Anda di halaman 1dari 12

ASFIKSIA

Nurwalida F,
Definisi
asfiksia neonatorum sebagai kegagalan napas secara
spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat
setelah saat lahir yang ditandai dengan
hipoksemia,hiperkarbia dan asidosis (IDAI)
asfiksia adalah kegagalan bernapas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir yang ditandai dengan
asidosis metabolic pada arteri umbilical dengan pH
kurang dari 7.00, APGAR skor antara 0-3 selama
lebih dari 5 menit, sekuel dari kejang neonatorum,
koma atau hipotonia (ensepalopati neonatorum) dan
disfungsi multiorgan (WHO, 2007).
Epidemiologi
 Insiden asfiksia neonatal terjadi sebanyak 3-5 bayi dalam 1000
kelahiran.
 Laporan dari World Health Organization (WHO) menyebutkan
bahwa sejak tahun 2000-2003 asfiksia menempati urutan ke-6,
yaitu sebanyak 8%, sebagai penyebab kematian anak diseluruh
dunia setelah pneumonia, malaria, sepsis neonatorum dan kelahiran
premature
 Diperkirakan 1 juta anak yang bertahan setelah mengalami asfiksia
saat lahir kini hidup dengan morbiditas jangka panjang seperti
cerebral palsy, retardasi mental dan gangguan belajar
 Tiga penyebab utama kematian perinatal Di Indonesia adalah
gangguan pernapasan/respiratory disorders (35,9%), prematuritas
(32,4%) dan sepsis neonatorum (12%)(Sunshine, 2010)
Resiko Asfiksia Bayi Baru
Lahir/Asfiksia Neonatorum
Manifestasi Klinis
Asfiksia
biasanya merupakan akibat hipoksia janin yang
menimbulkan tanda-tanda klinis pada janin atau bayi berikut ini :

◦ DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak teratur
◦ Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
◦ Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot, dan organ lain
◦ Depresi pernafasan karena otak kekurangan oksigen
◦ Bradikardi (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan oksigen pada
otot-otot jantung atau sel-sel otak
◦ Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung, kehilangan
darah atau kekurangan aliran darah yang kembali ke plasenta sebelum dan
selama proses persalinan
◦ Takipnu (pernafasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paru-paru atau
nafas tidak teratur/megap-megap
◦ Sianosis (warna kebiruan) karena kekurangan oksigen didalam darah
◦ Penurunan terhadap spinkters
◦ Pucat
Diagnosis
 Diagnosis dari asfiksia dapat ditegakkan dari anamnesis yang lengkap serta
pemeriksaan fisik maupun penunjang. Menurut Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal (2009) pengkajian pada
asfiksia neonatorum untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan
oleh tiga hal penting, yaitu :

1. Pernafasan
 Observasi pergerakan dada dan masukan udara dengan cermat. Lakukan
auskultasi bila perlu lalu kaji pola pernafasan abnormal, seperti pergerakan
dada asimetris, nafas tersengal, atau mendengkur. Tentukan apakah
pernafasannya adekuat (frekuensi baik dan teratur), tidak adekuat (lambat
dan tidak teratur), atau tidak sama sekali.
2. Denyut jantung
Kaji frekuensi jantung dengan mengauskultasi denyut apeks atau
merasakan denyutan umbilicus. Klasifikasikan menjadi >100
atau <100 kali per menit. Angka ini merupakan titik batas yang
mengindikasikan ada atau tidaknya hipoksia yang signifikan.
3. Warna
 Kaji bibir dan lidah yang dapat berwarna biru atau merah muda.
Sianosis perifer (akrosianosis) merupakan hal yang normal pada
beberapa jam pertama bahkan hari. Bayi pucat mungkin
mengalami syok atau anemia berat. Tentukan apakah bayi
berwarna merah muda, biru, atau pucat.Ketiga observasi
tersebut dikenal dengan komponen skor apgar. Dua komponen
lainnya adalah tonus dan respons terhadap rangsangan
menggambarkan depresi SSP pada bayi baru lahir yang
mengalami asfiksia kecuali jika ditemukan kelainan
neuromuscular yang tidak berhubungan.
Pemeriksaan fisik

1. APGAR Score
Nilai Apgar pada umumnya dilaksanakan pada 1 menit dan
5 menit sesudah bayi lahir. Akan tetapi, penilaian bayi
harus dimulai segera sesudah bayi lahir.
Dikatakan asfiksia ringan jika nilai APGAR 7-10, asfiksia
sedang jika nilai APGAR 4-6, dan asfiksia berat jika
didapatkan APGAR 0-3
2. Bayi tidak bernafas atau menangis
3. Denyut jantung kurang dari 100x/menit
4. Tonus otot menurun
5. Bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur mekonium,
atau sisa mekonium pada tubuh bayi
6. BBLR
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : hasil analisis gas darah
tali pusat menunjukkan hasil asidosis pada
darah tali pusat:
PaO2 < 50 mm H2O
PaCO2 > 55 mm H2
pH < 7,30
Penatalaksanaan
 Sebagian besar bayi baru lahir tidak membutuhkan
intervensi dalam mengatasi transisi dari intrauterin ke
ekstrauterin, namun sejumlah kecil membutuhkan
berbagai derajat resusitasi.

Anda mungkin juga menyukai