Anda di halaman 1dari 23

WUJUD & SIFAT

EFEK TOKSIK
Lusi Agus Setiani, M.Farm., Apt
Kompetensi Dasar: mampu menjelaskan
asas-asas umum toksikologi

Indikator mampu :
• membedakan wujud efek toksik
• membedakan sifat efek toksik
Respon Toksik :
1. all-or-none type : kematian (LD 50)
2. graded responses.
Tanda adanya ketoksikan diantaranya : perubahan
dari status normal :
– berat badan,
– jumlah makanan dan minuman,
– urin,
– berat organ (kemungkinan ada tumor, akumulasi
cairan, trigliserida, hipertropi, induksi enzim)
WUJUD EFEK TOKSIK

PERUBAHAN

BIOKIMIA FUNGSIONAL STRUKTURAL

HAMBATAN: ANOKSIA DEGENERASI


RESPIRASI SEL PERNAFASAN PROLIFERASI
PASOK ENERGI HIPER/HIPOTENSI INFLAMASI
CAIRAN, ELEKTROLIT PERSARAFAN
Toksisitas Fungsional
• Disebabkan oleh efek farmakologi yang tidak
diperlukan untuk mencapai aksi yang diinginkan
dari obat tsb.
• Diberikan pada dosis lazim/konvensional
• Sifat reversibel /dapat balik jika obat dihentikan
• Contoh :
– efek sedasi pada terapi obat antihistamin.
– Perubahan tekanan darah
– Perubahan suhu
– Perubahan respon terhadap stimulus
Perubahan Biokimia
• Mengacu pada perubahan yg tidak
menimbulkan bukti kasar dari patologi organ,
melainkan dapat dideteksi dg metode kimia
yg sesuai.
• Melibatkan kerja enzim dalam jalur
metabolisme
• Penghentian obat segera timbal balik jika
mekanisme homeostasis normal bekerja
pada diri subyeknya.
• Contoh : terapi hormonal  perubahan
hormonal.
Toksisitas Struktural
• Perubahan nyata dalam struktur suatu organ,
jaringan, atau sel menyangkut juga
perubahan biokimia dan fungsional.
• Perubahan mungkin ringan  berat
• Sifat terbalikkan  tak terbalikkan
• Contoh :
Ringan & reversibel :anestesi kloroform 
infiltrasi lemak hati
Berat & irreversibel : fenotiazin  katarak
SIFAT EFEK TOKSIK

SIFAT EFEK TOKSIK

TERBALIKKAN TAK TERBALIKKAN

CIRI KHAS ? CIRI KHAS?


SIFAT TERBALIKKAN

• Kadar racun habis  reseptor kembali


seperti semula

• Efek toksik cepat kembali normal

• Ketoksikan tergantung takaran


SIFAT TAK TERBALIKKAN

• Kerusakan menetap
• Penumpukan efek toksik
• Pemejanan takaran kecil jangka panjang
= takaran besar jangka pendek
why an organ might be a target:
1. Banyaknya suplai darah
2. Adanya enzim atau jalur biokimia
3. Fungsi atau posisi organ
4. vulnerability to disruption or degree of
specialization
5. Kemampuan memperbaiki kerusakan
6. Adanya sistem uptake suatu senyawa
7. Kemampuan memetabolisme senyawa dan
keseimbangan toxication/detoxication
8. Berikatan dengan makromolekul
HATI
• Zone 1: mendapat aliran darah, kaya
oksigen & nutrien, lemak dll.; hepatosit
lebih aerobik, jalur b-oksidasi dari lemak,
banyak GSH dan GSH peroksidase,
alkohol dehydrogenase, metabolisme allyl
alkohol menjadi toksik
• Hepatocytes di zone 3: mendapat aliran
darah , banyak CYP P-450, NADPH,
sintesis lipid, jarang rusak, sering
akumulasi lipid.
Hati sebagai Target Organ
1.Banyak proses metabolisme di hati
dengan hasil tidak hanya detoksifikasi.
2.Berperan dalam jalur metabolik dan
sintesis
3.Adanya eksresi senyawa asing melalui
empedu, siklus enterohepatic
4.Suplai darah dari saluran gastrointestinal
yang membawa senyawa toksik
Fatty Liver (Steatosis)
• Akumulasi triglycerida dalam hepatosit
• Pemejanan : hydrazine, ethionine, dan
tetracycline
• Pemejanan carbon tetrachloride  steatosis dan
nekrosis.
• Normally a reversible response, which does not
usually lead to cell death, although it can be very
serious as is the case with tetracycline-induced
fatty liver in humans.
• Repeated exposure to compounds, which cause
fatty liver, such as alcohol, may lead to cirrhosis.
Cholestatic Damage
Pengaruh dari biliary system, dan menyebabkan
bile stasis atau kerusakan pada bile ducts,
ductules, atau canaliculi.
Contoh:
• chlorpromazine merusak hepatosit,
• rifampicin mempengaruhi transport bilirubin dan
menyebabkan hyperbilirubinemia.
• icterogenin menyebabkan bile stasis dan
penumpukan bilirubin di canaliculi kerusakan
hepatosit
Cirrhosis
• Lesi kronik hasil pengulangan kerusakan
dan tidak bisa diperbaiki.
• Hepatocyte or cholestatic damage 
cirrhosis.
• Carbon tetrachloride menyebabkan cirrhosis
setelah pemejanan berulang,
• Ethionine dan alcohol tidak dapat
menyebabkan nekrosis akut, tetapi dapat
menyebabkan cirrhosis setelah pemejanan
berulang.
Vascular Lesions
• Monocrotaline : menyebabkan directly cytotoxic
pada sinusoidal and endothelial cells, causing
damage and occlusion of the lumen  ischemic
damage to the hepatocytes  Centrilobular
necrosis veno-occlusive
• Pemejanan berulang  sirosis
• Contoh lain : pyrrolozidine alkaloid
(Heliotropium, Senecio, and Crotolaria species)
Liver Tumor
Benign and malignant liver tumors may
arise from exposure to hepatotoxins and
can be derived from various cell types.
Contoh:
– Kontrasepsi steroid : adenoma
– Aflatoxin B1 dan dimethylnitrosamine 
hepatocellular carcinomas
– Vinyl chloride  hemangiosarcomas
Proliferation of Peroxisomes
Peroxisomes (microbodies) : organel dalam sel untuk
metabolisme oksidatif dari lemak dan jalur metabolik
oksidatif lain.
Contoh:
• Clofibrate (obat hipolipidemik), setelah 28 hari dipaparkan:
• Phthalate esters (plasticizer),
jika dipaparkan pada tikus maka meningkatkan:
jumlah peroxisomes (140%); berat hati (3.9–8.5% dari BB),
jumlah DNA (1.5–2), RNA dan protein synthesis; enzyme b-
oxidation seperti palmitoyl CoA oxidase (6–15, tetapi enzim
lain bisa sampai 150 kali), CYP-450 yang memetabolisme
asam lemak seperti asam laurat (CYP4A1 5-10)
Diskusikan kasus berikut!

1. Dari data tersebut berikan faktor kondisi yang


mempengaruhi ketoksikan!
2. Bagaimana mekanisme ketoksikan vinyl chlorida ?
(langsung atau tidak langsung)
3. Apa wujud ketoksikannya ?
4. Bagaimana sifat ketoksikannya?
5. Apa senyawa penentu ketoksikannya?

Anda mungkin juga menyukai