Anda di halaman 1dari 14

Nama : Ulfah Nisa Nurul Amalia

Lahir : Banyumas, 17 Februari 1996


Alamat : Sleman, DIY
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : Guru
Hobi : Kuliner
HP : 085228702752
Maslahah
Mursalah
Ulfah Nisa Nurul Amalia, S.Pd.
Pengertian
Kata maslahah dari segi bahasa berarti manfaat, yaitu sesuatu yang memberi
faedah atau guna. Kata ini terambil dari kata shalaha yang berarti baik. Kata
ini dipakai untuk menunjukkan orang, benda atau keadaan yang dipandang
baik.
Sedangkan kata mursalah menurut bahasa berarti terputus atau terlepas.
Dengan demikian, maslahah mursalah berarti manfaat yang terlepas.
Maksudnya adalah bahwa manfaat atau faedah tersebut tidak disebutkan
atau diungkapkan secara langsung dalam nash.
Pengertian
• Al-Ghazali dalam kitab al-Mustashfa, merumuskan definisi maslahah mursalah adalah:
Apa-apa (maslahah) yang tidak ada bukti baginya dari syara' dalam bentuk nash tertentu
yang membatalkannya dan tidak ada yang memperhatikannya.
• Jalal al-Din 'Abd al-Rahman memberi rumusan lebih luas:
Maslahah yang selaras dengan tujuan Syari' (Pembuat Hukum) dan tidak ada petunjuk
tertentu yang membuktikan tentang pengakuannya atau penolakannya.
• Prof. DR. Rachmat Syafe’i dalam bukunya yang berjudul ‚Ilmu Ushul Fiqh‛ menjelaskan
arti maslahah al-mursalah secara lebih luas, yaitu suatu kemaslahatan yang tidak
mempunyai dasar dalil, tetapi juga tidak ada pembatalnya.
Setelah dikemukakan beberapa pengertian al-mashlahah
menurut beberapa ulama ushul, dapat ditarik kesimpulan
bahwa al-mashlahah mursalah adalah :

“Kemaslahatan yang selaras dengan tujuan syari’at Islam,


akan tetapi tidak ada dalil tertentu yang menyatakan
mashlahat itu diakui atau ditolak.”
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ulama dapat dilihat substansi
maslahah mursalah sebagai berikut:
1. Adanya sesuatu yang dipandang mengandung maslahah atau bermanfaat dan
membawa kebaikan pada kehidupan manusia menurut akal sehat. Dengannya,
01
kehidupan manusia menjadi lebih baik dan mudah serta terhindar dari
kesulitan dalam menjalani kehidupan.
2. Maslahah tersebut tidak bertentangan dengan nash syariat Islam dan bahkan
sejalan dengan tujuan atau maqashid al-syariah.
3. Maslahah tersebut tidak dibicarakan oleh nash syariat, baik dari Alquran
maupun hadis berkenaan dengan penolakannya atau pengakuan terhadapnya.
Pembagian Maslahah
Maslahah mu’tabarah adalah kemaslahatan yang didukung oleh dalil
secara eksplisit, baik al-Quran, al-Sunnah maupun ijma’. Contoh untuk
01 maslahah mu’tabarah ini adalah larangan minuman keras merupakan
bentuk kemaslahatan untuk memelihara akal.

Maslahah mulghah adalah kemaslahatan yang keberadaannya ditolak oleh


02 syara’ disebabkan bertentangan dengan ajaran Islam

Maslahah mursalah adalah kemaslahatan yang keberdaannya tidak


disebutkan atau didukung oleh dalil tetapi juga keberadaannya tidak
03 ditolak oleh dalil.
Pembagian maslahah dari segi kekuatannya sebagai Hujjah:

1. Maslahah Daruriyat : merupakan kemaslahatan yang


menduduki kebutuhan primer. Kemaslahatan ini erat kaitannya
dengan terpeliharanya unsur agama dan dunia. Keberadaan
maslahah dharuriyat ini bersifat penting dan merupakan suatu
keharusan yang menuntut setiap manusia terlibat di dalamnya
dan merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia
2. Maslahah Hajiyat adalah kemaslahatan yang menduduki pada
taraf kebutuhan sekunder. Artinya suatu kebutuhan yang
diperlukan oleh manusia agar terlepas dari kesusahan yang akan
menimpa mereka.

3. Maslahah Tahsiniyat adalah kemaslahatan yang menempati pada


posisi kebutuhan tersier atau pelengkap yang dengan
memenuhinya dapat menjadikan kehidupan manusia terhindar dan
bebas dari keadaan yang tidak terpuji. Dengan memenuhi maslahah
ini, seseorang dapat menempati posisi yang unggul.
Syarat Maslahah
● Mursalah
Hendaknya maslahah al-mursalah digunakan pada
suatu obyek kebenaran yang nyata, tidak kepada
obyek yang kebenarannya hanya dalam dugaan.
● Hendaknya maslahah al-mursalah digunakan pada
obyek yang bersifat universal bukan pada obyek yang
bersifat individual/khusus.
● Hendaknya tidak bertentangan dengan hukum syara’
yang sudah ditetapkan oleh Nash atau Ijma’.
Perbedaan Ulama terhadap Maslahah Mursalah sebagai Sumber Hukum

1. Al-Qadi dan beberapa ahli fiqh lainnya menolak kehujjahan maslahah al-mursalah
menjadi sumber hukum Islam dan menganggap sebagai sesuatu yang tidak ada
dasarnya.
2. Imam Malik menganggapnya ada dan memakainya menjadi sumber hukum Islam
secara mutlak.
3. Imam Asy-Syafai’I dan para pembesar golongan Hanafiyyah memakai maslahah al-
mursalah dalam permasalahan yang tidak dijumpai dasar hukumnya yang sahih.
Namun mereka mensyaratkan dasar hukum yang mendekati hukum yang sahih.
4. Imam Al-Ghazali berpendapat bahwa bila kecocokannya itu ada dalam
tahap/tingkatan atau tazayyun (perbaikan), tidaklah dipakai sampai ada dalil yang
lebih jelas. Adapun bila neraca pada martabat penting maka boleh memakainya,
tetapi harus memenuhi beberapa syarat.
Adapun dalil tentang ke-hujjah-an maslahah al-mursalah adalah sebagai berikut
1. Kehidupan manusia akan terus berkembang, kemaslahatan manusia akan
terus berubah dan bertambah, jika tidak ada ketentuan hukum yang
menjelaskan tentang status semua kemaslahatan itu, maka manusia akan
merasa kesulitan. Menyulitkan manusia itu bertentangan dengan tujuan
Syari’ah yaitu untuk menjaga dan mewujudkan kemaslahatan manusia.
2. Sesungguhnya sudah banyak orang yang menggunakan maslahah mursalah,
yakni dari para Sahabat, para Tabi’in dan para mujtahid. Mereka menggunakan
maslahah mursalah untuk kebenaran yang dibutuhkan, seperti Sahabat Abu
Bakar mengumpulkan mushaf-mushaf lalu dibukukan menjadi Al-Qur’an.
Aplikasi Maslahah Mursalah di Zaman Kontemporer
Di zaman sekarang ini kita akan menghadapi kesulitan menemukan dalil
Nash atau petunjuk syara’ untuk mendudukkan hukum dari kasus yang muncul.
Untuk kasus tertentu kemungkinan kita akan kesulitan untuk menggunakan
metode Qiyas dalam menetapkan hukumnya karena tidak dapat ditemukan
padanannya dalam Nash (Alquran dan Sunnah) atau ijma' ulama, sebab jarak
waktunya begitu jauh. Selain itu mungkin ada beberapa persyaratan Qiyas yang
sulit terpenuhi.
Dalam kondisi demikian, kita akan berhadapan dengan beberapa kasus yang
secara rasional dapat dinilai baik buruknya untuk menetapkan hukumnya, tetapi
sulit menemukan dukungan hukumnya dari Nash. Dalam upaya untuk mencari
solusi agar seluruh tindak-tanduk umat Islam dapat ditempatkan dalam tatanan
hukum agama, Maslahah Mursalah itu dapat dijadikan salah satu alternatif
sebagai dasar dalam berjihad untuk mengurangi atau menghilangkan
kekhawatiran akan tergelincir pada sikap semaunya dan sekehendak nafsu, maka
dalam berjihad dengan menggunakan masalah Mursalah itu sebaiknya dilakukan
secara bersama-sama
BERPIKIRLAH POSITIF.
TIDAK PEDULI SEBERAPA KERAS
KEHIDUPANMU.
-ALI BIN ABI THALIB

Anda mungkin juga menyukai