biasannya disertai
tingkat pengangguran rendah dan sebaliknya pada tingkat
pertumbuhan ekonomi rendah maka tingkat pengangguran justru
tinggi.
Sebab - sebab Gelombang Konjungtur
1. Sifat Gelombang Konjungtur

Gelombang konjungtur akan tetap terjadi dalam perekonomian dan dampaknya sangat terasakan khususnya pada saat
terjadi resesi ekonomi. Namun demikian pemerintah setiap negara bahkan persekutuan-persekutuan ekonomi dunia akan
berusaha untuk mengurangi atau menekan terjadinya konjungtur terutama pada saat akan terjadi resesi.
Gelombang konjungtur ini terjadinya tidak teratur, artinya sulit untuk ditentukan kapan akan terjadi ekspansi dan resesi.
Oleh karena itu, banyak ekonom yang lebih menyukai istilah fluktuasi ekonomi daripada gelombang konjungturr.
Gelombang konjungtur terjadi karna adanya gangguan terhadap perekonomian. Misalnya ekspansi timbul karna adanya
peningkatan dalam pengeluaran konsumsi maupun investasi swasta atau pengeluaran pemerintah. Sebaliknya resesi
timbul karena adanya pengurangan drastis dalam pengeluaran pemerintah dan swasta.
Di sisi lain resesi dan ekspansi dapat terjadi karna adanya perubahan dalam kebijakan moneter. Jumlah uang beredar dan
khususnya tingkat bunga merupakan faktor penentu utama bagi produsen dan konsumen untuk melakukan
pengeluarannya. Apabila tingkat bunga tinggi, maka perusahaan akan menunda investasi dan peningkatan produksinya
karena biaya modal terlalu tinggi dibanding hasil yang diharapkan dan terjadilah resesi. Sebaliknya bila tingkat bunga
rendah produsen maupun konsumen cenderung akan lebih senang membelanjakan uangnya dan terjadilah ekspansi
ekonomi. Pemikran tersebut datang dari Keynes dan para pengikutnya karena mereka beranggapan apabila upah dan
harga serta harapan tidak sepenuhnya fleksibel.

Selanjutnya bila gelombang konjuntur itu lebih disebabkan oleh adanya kejutan dalam perekonomian, maka
konjungtur itu akan sangat besar dampaknya. Setiap ada resesi ekonomi banyak pekeerja yang secara paksa dihentikan
dari pekerjaannya (PHK), sehingga produksi akan menurun dan keadaan ini akan sulit untuk memulihkannya.
2. Dampak dari Gelombang Konjungtur

Banyak ekonom menyatakan bahwa ekspansi sesunguhnya merupakan hasil dari resesi dan resesi
merupakan hasil dari adanya ekspansi ?
Dalam masa ekspansi banyak barang kapital seperti gedung, pabrik, perumahan ,dll. Tetapi dalam
masa ekspansi akan cenderung terlalu banyak gedung yang dibangun dan melebihi jumlah yang
diperlukan oleh perekonomian. Sehingga terjadi kelebihan penawaran dan menakibatkan nilai
berbagai barang kapital tersebut menurun. Akibat selanjutnya para investor akan mengurangi
pembangunan gedung-gedung, penganguran meningkat, konsumen mengurangi pengeluaran dan
terjadilah resesi.
3. Saat terjadinya Gelombang Konjungtur

Biasanya gelombang konjuntur, dalam hal ini resesi mulai dicatat pada bulan terakhir saat terjadinya
titik balik dari ekspansi mmenjadi resesi. Jadi puncak gelombang itu dicatat pada bulan terakir
sebelum beberapa indikator ekonomi seperti kesempatan kerja, pembangunan rumah baru, dsb mulai
berkurang. Sebaliknya lembah terdalam dari resesi adalah bulan terakhir sebelum indikator ekonomi
berbalik arah menjadi ekspansi.

Dalam masa resesi pembangunan barang kapital akan menyusut dan bahkan dapat berhenti sama
sekali. Akibatnya hal ini akan menciptakan kekurangan barang kapital sehingga barang kapital naik
harganya dan mendorong produsen atau investor untuk memulailagi dengan usaha pembangunan
barang-barang kapital dan perekonomian mulai berkembang dan terjadilah fase ekspansi ekonomi.
4. Tenggang Waktu

Kebijakan ekonomi yang baik adalah kebijakan ekonomi yang menggunakan kebijakan fiskal dan
kebijakan moneter yang stabil, artinya kebijakan moneter dengan pertumbuhan jumlah uang beredar
dan pertumbuhan kredit atau pinjaman yang stabil, serta kebijakan perpajakan dan pengeluaran yan
stabil dengan laju pertumbuhannya.

Perekonomian indonesia mulaimengalami resesi pada pertenahan tahun 1997 -1998. namun keadaan
inijuga ditandai dengan tingkat inflasi yang tingidan juga mencapai puncak pada tahun 1998 dengan
laju inflasi sekitar 75% per tahun. Keadaan ini agak bertentangan denganteori gelombangkonjungtur
karena biasanya ressesi dibarengi dengan keadaan deflasi, tetapi perekonomian indonesia pada tahun
1997-1998 ditandaioleh resesi dan inflasi. Inilah yang disebut dengan stagflai. Dalam kondisi tersebut
tingkat pengangguran juga meningkat terbukti denan banyaknya pemutusan hubungan kerja dimana-
mana.
5. Peran Pemerintah

Apabila perekonomian menuju ke arah resesi , pemerintah sebaiknya menggunakan kebijakan


fiskal untuk meningkatkan pengeluarannya atau mengurangi pajak dan pemerintah juga dapat
mengunakan kebijakan moneternya melalui peningkatan jumlah uang beredar dan kredit
dalam perekonomian agar resesi menjadi tidak terlalu tajam.

Demikian sebaliknya jika perekonomian sedang berkembang dan mengalami ekspansi maka
pemerintah dapat mengurangi anggaran belanajanya atau menaikkan pajak dan pemerintah dapat
mengurangi jumlah uang beredar dan penyediaan kredit sehingga perekonomian akan dipengaruhi
pertumbuhannya dan inflasipun dapat dikendalikan. Tindakan pemerintah inidisebut juga dengan
kebijakan stabilisasi
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai