Anda di halaman 1dari 6

MAKNA LAMBANG

Sebagai tanda yang secara simbolis menggambarkan hakikat GTM sebagai


gereja, dengan penjelasan sbb:

a. Salib melambangkan Anugerah kasih dan pengurbanan Tuhan Yesus Kristus (sola gratia)
yang menjiwai seluruh pelayanan dan kesaksian GTM intern maupun ekstern

b. Burung Merpati melambangkan kuasa dan pimpinan Roh Kudus, yang menuntun,
menyertai dan meneguhkan seluruh kehidupan dan pergerakan persekutuan, pelayanan dan
kesaksian GTM dalam dunia.

c. Alkitab sebagai Firman Allah menjadi satu-satunya sumber kebenaran Allah (sola sriptura)
dan dasar GTM dalam mewujudkan tri-panggilan gereja (bersekutu, bersaksi dan melayani).

d. Alfa dan Omega di atas Alkitab, melambangkan Tuhan Yesus yang kekal, yang berkuasa
dan memerintah sejak awal penciptaan, sekarang dan selama-lamanya, sesuai dengan
kesaksian Alkitab
e. Wahyu 1:8 “Aku adalah Alfa dan Omega, Firman Allah, yang ada dan yang sudah ada dan
yang akan datang, Yang Mahakuasa”.
PENJELASAN MAKNA WARNA
LITURGIS
 Tata warna liturgi adalah penandaan warna-warna dominan yang ditampilkan selama kebaktian
berlangsung. Penandaan warna-warna liturgis mengikuti Tahun Gerejawi. Pada abad-abad pertama, warna
terpenting bagi gereja adalah putih. Hal mana tidak jauh beda dengan makna dan filosofi penggunaan
warna putih sebagai warna mulia umumnya di kalangan masyarakat suku toraja Mamasa (Sambu’
Bembe).

 Pada abad-abad ke-12 di Yerusalem, digunakan busana liturgi dengan warna-warna yang berbeda-beda
untuk menandai tahap-tahap perayaan Natal pada waktu itu. Dalam abad ke-13 gereja menganjurkan
penggunaan : busana putih pada hari-hari raya, merah pada hari peringatan para martir, hitam pada hari-
hari pertobatan dan hijau pada hari-hari biasa. Warna liturgi adalah tradisi gereja yang terus
dipertahankan, namun selalu diperbaharui.

 Warna dalam liturgi berfungsi sebagai tanda siklus liturgis dalam kalender gerejawi. Pemakaian warna
liturgis menolong jemaat untuk mengikuti dan mengetahu waktu dan suasana liturgis yang sedang
berlangsung. Warna dapat ditempatkan pada berbagai perlengkapan seperti: kain mimbar (antependia),
taplak altar, panji-panji di dinding, aksesoris pakaian jabatan dan pakaian litugi, stola, dan bunga
(dekorasi). Pada perayaan-perayaan khusus, jemaat pun dapat diajak mengenakan busana atau aksesori
dengan warna liturgi yang sesuai.
 Putih melambangkan keagungan, kemuliaan, kebersihan, kesucian
dan ketulusan. Putih juga dapat berarti kebenaran, kejayaan dan
kemenangan, terang ilahi, kemuliaan abadi. Putih dipakai untuk Natal,
pembaptisan Yesus, kenaikan Yesus ke sorga, hari Minggu Trinitas,
hari Minggu Kristus Raja.
 Ungu melambangkan pengharapan, pertobatan, penderitaan dan
keprihatinan. Ungu juga dapat melambangkan kebijaksanaan,
keseimbangan, sikap hati-hati dan mawas diri. Digunakan untuk masa-
masa: kontemplatif, penyesalan, pertobatan, dan penyerahan diri serta
kesungguhan yang mendalam. Masa Adven dan Pra-Paska adalah
masa-masa persiapan untuk hari-hari raya Natal dan Paska. Sebab itu
masa Prapaska yang bersifat pertobatan, ditandai dengan warna ungu.
Warna ungu juga digunakan pada masa-masa Adven.

 Merah melambangkan sukacita, semangat, kekuatan, pengurbanan


dan keberanian. Merah digunakan untuk hari-hari bertema perjuangan,
kemartiran, pekabaran Injil, ekumene, kehidupan dan kesaksian gereja
termasuk pengakuan percaya, penahbisan gedung baru, serta
pengutusan. Sebagai lambang api, merah dipakai untuk hari raya Roh
Kudus, yaitu Pentakosta.
 Hijau melambangkan kehidupan, pertumbuhan, keteduhan,
keseimbangan dan ketentraman. Hijau dipakai untuk hari-hari
Minggu biasa sepanjang tahun. Warna ini sederhana, tenang,
hening, segar, melegahkan, menyembuhkan, dan manusiawi yang
melambangkan keselamatan, kemurahan Allah, kehidupan,
pertumbuhan, pembaruan, dan pengharapan.

 Hitam melambangkan kedukaan, kegelapan, kesepian, kematian


dan kesedihan yang sangat mendalam. Penghayatan yang sama
bagi masyarakat suku Toraja di mana warna hitam adalah warna
perkabungan atau kedukaan.

Anda mungkin juga menyukai